KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisa dipahami betapa galau perasaan orangtua yang punya anak usia sekolah. Mereka tentu butuh pendidikan dan pembelajaran yang terbaik bagi anaknya. Tapi pandemi korona yang makin cepat menular jelas bikin was-was.
Apalagi setelah libur Lebaran ini kasus positif Covid-19 terus meninggi. Dan kini pemerintah menetapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat untuk wilayah Jawa dan Bali.
Konsekuensinya, pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas yang rencananya bakal dibuka luas pada pertengahan Juli nanti bakal direvisi lagi. Daerah-daerah yang sebelumnya telah memberlakukan PTM secara terbatas pun harus kembali menggelar pembelajaran jarak jauh alias PJJ lantaran status darurat ini.
Sebelumnya, kebijakan buka tutup PTM itu pun berlaku sesuai dengan kondisi wabah. Bila status PPKM ketat itu selesai dan daerah itu tidak lagi berkelir merah, maka PTM terbatas dapat diterapkan. Kini dengan berlakunya PPKM darurat di Jawa-Bali berlaku belajar daring. Sedangkan di luar itu berdasar keputusan kepala daerah dengan mempertimbangkan kondisi penyebaran Covid-19, serta tentunya melibatkan orangtua murid.
Di kawasan perkotaan, berbagai survei menunjukkan, kebanyakan orangtua tidak setuju dengan PTM walau secara terbatas pun. Maklum, risiko tertular Covid-19 di kalangan anak sama dengan orang dewasa. Data nasional pun menunjukkan konfirmasi Covid-19 pada anak usia 0 tahun sampai 18 tahun mencapai 12,5% dengan tingkat kematian 3%5%. Tertinggi di dunia.
Tapi, di banyak daerah sebaliknya, orangtua tak mau anak-anaknya kelamaan belajar daring. Apalagi bila daerahnya tergolong duafa internet, dengan latar belakang keluarga fakir kuota; ditambah sekolahnya di swasta yang uang sekolahnya relatif mahal. Sangat terasa kebutuhan untuk sekolah tatap muka.
Tentu pemerintah perlu memberikan opsi untuk mereka yang telah siap mengikuti PTM terbatas di daerah aman, dengan tetap memintakan persetujuan orangtua. Artinya tetap ada juga opsi untuk belajar daring.
Peran pemerintah yang lebih penting di masa pandemi ini adalah menerapkan program yang efektif untuk mengejar ketertinggalan pendidikan. Sebab kalau tidak, bangsa ini akan kehilangan satu generasi unggul. Maka segenap sumberdaya termasuk bimbingan belajar, mahasiswa, praktisi, aplikasi pendidikan perlu dikerahkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran siswa.