Kewajiban Neto Per Akhir 2018 Naik Terdorong Arus Masuk Modal Asing
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tekanan terhadap pasar keuangan dalam negeri tahun lalu membuat dana asing keluar (capital outlflow) dalam jumlah yang besar. Namun dana asing kembali masuk di akhir 2018 yang menyebabkan peningkatan kewajiban neto pada posisi investasi internasional (PII) Indonesia kuartal-IV 2018.
Bank Indonesia (BI) mencatat, kewajiban neto pada PII Indonesia di akhir periode Oktober-Desember 2018 sebesar US$ 317,8 miliar. Angka itu naik US$ 25,3 miliar ketimbang kewajiban neto kuartal III-2018. Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan posisi Kewajiban Finansial Luar Negeri (KFLN) yang melampaui peningkatan posisi Aset Finansial Luar Negeri (AFLN).
Posisi KFLN tercatat sebesar US$ 664,8 miliar, naik 5% dari kuartal sebelumnya yang didorong masuknya arus modal asing dalam bentuk investasi langsung dan investasi lainnya. BI, dalam laporannya yang dirilis Jumat (22/3), menyebut kondisi Ini mencerminkan kepercayaan investor terhadap prospek perekonomian domestik cukup tinggi.
Sementara posisi AFLN di triwulan IV-2018 sebesar US$ 347 miliar atau hanya naik 1,9% dibanding kuartal III-2018. Tertahannya peningkatan AFLN lantaran sejalan dengan penurunan rata-rata indeks saham negara-negara penempatan AFLN dan faktor penguatan nilai tukar dollar Amerika Serikat (AS) terhadap mata uang dunia.
Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih menilai, peningkatan kewajiban neto menunjukkan ketergantungan RI terhadap dana asing masih tinggi. Akan tetapi, "Harapannya semakin penting posisi indonesia di mata asing," kata Lana.
Namun, hal ini tak berarti buruk lantaran investasi asing juga masih dibutuhkan untuk menutupi defisit transaksi berjalan. Hanya saja, Lana mengingatkan bahwa jika pembayaran kewajiban berupaoutflow, Indonesia harus waspada.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira berpendapat, kenaikan kewajiban neto karena dana asing masuk ke negara berkembang akibat perlambatan ekonomi AS, Eropa, dan China dan gencarnya penerbitan utang pemerintah.
Sayangnya, investasi asing langsung atau foreign direct investment (FDI) justru mengalami penurunan sepanjang 2018. Oleh karena itu, "Perlu strategi untuk menarik tidak hanya dana jangka pendek yang berisiko keluar, tetapi juga investasi langsung jangka panjang," kata Bhima.