Kinerja Emiten Properti Tak Seragam

Sabtu, 13 Juli 2019 | 07:29 WIB
Kinerja Emiten Properti Tak Seragam
[]
Reporter: Arfyana Citra Rahayu, Irene Sugiharti | Editor: Tedy Gumilar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan kinerja emiten properti di paruh pertama tahun ini beragam. Ada perusahaan yang cukup cepat mengumpulkan pendapatan pra-penjualan atau marketing sales, ada juga yang masih berjalan lambat.

Emiten yang cukup cepat dalam mengumpulkan nilai pra penjualan propertinya antara lain PT Summarecon Agung Tbk (SMRA). Hingga semester I 2019 lalu, pengembang kawasan Kelapa Gading ini mencapai marketing sales Rp 2,2 triliun atau 55% dari target tahun 2019 sebesar Rp 4 triliun.

PT Duta Pertiwi Tbk (DUTI) juga cukup ngebut. Hingga akhir Maret, pengembang ITC di bawah Sinar Mas Group ini membukukan marketing sales Rp 748 miliar, atau sudah 44% dari targetnya Rp 1,7 triliun.

Pada semester II, DUTI akan mengejar marketing sales dari proyek yang sudah dibangun. Termasuk di dalamnya proyek Apartemen South Gate dan proyek Apartemen Klaska Residences di Surabaya, jelas Sekretaris perusahaan DUTI Susan, Jumat (12/7). Proyek DUTI lainnya yang sudah berjalan antara lain Grand Wisata di Bekasi dan Kota Wisata di Cibubur. Susan yakin, mencapai target marketing sales ini.

Senada, Direktur PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) Michael Yong akan memanfaatkan proyek yang sudah berjalan di enam kawasan di sisa tahun ini untuk mengejar target marketing sales. Beberapa Kawasan itu adalah Kelapa Gading, Serpong, Bekasi, Karawang, Bandung dan Makassar. Dia mengakui, pencapaian pra penjualan semester I 2019 lebih besar ketimbang periode yang sama pada tahun lalu, dengan rasio perolehan 35% dari target.

Di sisi lain, ada juga emiten yang mencatat penurunan marketing sales. PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN), misalnya, yang membukukan marketing sales Rp 405,7 miliar di akhir kuartal I 2019, lebih rendah 29,1% dibanding pada kuartal I 2018 yang mencapai Rp 572,2 miliar.

Layak dibeli

Sejumlah saham properti tampak bergerak menguat. DILD, misalnya, Juli hingga kemarin (12/7). sahamnya naik 13%. Dengan begitu, saham DILD tercatat naik 41,78% sepanjang tahun ini dan menjadi emiten dengan kenaikan harga terbesar setelah LPCK.

APLN juga masih bullish dengan kenaikan 1,67% di bulan Juli, dan mencapai 60,53% di sepanjang tahun 2019 ini. Sementara SMRA naik 4,94% dan DUTI menguat 0,36%.

Emiten yang memperlihatkan penurunan pada Juli antara lain SATU, RODA, CITY, BKSL, KIJA, PWON.

Kepala Riset Samuel Sekuritas Suria Dharma menilai, pergerakan saham properti belum serempak berangsur positif karena masih menunggu realisasi penurunan suku bunga. Menurut dia, jika bunga turun, bisa mendorong penjualan properti.

Analis Panin Sekuritas William Hartanto melihat, sentimen yang sudah mempengaruhi emiten properti adalah pemangkasan pajak penghasilan (PPh) penjualan rumah bernilai di atas Rp 30 miliar, serta insentif pajak pembelian properti mewah. Insentif ini menguntungkan emiten seperti APLN dan DILD.

Emiten properti di paruh pertama 2019 dianggap belum gencar meluncurkan proyek. Namun, Suria dan William sama-sama merekomendasikan beli (buy) saham sektor properti. "Saya rekomendasi buy. Apalagi saya temukan saham-saham properti sudah diakumulasi asing dalam jumlah besar selama beberapa hari terakhir," kata William.

Bagikan

Berita Terbaru

Terdorong Sentimen Positif Domestik, IHSG Menguat Dalam Sepekan
| Sabtu, 12 Juli 2025 | 11:30 WIB

Terdorong Sentimen Positif Domestik, IHSG Menguat Dalam Sepekan

Di akhir pekan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG menclok di 7.047,43, menguat 2,65% dalam sepekan. 

Sudah Penuhi Kewajiban, BEI Cabut Suspensi Saham Kimia Farma (KAEF)
| Sabtu, 12 Juli 2025 | 11:24 WIB

Sudah Penuhi Kewajiban, BEI Cabut Suspensi Saham Kimia Farma (KAEF)

Sejak sesi pertama perdagangan saham di BEI kemarin, saham emiten farmasi pelat merah tersebut sudah kembali diperdagangkan.

Trump Tetap Patok Tarif 32%, Indonesia Patut Ikuti Langkah China Menjaring Mitra Baru
| Sabtu, 12 Juli 2025 | 10:00 WIB

Trump Tetap Patok Tarif 32%, Indonesia Patut Ikuti Langkah China Menjaring Mitra Baru

Indonesia juga mesti memaksimalkan penggunaan LCS dan BCSA untuk mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS.

Profit 26,02% Setahun: Harga Emas Antam Hari Ini Menguat (12 Juli 2025)
| Sabtu, 12 Juli 2025 | 09:19 WIB

Profit 26,02% Setahun: Harga Emas Antam Hari Ini Menguat (12 Juli 2025)

Harga emas batangan Antam 24 karat hari ini 11 Juli 2025 di Logammulia.com Rp 1.919.000 per gram, tapi harga buyback Rp 1.763.000 per gram.

Menengok Aksi Eks CEO SMAR, Borong Total 131,95 Juta Saham NSSS Sejak Maret 2025
| Sabtu, 12 Juli 2025 | 09:00 WIB

Menengok Aksi Eks CEO SMAR, Borong Total 131,95 Juta Saham NSSS Sejak Maret 2025

Akumulasi saham PT Nusantara Sawit Sejahtera Tbk (NSSS) yang teranyar per tanggal 8 Juli 2025.melibatkan 38.420.600 saham. 

Pembiayaan Multifinance ke Sektor Produktif Menantang
| Sabtu, 12 Juli 2025 | 08:25 WIB

Pembiayaan Multifinance ke Sektor Produktif Menantang

Pembiayaan sejumlah perusahaan multifinance sektor produktif masih jauh dibawah target yang dicanangkan OJK sekitar 46%-48% ​

Rasio NPL Perbankan Masih Berpotensi Meningkat
| Sabtu, 12 Juli 2025 | 08:05 WIB

Rasio NPL Perbankan Masih Berpotensi Meningkat

NPL perbankan pada Mei 2025 sebesar 2,29% secara tahunan atau year on year (YoY), naik dari 2,24% pada April dan 2,08% pada Desember 2024.​

Menakar Prospek Harga Emas dan Efeknya ke Kinerja PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA)
| Sabtu, 12 Juli 2025 | 08:00 WIB

Menakar Prospek Harga Emas dan Efeknya ke Kinerja PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA)

Konsumsi emas di Indonesia hanya sekitar 0,17 gram per kapita, lebih rendah dibanding Malaysia yang mencapai 0,54 gram per kapita.

Kredit Menganggur Semakin Menumpuk
| Sabtu, 12 Juli 2025 | 07:30 WIB

Kredit Menganggur Semakin Menumpuk

Banyak korporasi belum memanfaatkan fasilitas kredit yang telah disetujui bank, membuat angka kredit menganggur terus meningkat.​

Saham Dengan Dividend Yield Tinggi dan Laba yang Bertumbuh
| Sabtu, 12 Juli 2025 | 07:18 WIB

Saham Dengan Dividend Yield Tinggi dan Laba yang Bertumbuh

Investor perlu memperhatikan kenaikan harga sebelum pengumuman dividen hingga sesaat sebelum membeli serta membandingkan dengan nominal dividen

INDEKS BERITA

Terpopuler