Kinerja Reksadana ESG Aset Manajemen Ini Lunglai, Tapi Tetap Diminati

Minggu, 09 Februari 2025 | 19:56 WIB
Kinerja Reksadana ESG Aset Manajemen Ini Lunglai, Tapi Tetap Diminati
[ILUSTRASI. Reksadana.]
Reporter: Sanny Cicilia | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - Rapor portofolio aset hijau sedang merah. Tak terkecuali aset reksadana hijau atau dengan aset berbasis lingkungan (environmental), sosial (social), dan tata kelola (governance) atau ESG.

Panin Asset Management juga mencatatkan penurunan kinerja reksadananya yang berbasis ESG. Sikap asing yang gencar melakukan aksi jual di pasar saham, disebut sebagai faktor yang turut menekan kinerja reksadana ESG.

Saat ini, Panin AM memiliki dua reksadana berbasis hijau. Keduanya berbasis saham, yaitu Panin Sri Kehati dan Panin Dana Teladan.

Reksadana Panin Sri Kehati merupakan reksadana indeks. Artinya, reksadana ini berisikan portofolio agar return-nya setara dengan Indeks Sri Kehati.

Indeks Sri Kehati di Bursa Efek Indonesia (BEI) berisi 25 saham dengan kinerja yang baik dalam mendorong usaha berkelanjutan, serta memiliki kesadaran terhadap lingkungan hidup, sosial, dan tata kelola perusahaan yang baik atau disebut sustainable and responsible investment (SRI).

Lantaran kinerja Indeks Sri Kehati sedang merunduk, kinerja reksadana Panin Sri Kehati pun ikut terseret. Mengutip Bursa Efek Indonesia (BEI), Indeks Sri Kehati sepanjang tahun ini hingga Kamis, 6 Februari 2024, berkinerja minus 5,82% year to date.

Kinerja Reksadana Indeks Panin Sri Kehati juga turun minus 3,23%. Jika ditarik satu tahun terakhir, penurunan return reksadana indeks ini sampai minus 16,8%.

Panin AM memiliki kebijakan menempatkan portofolio Panin Sri Kehati kelas A di efek ekuitas sebanyak 80%-100%. Lalu di instrumen pasar uang dan kas sebesar 0%-20%.

Per Desember 2024, Reksadana Panin Sri Kehati memiliki portofolio efek saham sampai 99,48% dan instrumen pasar uang 0,52%.

Dari komposisi sahamnya, 53,5% bobot reksadana dari sektor keuangan. Diikuti sektor infrastruktur 16,8%, dan konsumer primer 11,5%.

Reksadana Panin AM berbasis ESG lainnya yaitu Panin Dana Teladan. Panin memang tidak memilih secara khusus saham-saham berbasis ESG di produk ini. Namun, seperti Reksadana Sri Kehati, pilihan portofolio sahamnya jatuh pada saham-saham berkapilitasi besar yang umumnya telah memiliki program ESG baik.

Mengutip fund fact sheet, reksadana Panin Dana Teladan bukan semata ditargetkan mencari kenaikan, tetap juga memberi sumbangan lewat yayasan pendidikan yang sudah ditunjuk. Ini adalah sebagai salah satu bentuk kepedulian terhadap generasi bangsa Indonesia.

Pada Desember 2024, komposisi portofolio Panin Dana Teladan ditempatkan di efek ekuitas 90,03%. Sedangkan di instrumen pasar uang sebesar 9,97%.

Jika dilihat dari sektornya, sebesar 35,7% portofolio ditempatkan di sektor keuangan, diikuti sektor infrastruktur 15,7%, dan konsumer primer 12,6%.

Lantaran pilihan sahamnya tak banyak berbeda dengan aset saham ESG, Reksadana Panin Dana Teladan ini pun berkinerja minus. Kinerjanya sepanjang tahun ini 4,34% year to date.

Sebagai perbandingan, kinerja indeks LQ45 yang berisikan saham-saham berkapitalisasi pasar besar dan likuid, mencatatkan kinerja minus 5,93%.

 

Dana asing

Biang kerok dari penurunan kinerja reksadana saham ini adalah investor asing yang melanjutkan aksi penjualan di pasar saham dari tahun lalu.

Direktur Panin AM Rudiyanto menjelaskan, Reksadana Panin Sri Kehati merupakan reksadana indeks, di mana alokasi saham dalam Sri Kehati sangat terkonsentrasi pada sektor perbankan yang pergerakannya mengikuti aliran dana asing.

"Akibat dana asing yang net sell tahun lalu kinerjanya juga ikut negatif," kata Rudiyanto.

Begitu juga Panin Dana Teladan yang juga memiliki strategi yang terkonsentrasi pada sektor perbankan, sehingga kinerjanya juga negatif seiring dengan dana asing yang keluar dalam jumlah besar.

Mengutip data RTI, nilai jual bersih atau net sell oleh investor asing di pasar saham dalam enam bulan terakhir mencapai Rp 19,08 triliun di pasar reguler. Sedangkan sepanjang tahun ini, net sell Rp 7 triliun.

Saham-saham perbankan besar, yang mendapat porsi sekitar 55% di Indeks ESG Sri Kehati, menjadi target penjualan oleh asing. Misalnya saham BBRI yang tercatat terkena net sell sampai Rp 20,31 triliun dalam enam bulan terakhir.

Pada tahun ini, penjualan saham bank masih berlanjut. Misalnya pada saham BBCA, BMRI, dan BBCA.

Kedua reksadana di atas, menurut Rudiyanto, kinerjanya masih sangat tergantung aliran dana asing karena bobotnya yang cukup terkonsentrasi pada sektor perbankan.

"Saat ini, penurunan harga saham sudah cukup banyak dan mencerminkan sentimen negatif yang ada dari luar negeri," kata dia.

Sikap asing hengkang dari dalam negeri terpicu dari tingginya inflasi AS dan bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve yang tidak menurunkan bunga acuan seagresif perkiraan pasar. Hal ini memacu kenaikan imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun yang menyedot perhatian investor global.

Belakangan, sikap Trump untuk memberlakukan kenaikan tarif kepada beberapa negara tetangganya juga memicu investor keluar dari pasar saham dan mencari aset yang lebih aman. Seperti pekan ini, Trump memberlakukan tarif tambahan 10% atas produk impor dari China. Langkah Pemerintah China membalas dengan kenaikan tarif 10%-15% untuk produk dari AS, turut memicu kekhawatiran pasar saham. Terlihat, IHSG turun sampai 2% pada Kamis (6/2) karena faktor ini.

Rudiyanto bilang, perubahan ke sentimen positif bisa terjadi, setidaknya apabila inflasi Amerika Serikat turun dan The Fed melanjutkan penurunan suku bunga.

 

Fokus untung

Meski ada penurunan return, bukan berarti reksadana ini tak menarik. Investor tak serta merta melakukan penjualan.

Rudiyanto bilang, di Panin Sri Kehati, jumlah unit cukup fluktuatif karena investor melakukan transaksi aktif pada reksadana ini memanfaatkan volatilitas pasar.

Alhasil, dana kelolaan atau asset under management (AUM) Panin Sri Kehati kelas A yang tadinya Rp 104,49 miliar di Januari 2024, berkembang biak menjadi Rp 201,49 miliar di akhir Januari 2025. Malah, ada Panin Sri Kehati kelas B, dengan investasi minimal Rp 50 miliar, yang mengumpulkan dana kelolaan sampai Rp 350 miliar.

Bukan hanya investasi di saham-saham berbasis ESG, Panin AM juga punya program aksi sosial atau corporate social responsiblity (CSR). Saat ini, diutamakan berkaitan dengan pendidikan, meski tidak terbatas pada bidang ini saja.

Tahun ini, Panin AM menargetkan perolehan dana kelolaan Rp 17,5 triliun, naik dari akhir tahun 2024 yang sebesar Rp 14,7 triliun. "Kami mengupayakan kinerja yang lebih baik dibanding benchmark, meningkatkan kuantitas dan kualitas tenaga pemasar, mengoptimalkan kerja sama dengan agen penjual, menerbitkan reksadana terproteksi secara berkala, dan memanfaatkan aplikasi untuk penetrasi ke calon nasabah," ujar Rudiyanto.

Pengamat pasar modal sekaligus Direktur Avere Investama, Teguh Hidayat menilai, pamor reksadana ESG belum populer di Indonesia. Ini karena investor belum terlalu memperhitungkan faktor ini untuk berinvestasi.

Dia bilang, di Eropa atau AS, faktor ESG dan CSR menjadi penting karena terkait untung perusahaan besar. Namun, di negara berkembang seperti Indonesia, investor netral saja melihat perusahaan dengan penerapan ESG.

Itu jadi alasan, saham-saham ESG tidak kebal dari penurunan yang diakibatkan aksi jual asing. "Karena kalau di sini, yang penting return bagus," kata dia.

Menurut dia, asing tengah menilai ekonomi Indonesia kurang baik. Program pemerintah seperti Makan Bergizi Gratis juga tidak serta merta mendorong ekonomi. Jika perekonomian kembali bergerak naik, ada kabar pemangkasan bunga Bank Indonesia, dan tindakan untuk mengendalikan deflasi, Teguh perkirakan, barulah pasar Indonesia kembali menarik di mata asing.

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Laba Bersih ANJT Melonjak di Tangan Pengendali Baru
| Jumat, 07 November 2025 | 08:42 WIB

Laba Bersih ANJT Melonjak di Tangan Pengendali Baru

Di bawah pengendali baru, yakni First Resources Limited, ANJT mengantongi laba bersih sebesar US$ 24,28 juta, naik 1.520,39% yoy

Laba Grup Astra Turun, Prospek ASII Masih Ditopang Otomotif dan Diversifikasi Bisnis
| Jumat, 07 November 2025 | 08:23 WIB

Laba Grup Astra Turun, Prospek ASII Masih Ditopang Otomotif dan Diversifikasi Bisnis

Divisi alat berat PT Astra International Tbk (ASII) melemah, namun otomotif dan jasa keuangan masih resilient.

Laba Anjlok 47%, Begini Prospek Bisnis Nikel dan Batubara PT Harum Energy Tbk (HRUM)
| Jumat, 07 November 2025 | 08:08 WIB

Laba Anjlok 47%, Begini Prospek Bisnis Nikel dan Batubara PT Harum Energy Tbk (HRUM)

Diversifikasi menjadi kunci bagi PT Harum Energy Tbk (HRUM) mengelola risiko di tengah volatilitas harga komoditas.

Bisnis Elevator Terangkat Segmen Rumah Pribadi
| Jumat, 07 November 2025 | 07:05 WIB

Bisnis Elevator Terangkat Segmen Rumah Pribadi

Sektor bisnis yang paling banyak menyerap produk elevator Shanghai Mitsubishi datang dari rumah pribadi dan bisnis rumah toko (ruko) 

Suku Bunga Kredit Masih Tinggi, Laba Emiten Otomotif dan Komponen Mini
| Jumat, 07 November 2025 | 06:51 WIB

Suku Bunga Kredit Masih Tinggi, Laba Emiten Otomotif dan Komponen Mini

Pendapatan dan laba emiten otomotif dan komponen masih lemah di sepanjang Sembilan bulan tahun 2025. ​

Saham UVCR Terbang 92,54% Tanpa Aba-Aba, Manajemen Beberkan Rencana Bisnis ke Depan
| Jumat, 07 November 2025 | 06:48 WIB

Saham UVCR Terbang 92,54% Tanpa Aba-Aba, Manajemen Beberkan Rencana Bisnis ke Depan

Per September 2025 utang bank jangka pendek PT Trimegah Karya Pratama Tbk (UVCR) melonjak hingga 58%.

Pyridam Farma (PYFA) Genjot Kinerja di Sisa Tahun
| Jumat, 07 November 2025 | 06:45 WIB

Pyridam Farma (PYFA) Genjot Kinerja di Sisa Tahun

Hingga kuartal III-2025, PYFA tercatat membukukan pendapatan sebesar Rp 2,06 triliun, meningkat 77,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu

Saham Masuk Radar MSCI, Dana Asing Siap Menghampiri
| Jumat, 07 November 2025 | 06:43 WIB

Saham Masuk Radar MSCI, Dana Asing Siap Menghampiri

Tak hanya aliran dana ke saham-saham yang mejeng di indeks MSCI, efek domino dari reblancing juga akan menjalar ke kepemilikan saham.

Kinerja Emiten Semen Masih Belum Kokoh
| Jumat, 07 November 2025 | 06:36 WIB

Kinerja Emiten Semen Masih Belum Kokoh

Pelemahan daya beli dan penurunan permintaan menggerus penjualan dan margin laba bersih emiten semen

IPO Sukses, Pelayaran Jaya Hidup Baru (PJHB) Geber Ekspansi
| Jumat, 07 November 2025 | 06:32 WIB

IPO Sukses, Pelayaran Jaya Hidup Baru (PJHB) Geber Ekspansi

Pada debut perdananya, harga saham PJHB langsung menyentuh auto reject atas (ARA), atau melonjak 24,85% 

INDEKS BERITA

Terpopuler