Kinerja Saham GoTo Sejak IPO Lebih Baik Dibanding Saham Emiten Teknologi Global

Rabu, 25 Mei 2022 | 17:37 WIB
Kinerja Saham GoTo Sejak IPO Lebih Baik Dibanding Saham Emiten Teknologi Global
[ILUSTRASI. Foto pengemudi Gojek membawa paket berlogo Tokopedia. DOK/GoTo]
Reporter: Tedy Gumilar | Editor: Tedy Gumilar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) melakukan IPO, kinerja sahamnya ternyata paling baik dibandingkan saham-saham teknologi. Tidak hanya dibanding saham emiten teknologi yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) tapi juga di bursa global.

Berdasarkan data transaksi di Bursa Efek Indonesia (BEI) maupun di bursa saham global, selama periode 11 April 2022-25 Mei 2022, saham GoTo terkoreksi -10,06%. Dalam periode sama, saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) anjlok -18,97%.

Di bursa global, berdasarkan data, sejak GoTo IPO pada 11 April - 24 Mei 2022 waktu setempat, saham Grab Holdings Limited (GRAB) turun -29,36%. Sementara Alibaba Group Holding Limited (BABA) melemah 20,34%. Saham Alphabet Inc., atau sebelumnya menggunakan nama Google (GOOG), terkoreksi -20,96%. Lalu Apple Inc. (AAPL) turun -17,48%. Uber Technologies Inc. (UBER) anjlok -32,76%.

Berikutnya saham Amazon.com, Inc. (AMZN) jeblok -32,60%. Mercado Libre, Inc. (MELI) marketplace asal Argentina yang listing di Nasdaq melemah -39,71%. Tesla, Inc. (TSLA) terkoreksi -38,75% dan Netflix, Inc. (NFLX) turun 49,33%.

Fendi Susiyanto, Analis Pasar Modal menilai koreksi yang terjadi pada saham-saham berbasis teknologi merupakan sesuatu yang wajar. Terkait penurunan saham GoTo yang paling rendah diantara saham-saham teknologi lainnya menggambarkan bahwa kepercayaan investor terhadap saham ini tetap tinggi.

"Saham GoTo memiliki daya tarik tersendiri bagi investor yang memang fokus pada saham-saham berbasis teknologi. Koreksi yang rendah membuktikan bahwa GoTo memiliki daya tahan yang cukup baik terhadap berbagai isu yang menghantam sektor teknologi dalam beberapa waktu terakhir ini," kata Fendi di Jakarta, Rabu (25/5).

Baca Juga: Ikhtiar LAPD Mengubah Nasib, Ganti Pengendali, Rights Issue dan Akuisisi 3 Perusahaan

Sebagai perusahaan teknologi yang memiliki ekosistem bisnis digital terbesar di Indonesia, GoTo dinilai akan diuntungkan oleh situasi perekonomian domestik yang tumbuh positif. Integrasi dan optimalisasi bisnis antar platform dalam ekosistem GoTo akan mengerek pendapatan dan mendorong penguatan fundamental emiten ini.

"Kuatnya bisnis GoTo sebenarnya bisa dilihat dari semakin tingginya ketergantungan konsumen terhadap tiga layanan mereka karena merupakan kebutuhan sehari-hari. Apakah lewat Gojek, Tokopedia ataupun jasa keuangan yaitu Gopay sebagai bagian dari GoTo Finansial. Inilah yang menjadi daya tarik investor terhadap GoTo, model bisnisnya solid dan saling melengkapi ditengah populasi yang sangat besar," ujarnya.

Ekosistem yang besar dan dominan itulah yang juga menjadi daya tarik banyak konglomerasi bisnis untuk ikut menjadi investor GoTo. Termasuk juga grup Telkom melalui PT Telkomsel. Menurut Fendi, investor Telkomsel di GoTo merupakan investasi strategis yang tidak ditujukan untuk kepentingan jangka pendek. Terutama pada fluktuasi kenaikan harga saham pada saat IPO.

“Investasi Telkom di GoTo karena banyak potensi bisnis yang bisa disinergikan dengan ekosistem digital. Apalagi secara operasional, ekosistem GoTo membutuhkan dukungan bisnis dari Telkom dan Telkomsel sebagai pemain utama industri telekomunikasi Indonesia. Telkom tentunya bukan investor ritel yang setiap saat akan langsung menjual saham investasinya,” kata Fendi.

Jadi, lanjut Fendi, jika ada kontroversi terhadap investasi Telkomsel di GoTo sebaiknya juga melihat proses dan tujuan investasinya. Telkom memiliki komite investasi yang memiliki standar dan penilaian tersendiri ketika mengambil keputusan investasi. Selain itu, selama saham GoTo tidak dijual dalam posisi rugi, sesungguhnya tidak ada kerugian negara dalam proses investasi yang dilakukan oleh Telkomsel.

“Selama bisnis proses sudah dijalani sesuai dengan SOP dan saham GoTo masih dimiliki oleh Telkom, ya ini investasi biasa saja. Wajar kok Telkom investasi di GoTo, seperti juga yang dilakukan Astra dan perusahaan besar lainnya,” lanjutnya.

Baca Juga: AHAP Rights Issue di Harga Rp 50 per Saham, Grup Salim Komitmen Eksekusi Haknya

Fendi juga melihat besarnya kapitalasi GoTo menjadikan pergerakan terhadap saham emiten ini di BEI relatif stabil. Sebagai emiten dengan kapitalisasi saham terbesar kelima, posisi GoTo sangat strategis dan berpengaruh besar terhadap pergerakan indeks. Dus, banyak pihak yang berkepentingan terhadap saham GoTo.

Sejak IPO pada 11 April lalu, saham GoTo selalu menjadi saham yang paling aktif ditransaksikan di BEI. Sebagai contoh, berdasarkan data transaksi di bursa saham, selama periode 17 – 20 Mei 2022, GoTo menjadi saham yang paling tinggi kenaikannya, yaitu 56,7%. 

Pada periode tersebut, nilai transaksi atas saham GoTo juga menjadi yang tertinggi, diatas saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Telkom Indonesia Tbk (persero) (TLKM) dan Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI). Selama empat hari bursa itu, nilai transaksi atas saham GoTo oleh investor mencapai lebih dari Rp 5,01 triliun, diatas BBCA Rp 4,51 triliun, TLKM Rp 3,17 triliun dan BBRI sebesar Rp 2,99 triliun. 

“Tingginya volume dan frekuensi transaksi atas saham GoTo menjadi indikasi bahwa saham ini likuid dan itu menjadi daya tarik investor. Tapi yang perlu diingat, investasi di saham teknologi tidak bisa dilakukan sesaat atau jangka pendek saja, karena bisnis teknologi memiliki karakter yang berbeda dengan bisnis kebanyakan yang sudah berkembang sebelumnya, sehingga karakteristik investornya juga berbeda,” katanya.

Bagikan

Berita Terbaru

Prospek Komoditas Emas di Tahun 2026 Tetap Berkilau
| Kamis, 01 Januari 2026 | 06:30 WIB

Prospek Komoditas Emas di Tahun 2026 Tetap Berkilau

Tensi geopolitik diperkirakan tetap menjadi katalis utama yang memperkuat permintaan emas sepanjang tahun 2026.

Saham Prajogo Pangestu Bergerak Fenomenal, Ini Review dan Pilihan Saham 2026
| Kamis, 01 Januari 2026 | 06:06 WIB

Saham Prajogo Pangestu Bergerak Fenomenal, Ini Review dan Pilihan Saham 2026

Analis melihat TPIA layak dicermatiterutama jika valuasi kian rasional dan perkembangan ekspansi mulai tercermin dalam kinerja keuangan.

Menatap Tahun 2026, PJAA Genjot Optimalisasi Bisnis dan Proyek Reklamasi
| Kamis, 01 Januari 2026 | 05:28 WIB

Menatap Tahun 2026, PJAA Genjot Optimalisasi Bisnis dan Proyek Reklamasi

PJAA siapkan strategi 2026: optimalisasi bisnis eksisting, ekspansi reklamasi bertahap, capex Rp 123 miliar, target pendapatan 10% dan laba 29%.

Defisit Pasokan Bayangi Pasar, Harga Tembaga Berpeluang Tetap Tinggi di 2026
| Kamis, 01 Januari 2026 | 05:01 WIB

Defisit Pasokan Bayangi Pasar, Harga Tembaga Berpeluang Tetap Tinggi di 2026

Prospek harga tembaga 2026 tetap bullish berkat defisit pasokan 330 kmt dan permintaan EV. Analis proyeksi US$ 10.000-13.500 per ton.

Pasar Modal Indonesia 2025 Didominasi Investor Muda dan Ritel
| Rabu, 31 Desember 2025 | 20:14 WIB

Pasar Modal Indonesia 2025 Didominasi Investor Muda dan Ritel

Hingga 24 Desember 2025, KSEI mencatat jumlah investor pasar modal telah menembus 20,32 juta Single Investor Identification (SID).

Produsen Menahan Diri, Konsumen Mulai Optimistis: Gambaran Ekonomi 2025
| Rabu, 31 Desember 2025 | 19:01 WIB

Produsen Menahan Diri, Konsumen Mulai Optimistis: Gambaran Ekonomi 2025

Ekonomi Indonesia menunjukkan dua wajah yang berbeda. Produsen mulai bersikap lebih hati-hati saat keyakinan konsumen mulai membaik.

IHSG Menguat 22,13%, Asing Net Sell Rp 17,34 Triliun Pada 2025, Prospek 2026 Membaik
| Rabu, 31 Desember 2025 | 17:27 WIB

IHSG Menguat 22,13%, Asing Net Sell Rp 17,34 Triliun Pada 2025, Prospek 2026 Membaik

IHSG menguat 22,13% di 2025, ditutup 8.646,94, didorong investor lokal. Asing net sell Rp 17,34 triliun.

Saham ESSA Terkoreksi ke Area Support, Simak Prospek ke Depan
| Rabu, 31 Desember 2025 | 15:00 WIB

Saham ESSA Terkoreksi ke Area Support, Simak Prospek ke Depan

ESSA mulai menunjukkan sinyal yang semakin konstruktif dan menarik bagi investor dengan profil risiko lebih agresif.

2025, Kesepakatan Merger Akuisisi Sektor Keuangan Indonesia Capai Rp 9,21 triliun
| Rabu, 31 Desember 2025 | 14:05 WIB

2025, Kesepakatan Merger Akuisisi Sektor Keuangan Indonesia Capai Rp 9,21 triliun

Kesepakatan merger dan akuisisi di sektor keuangan melesat 56,3% secara tahunan, di saat total aktivitas merger dan akuisisi turun

Saham-Saham Paling Cuan dan Paling Jeblok Saat IHSG Naik 22% pada 2025
| Rabu, 31 Desember 2025 | 13:50 WIB

Saham-Saham Paling Cuan dan Paling Jeblok Saat IHSG Naik 22% pada 2025

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 22,13% sepanjang tahun 2025. IHSG ditutup pada level 8.646,94 pada perdagangan terakhir.

INDEKS BERITA

Terpopuler