Kinerja Sektor Otomotif di Masa Pandemi

Rabu, 25 Agustus 2021 | 07:30 WIB
Kinerja Sektor Otomotif di Masa Pandemi
[]
Reporter: Harian Kontan | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kabar baik tengah melanda industri otomotif nasional. Terpantau penjualan mobil terus melonjak. Di tengah membaiknya kondisi perekonomian, konsumen memanfaatkan momentum berakhirnya diskon pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) 100% pada akhir  Agustus ini.

Penjualan mobil domestik tercatat tumbuh 340% secara tahunan (year on year/yoy) pada Juli 2021 menjadi 66.639 unit dibanding Juli 2020 sebanyak 15.145 unit. Di Agustus ini, penjualan mobil diprediksi naik, sebab mulai September-Desember diskon PPnBM yang berlaku hanya 25%.

Hingga akhir 2021, target penjualan mobil masih dipatok 750.000 unit, lebih tinggi dibandingkan realisasi 2020 yang 532.000 unit. Secara kumulatif, penjualan mobil periode Januari-Juli 2021 tumbuh 60% (yoy) menjadi 460.000 unit. Suatu angka kenaikan yang impresif lantaran basis komparasinya yang rendah di masa pandemi 2020 lalu.

Dengan rata-rata penjualan bulanan 60 ribu unit, maka di sisa tahun ini yang tinggal lima bulan lagi pelaku industri otomotif termasuk diler otomotif optimistis target penjualan mobil 2021 sebanyak 750.000 unit bisa tercapai. Sebuah optimisme yang logis di tengah kondisi perekonomian domestik yang sedang bergairah.

Terlihat dari ekonomi Indonesia triwulan II-2021 dibandingkan dengan triwulan II-2020 tumbuh 7,07% (yoy). Pertumbuhan terjadi pada semua lapangan usaha. Lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan signifikan adalah transportasi dan pergudangan sebesar 25,10% dan penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 21,58%.

Sementara industri pengolahan yang memiliki peran dominan juga tumbuh sebesar 6,58%. Melihat keterkaitannya dengan ketiga lapangan usaha yang bertumbuh signifikan tersebut, hal itu memberikan signal bahwa sektor otomotif pun bergerak naik.

Secara spasial, struktur perekonomian Indonesia pada triwulan II-2021 didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa dengan kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 57,92%. Diikuti Pulau Sumatera 21,73%, Kalimantan 8,21%, Sulawesi 6,88% dan Pulau Bali dan Nusa Tenggara 2,85%. Adapun  Pulau Maluku dan Papua 2,41%.

Perbaikan perekonomian terjadi di semua kelompok pulau, dengan level pertumbuhan yang berbeda-beda. Pada triwulan II-2021, kelompok Pulau Maluku dan Papua mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 8,75% (yoy). Diikuti Sulawesi 8,51%, lantas Jawa 7,88%, Kalimantan 6,28%, Sumatera 5,27%; serta Pulau Bali dan Nusa Tenggara 3,70%.

Para produsen dan distributor otomotif tentu bisa dengan cerdas dan cermat membidik pemasaran produknya ke provinsi-provinsi yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang baik. Terutama yang setara atau bahkan melebihi pertumbuhan ekonomi nasional.

Di sini pulau Jawa, Sulawesi, serta Maluku dan Papua memiliki angka pertumbuhan ekonomi yang baik. Berpotensi menjadi pasar produk otomotif sesuai dengan kapasitas masing-masing daerahnya.

Permintaan dadakan

Lantas, simpanan dana pihak ketiga (DPK) yang tersimpan di perbankan yang tumbuh tinggi (11% per Juni lalu) mencerminkan disposable income setiap masyarakat yang tinggi yang siap pakai untuk dibelanjakan.

Ketika pelonggaran pembatasan terjadi dan ada iming-iming diskon PPnBM untuk pembelian produk otomotif, hal ini akan menciptakan "permintaan mendadak" (pent-up demand) dari masyarakat.

Maksudnya, orang tiba-tiba ingin membeli suatu produk baru kendati mungkin saja orang itu sedang tidak butuh terhadap produk tersebut. Salah satu wujudnya adalah pembelian mobil baru.

Faktor pendorong lonjakan permintaan otomotif di bulan-bulan berikutnya adalah distribusi vaksinasi massal yang terus dipercepat. Kondisi ini akan meningkatkan kekebalan individual menuju kekebalan kelompok (herd immunity).

Ketika seseorang sudah divaksin lengkap (dua dosis), pada umumnya orang ini memiliki tingkat kepercayaan diri yang lebih tinggi. Sehingga orang itu berani keluar rumah, melakukan aktivitas outdoor maupun melakukan mobilitas secara terbatas dengan protokol kesehatan yang ketat.

Orang-orang seperti ini pun akan mudah tergoda untuk melakukan pembelian mobil baru. Baik itu karena dorongan impulsif atau spontanitas semata karena memiliki disposable income yang tinggi. Maupun karena mereka ada dorongan pent-up demand seperti disebutkan tadi.

Lebih lanjut, permintaan otomotif akan melibatkan peran sektor keuangan (perbankan, pembiayaan, pasar modal, dan asuransi). Mulai dari pembiayaan konsumen, jaminan asuransi umum dan jiwa, penghimpunan dana untuk produksi yang akan menggairahkan sektor keuangan.

Bahkan produksi otomotif sendiri melibatkan puluhan jenis output terkait lainnya. Mulai dari bahan baku, bahan setengah jadi hingga barang jadi. Dari kelompok barang metal (baja, besi, aluminium), kabel, kawat, karet, kaca, hingga kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) ramah lingkungan saat mobil itu meluncur di jalan.

Pada ujungnya, lonjakan mobilitas orang dengan berkendaraan mesin (otomotif) akan mendorong tingkat konsumsi masyarakat sehingga pertumbuhan konsumsi rumah tangga (KRT) akan meningkat.

Dengan status KRT sebagai penopang utama PDB, yakni sebesar 56%, maka dengan mengupayakan pertumbuhan KRT rata-rata minimal 5% (yoy), sudah dapat menjaga pertumbuhan ekonomi nasional minimal 5%.

Tentu saja proyeksi  pertumbuhan ekonomi itu  dengan topangan juga dari pertumbuhan investasi langsung, belanja pemerintah dan surplus ekspor-impor.

Apalagi sektor otomotif berkontribusi cukup signifikan terhadap ekspor nasional, yakni 4,5%, karena termasuk 10 besar produk ekspor nonmigas nasional. Sementara itu, kontribusi industri otomotif terhadap PDB tahun lalu cukup signifikan, yakni sebesar 4,42%.

Prospek industri otomotif yang terjaga baik di semester kedua tahun ini juga didukung oleh data empiris berikut ini. Populasi Indonesia yang sebanyak 272 juta jiwa, separuhnya termasuk usia produktif dan masuk kategori kelas menengah dengan potensi konsumsi yang tinggi menjadi jaminannya.

Kemudian saat ini rasio kepemilikan mobil di Indonesia masih 99 mobil per 1.000 orang. Sementara, Malaysia dengan penduduk 37 juta jiwa, rasio kepemilikan mobil mencapai 450 mobil per 1.000 orang, sedangkan Thailand 240 mobil per 1.000 orang.

Artinya, peluang penjualan mobil di Indonesia masih besar. Saat ini pasar mobil Indonesia masih yang terbesar di kawasan ASEAN, dengan kontribusi sebesar 34%.

Akhirnya, mengingat begitu strategisnya peran dan kontribusi sektor otomotif baik dalam struktur industri manufaktur maupun perekonomian nasional, boleh jadi pemerintah akan menimbang kembali kebijakan stimulus dan insentif terbaik untuk mendorong pertumbuhan sektor otomotif nasional ini.                 

Bagikan

Berita Terbaru

Prospek RMK Energy (RMKE) Cerah Meski Harga Batubara Terpuruk
| Selasa, 30 Desember 2025 | 15:00 WIB

Prospek RMK Energy (RMKE) Cerah Meski Harga Batubara Terpuruk

Menurut analis, model bisnis RMKE memiliki keunggulan, terutama dari sisi efektifitas biaya, keselamatan, kepatuhan regulasi, dan biaya.

MLBI Jaga Kinerja di Momen Penting Natal 2025 dan Tahun Baru 2026
| Selasa, 30 Desember 2025 | 13:00 WIB

MLBI Jaga Kinerja di Momen Penting Natal 2025 dan Tahun Baru 2026

Manajemen MLBI memastikan, merek-merek mereka berada dalam posisi yang kuat dan tersedia untuk memenuhi permintaan konsumen.

Prospek Minyak Dunia 2026 Masih Tertekan, Surplus Pasokan Jadi Tema Utama
| Selasa, 30 Desember 2025 | 11:00 WIB

Prospek Minyak Dunia 2026 Masih Tertekan, Surplus Pasokan Jadi Tema Utama

Goldman Sachs dalam risetnya menilai pasar minyak global masih akan berada dalam kondisi kelebihan pasokan pada 2026.

Richer Versus Faster Richer : Perhitungan Kalkulus di Balik Investasi
| Selasa, 30 Desember 2025 | 09:22 WIB

Richer Versus Faster Richer : Perhitungan Kalkulus di Balik Investasi

Di masa lalu, kekayaan ratusan miliar dolar Amerika Serikat (AS) terdengar mustahil. Hari ini, angka-angka itu menjadi berita rutin. 

Menavigasi Jalan Terjal Ekonomi Global 2026
| Selasa, 30 Desember 2025 | 07:12 WIB

Menavigasi Jalan Terjal Ekonomi Global 2026

Di sejumlah negara dengan pendekatan populis yang kuat, peran pemerintah melalui jalur fiskal begitu kuat, mengalahkan peran ekonomi swasta.

Bayar Tagihan Ekologis
| Selasa, 30 Desember 2025 | 07:02 WIB

Bayar Tagihan Ekologis

Penerapan kebijakan keberlanjutan di sektor perkebunan dan pertambangan tak cukup bersifat sukarela (voluntary compliance).

Mengejar Investasi untuk Mencapai Target Lifting
| Selasa, 30 Desember 2025 | 06:06 WIB

Mengejar Investasi untuk Mencapai Target Lifting

ESDM mencatat, realisasi lifting minyak hingga akhir November 2025 berada di kisaran 610.000 bph, naik dari capaian 2024 yang sekitar 580.000 bph.

Laju Saham Properti Masih Bisa Mendaki
| Selasa, 30 Desember 2025 | 06:05 WIB

Laju Saham Properti Masih Bisa Mendaki

Di sepanjang tahun 2025, kinerja saham emiten properti terus melaju. Alhasil, indeks saham emiten properti ikut terdongkrak.

Beragam Tantangan Mengadang Emas Hitam di Tahun Depan
| Selasa, 30 Desember 2025 | 06:01 WIB

Beragam Tantangan Mengadang Emas Hitam di Tahun Depan

Sektor mineral dan batubara turut menopang anggaran negara melalui setoran penerimaan negara bukan pajak (PNBP).

Prodia Widyahusada (PRDA) akan Ekspansi Jaringan ke Asia Tenggara
| Selasa, 30 Desember 2025 | 06:00 WIB

Prodia Widyahusada (PRDA) akan Ekspansi Jaringan ke Asia Tenggara

Fokus utama PRDA diarahkan pada pengembangan layanan kesehatan masa depan, terutama di bidang terapi regeneratif 

INDEKS BERITA

Terpopuler