Kinerjanya Makin Melesat, Tesla Imbangi Lonjakan Biaya dengan Kenaikan Harga

Kamis, 21 April 2022 | 16:05 WIB
Kinerjanya Makin Melesat, Tesla Imbangi Lonjakan Biaya dengan Kenaikan Harga
[ILUSTRASI. CEO Tesla Elon Musk saat tampil di sebuah acara di Hawthorne, California, AS, 30 April 2015. REUTERS/Patrick T. Fallon/File Photo]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - SAN FRANSISCO. Tesla Inc pada Rabu mengumumkan kinerja yang melampaui ekspektasi Wall Street. Pembuat mobil listrik itu menaikkan harga untuk mengimbangi kenaikan biaya akibat kekacauan rantai pasokan dan lonjakan harga komoditas.

Kinerja Tesla yang memuaskan memicu pembayaran baru senilai US$ 23 miliar kepada sang CEO, Elon Musk, yang kini menyandang status sebagai orang terkaya di dunia.

Selama pandemi, Tesla mencetak kinerja yang melampuai para pesaingnya. Perusahaan itu membukukan rekor pengiriman dan pendapatan selama beberapa kuartal di saat para pesaingnya harus menghentikan produksi akibat kemacetan rantai pasokan global.

Saham Tesla naik 5% setelah penutupan perdagangan reguler.

Baca Juga: Harga Tembus Rekor, Kepemilikan Rumah Makin Tak Terjangkau Bagi Banyak Orang Amerika

Dalam acara earning call, Musk mengatakan Tesla memiliki peluang yang masuk akal untuk mencapai pertumbuhan pengiriman kendaraan hingga 60% di tahun ini. Ia juga optimistis pertumbuhan pengiriman tahunan naik hingga 50% selama beberapa tahun.

Tesla menaikkan harga mobilnya di China, Amerika Serikat (AS) dan negara-negara lain. Musk pada Maret mengatakan bahwa pembuat mobil listrik itu menghadapi kenaikan harga bahan baku dan logistik di tengah krisis di Ukraina dan tren lonjakan inflasi di negerinya.

"Pabrik kami sendiri telah berjalan di bawah kapasitas selama beberapa kuartal, terkendala rantai pasokan. Hambatan itu kemungkinan akan berlanjut hingga sisa tahun 2022," demikian pernyataan Tesla.

Tesla menaikkan harga untuk menutup lonjakan biaya selama enam hingga 12 bulan ke depan. Kebijakan itu akan melindungi Tesla saat memenuhi pesanan mobil yang mungkin tidak dikirimkan selama satu tahun.

Baca Juga: Suku Bunga Rata-rata KPR di Amerika Tembus Level Tertinggi 12 Tahun pada Minggu Lalu

"Kenaikan harga dengan baik melebihi inflasi biaya. Masalah produksi di China tampaknya terkelola," kata Craig Irwin dari Roth Capital. 

"Kami berharap Austin dan Berlin dapat mengatasi penutupan pabrik di Shanghai selama 19 hari," tutur Irwin. Ia merujuk ke dua pabrik baru Tesla di Texas dan Jerman yang telah memulai pengiriman dalam beberapa bulan terakhir.

Kinerja Tesla memungkinkan Musk mengantongi bonus senilai $23 miliar. Dia tidak menerima gaji dan paket pembayarannya membutuhkan kapitalisasi pasar Tesla dan pertumbuhan keuangan untuk mencapai serangkaian target yang meningkat.

Produsen mobil paling berharga di dunia itu mengatakan pendapatannya adalah US$ 18,8 miliar pada kuartal pertama yang berakhir 31 Maret. Itu dibandingkan dengan proyeksi senilai US$  17,8 miliar, menurut data IBES dari Refinitiv. Ini naik 81% dari tahun sebelumnya.

Pendapatan dari penjualan kredit regulasi ke pembuat mobil lain melonjak 31% menjadi US$ 679 juta pada kuartal pertama dari tahun sebelumnya, membantu meningkatkan pendapatan dan keuntungan. Laba per sahamnya adalah US$ 3,22, mengalahkan perkiraan analis sebesar US$ 2,26.

Laba sebelum pajak Tesla (EBITDA) per kendaraan yang dikirimkan naik lebih dari 60% menjadi US$ 16.203 pada kuartal terakhir dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Tesla mengatakan telah kehilangan sekitar satu bulan volume produksi dari pabriknya di Shanghai karena penutupan terkait COVID. Dikatakan produksi dilanjutkan pada tingkat terbatas, yang akan berdampak pada total volume produksi dan pengiriman pada kuartal kedua.

Musk memperkirakan total produksi Tesla pada kuartal saat ini akan serupa dengan kuartal pertama.

Baca Juga: JP Morgan: Dunia Perlu Investasi Tambahan US$ 1,3 Triliun di Sektor Energi pada 2030

Musk mengatakan lithium bertanggung jawab atas kenaikan biaya dan "faktor pembatas" untuk pertumbuhan EV. Dia mendorong perusahaan untuk masuk ke bisnis lithium, yang katanya akan menghasilkan margin tinggi berkat harga tinggi.

"Margin lithium saat ini praktis adalah margin perangkat lunak. Apakah Anda suka mencetak uang? Nah, bisnis lithium cocok untuk Anda." Dia juga mengatakan Tesla akan memiliki "beberapa pengumuman menarik di bulan-bulan mendatang" tentang upaya mengamankan bahan baku untuk baterai.

Musk mengatakan 4680 sel baterainya sendiri akan menjadi risiko produksi tahun depan jika tidak menyelesaikan volume produksi pada awal 2023. "Tapi kami sangat yakin melakukannya." Dia juga mengatakan sebagai mitigasi risiko, itu juga akan menggunakan baterai 2170 yang ada untuk kendaraan yang dibuat di Texas.

Musk mengatakan Tesla mengharapkan untuk memproduksi massal robotaxi tanpa roda kemudi atau pedal pada tahun 2024.

Baca Juga: Kenaikan Bunga The Fed Membuat Sejumlah Negara Berkembang Terancam Gagal Bayar Utang

Selama panggilan, Musk tidak menyebutkan Twitter yang dia tawar minggu lalu seharga US$ 43 miliar. Investor khawatir bahwa dia mungkin menjual beberapa saham Tesla atau meminjam saham Tesla tambahan untuk membiayai penawarannya.

Investor juga khawatir tentang Musk yang terganggu oleh tawaran Twitter-nya pada saat Tesla meningkatkan produksi di pabrik baru di Berlin dan Texas.

"Lanjakan pabrik membutuhkan waktu, dan Gigafactory Austin dan Gigafactory Berlin-Brandenburg tidak akan berbeda," kata Tesla dalam sebuah pernyataan.

Pabrik-pabrik baru akan menjadi kunci untuk memenuhi permintaan dan mengurangi ketergantungan pada pabriknya di China, pabrik terbesarnya, yang sedang memulihkan diri dari penutupan pabrik.

Bagikan

Berita Terbaru

Ruang Penguatan IHSG Mulai Terbatas
| Senin, 15 Desember 2025 | 05:10 WIB

Ruang Penguatan IHSG Mulai Terbatas

Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Senin (15/12) akan disetir sejumlah sentimen global yang cenderung positif.

Produsen Minuman Beralkohol Mengincar Kenaikan Penjualan Saat Nataru
| Senin, 15 Desember 2025 | 05:08 WIB

Produsen Minuman Beralkohol Mengincar Kenaikan Penjualan Saat Nataru

Sejumlah emiten minuman beralkohol optimistis dapat mengantongi pendapatan lebih tinggi di periode Natal dan Tahun Baru (Nataru). 

Upaya Genggam Laba dari Berjualan Charm
| Senin, 15 Desember 2025 | 05:05 WIB

Upaya Genggam Laba dari Berjualan Charm

Generasi muda suka dengan produk fesyen yang personal, usaha charm jadi peluang yang menjanjikan. Untungnya menggiurkan.

 
Emiten Unggas Siap Berkotek Lagi
| Senin, 15 Desember 2025 | 05:05 WIB

Emiten Unggas Siap Berkotek Lagi

Kinerja Emiten Unggas terdorong ekspansi strategis emiten dan lonjakan permintaan musiman di kuartal keempat.

Emiten Menggalang Utang Saat Bunga Layu
| Senin, 15 Desember 2025 | 04:56 WIB

Emiten Menggalang Utang Saat Bunga Layu

Menjelang akhir tahun 2025, sejumlah emiten aktif mencari pendanaan dengan memanfaatkan fasilitas kredit atau pinjaman perbankan. 

Unitlink Saham Semakin Cuan di Akhir Tahun
| Senin, 15 Desember 2025 | 04:55 WIB

Unitlink Saham Semakin Cuan di Akhir Tahun

Capaian apik di bulan lalu membuat rata-rata imbal unitlink saham mencapai 10,15% bila dilihat sejak awal tahun

Banyak Tertinggal, Valuasi Blue Chip Mulai Diskon
| Senin, 15 Desember 2025 | 04:54 WIB

Banyak Tertinggal, Valuasi Blue Chip Mulai Diskon

Saham-saham bobot besar di Indeks LQ45 cenderung terkoreksi, disebabkan oleh pergeseran market driver. 

Mengakhiri Mazhab Pembangunan Ekonomi Destruktif
| Senin, 15 Desember 2025 | 04:46 WIB

Mengakhiri Mazhab Pembangunan Ekonomi Destruktif

Pertumbuhan yang terlalu cepat namun mengorbankan keberlanjutan pada akhirnya menciptakan biaya ekonomi lebih besar dalam bentuk bencana.

Pengembalian Dana Awal Masalah Gagal Bayar DSI Tak Memuaskan Lender
| Senin, 15 Desember 2025 | 04:15 WIB

Pengembalian Dana Awal Masalah Gagal Bayar DSI Tak Memuaskan Lender

Berdasarkan data per 7 Desember 2025, dana yang tertahan di Dana Syariah Indonesia (DSI) mencapai Rp 1,28 triliun milik 4.402 pemberi pinjaman. 

Melihat Potensi Rebound Saham Blue Chip di Sisa Tahun 2025
| Minggu, 14 Desember 2025 | 17:29 WIB

Melihat Potensi Rebound Saham Blue Chip di Sisa Tahun 2025

Analis menyebut bahwa KLBF turut memiliki peluang rebound sebab sisi kinerja keuangan, pertumbuhan operating income dan net income masih positif.

INDEKS BERITA

Terpopuler