Kirana Megatara Siap Operasikan Dua Pabrik Baru

Selasa, 14 Mei 2019 | 15:06 WIB
Kirana Megatara Siap Operasikan Dua Pabrik Baru
[]
Reporter: Kenia Intan | Editor: Yuwono triatmojo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jika tak ada aral melintang, PT Kirana Megatara Tbk bakal mengoperasikan pabrik crumb rubber atau karet remah di Medan, Sumatra Utara dan Lampung pada semester kedua tahun ini. Kapasitas produksi kedua pabrik baru itu sebesar 36.000 ton hingga 40.000 ton per tahun.

Kirana Megatara membangun kedua pabrik tersebut sejak dua tahun lalu. Saat ini, mereka dalam tahap penyelesaian akhir konstruksi. Anggaran pembangunan tahun ini mencuil sebagian dana belanja modal alias capital expenditure (capex) Rp 120 miliar sepanjang 2019. Sebagian capex lagi untuk perawatan mesin rutin.

Sumber capex berasal dari kas internal. "Secara EBITDA, kalau kami keluarkan depresiasi dan sebagainya, kami ada kurang lebih Rp 100 miliar untuk kebutuhan itu," ungkap Ferry Sidik, Sekretaris Perusahaan PT Kirana Megatara Tbk saat paparan publik, Senin (13/5).

Kalau menurut catatan keuangan tahun lalu, Kirana Megatara memiliki kas dan setara kas sebesar Rp 438,39 miliar. Duit lancar perusahaan berkode saham KMTR di Bursa Efek Indonesia (BEI) tersebut, naik 41,29% ketimbang tahun 2017.

Sementara hingga kini, Kirana Megatara telah mengoperasikan pabrik berkapasitas 760.000 ton per tahun. Catatan kapasitas produksi tersebut sudah memasukkan tambahan produksi dari PT Bintang Agung Persada.

Kembali mengingatkan, awal tahun ini Kirana Megatara melalui anak usaha bernama PT Kirana Musi Persada, mengakuisisi 80% saham PT Bintang Agung Persada. Mereka mengambil alih saham dari tangan perusahaan Singapura yakni R1 Rubber Ventures Pte Ltd, dengan nilai transaksi mencapai Rp 240 miliar.

Biarpun kemampuan produksi 2019 bakal semakin besar, Kirana Megatara hanya mematok target produksi 500.000 ton karet remah. Proyeksi tersebut berkaca dari capaian tahun lalu. Manajemen perusahaan menilai, pasar karet remah tahun ini belum akan agresif.

Mengintip materi paparan publik di keterbukaan informasi BEI pada Mei 2019, total volume ekspor Kirana Megatara 2018 mencapai 495.260 karet remah. Volume ekspor tersebut setara dengan 96,5% dari total produksi.

Selama ini, Kirana Megatara memang lebih banyak bermain di pasar ekspor. Paling tidak sejak 2016, komposisi volume penjualan ekspor selalu di atas 96%. "Tahun ini kurang lebih sama yakni sebesar 96%-97% untuk ekspor," kata Ferry.

Tujuan ekspor terbesar Kirana Megatara ke Amerika Serikat, Jepang dan kawasan Eropa. Beberapa merek ban yang menggunakan produk karet remah mereka seperti Bridgestone, Continental, Cooper, Goodyear, Hankook, Kumho, Michelin, Pirelli, Sumitomo dan Yokohama.

Hingga akhir tahun 2019, Kirana Megatara menargetkan penjualan bersih kurang lebih sebesar Rp 10 triliun. Sementara target laba bersihnya Rp 100 miliar. Sebagai perbandingan, tahun lalu mereka mencatatkan penjualan bersih Rp 10,16 triliun dan laba bersih tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih, sebesar Rp 1,59 miliar.

Hingga 31 Maret 2019, penjualan bersih Kirana Megatara turun 14,39% year on year (yoy) menjadi Rp 2,26 triliun. Adapun bottom line berubah menjadi rugi bersih Rp 22,75 miliar. Padahal selama tiga bulan pertama tahun lalu masih cuan Rp 14,49 miliar.

Penyebab penurunan kinerja kuartal I tahun ini karena harga karet susut. "Maka kami melakukan penghematan biaya dari segala lini agar kami bisa meningkatkan keuntungan," harap Ferry.

Bagikan

Berita Terbaru

Tarif Impor Tembaga AS Naik 50%, AMMN hingga MDKA Diproyeksi Diuntungkan Meski Sesaat
| Rabu, 09 Juli 2025 | 22:15 WIB

Tarif Impor Tembaga AS Naik 50%, AMMN hingga MDKA Diproyeksi Diuntungkan Meski Sesaat

Kelebihan pasokan di pasar global akibat kebijakan tarif impor Trump pada akhirnya malah bisa menekan harga tembaga.

Meski Investor Asing Jor-joran Jualan, Harga ADRO Relatif Anteng Berkat Buyback Saham
| Rabu, 09 Juli 2025 | 21:07 WIB

Meski Investor Asing Jor-joran Jualan, Harga ADRO Relatif Anteng Berkat Buyback Saham

Dalam beberapa bulan terakhir banyak investor institusi asing yang melego saham ADRO dengan volume yang cukup besar.

Saham CDIA bisa Serupa BREN & CUAN, Minat Pasar Besar tapi Berpotensi Diganjal BEI
| Rabu, 09 Juli 2025 | 16:44 WIB

Saham CDIA bisa Serupa BREN & CUAN, Minat Pasar Besar tapi Berpotensi Diganjal BEI

Saham-saham pendatang baru yang terafiliasi dengan Prajogo Pangestu selalu diburu pelaku pasar sehingga bisa ARA berhari-hari usai listing.

Ekspektasi Konsumen dan CEO Sama-Sama Rendah
| Rabu, 09 Juli 2025 | 11:57 WIB

Ekspektasi Konsumen dan CEO Sama-Sama Rendah

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode Juni 2025 mencapai 117,8, naik dari 117,5 tetapi masih bergerak di sekitar level terendah dalam 3 tahun. 

Akses Pendanaan ke Bank Terbatas, Fenomena Gagal Bayar Korporasi ke Pinjol Kian Naik
| Rabu, 09 Juli 2025 | 09:30 WIB

Akses Pendanaan ke Bank Terbatas, Fenomena Gagal Bayar Korporasi ke Pinjol Kian Naik

Terjadi kenaikan proporsi pinjaman daring ke perusahaan non-UMKM dibandingkan UMKM di pertengahan tahun lalu hingga Februari 2025.

Profit 25,13% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Melemah Lagi (9 Juli 2025)
| Rabu, 09 Juli 2025 | 08:51 WIB

Profit 25,13% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Melemah Lagi (9 Juli 2025)

Harga emas batangan Antam 24 karat hari ini 8 Juli 2025) di Logammulia.com tertera Rp 1.894.000 per gram.

Pertamina Patra Niaga Merombak Jajaran Direksi
| Rabu, 09 Juli 2025 | 06:57 WIB

Pertamina Patra Niaga Merombak Jajaran Direksi

Menurut Heppy, Pertamina Patra Niaga mendukung dan comply pada kebijakan dan keputusan pemegang saham.

Opsi Penunjukan Langsung Pengelola Blok Migas
| Rabu, 09 Juli 2025 | 06:53 WIB

Opsi Penunjukan Langsung Pengelola Blok Migas

Opsi penunjukan langsung WK migas ini disampaikan Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung saat mengungkapkan urgensi revisi UU  Migas.

TINS dan PTBA Siap Ikuti Aturan Baru
| Rabu, 09 Juli 2025 | 06:47 WIB

TINS dan PTBA Siap Ikuti Aturan Baru

Enteri ESDM Bahlil Lahadalia menyatakan, skema tahunan lebih relevan dalam merespons fluktuasi harga dan permintaan pasar global

 Pengusaha Batubara Tolak Pungutan Bea Keluar
| Rabu, 09 Juli 2025 | 06:42 WIB

Pengusaha Batubara Tolak Pungutan Bea Keluar

Rencana pemerintah mengenakan bea keluar semakin membebani pelaku industri batubara yang sudah banyak menanggung sejumlah pungutan

INDEKS BERITA

Terpopuler