Komisaris NTBK, Hilman Risan: Cermati Fundamental, Jangan Gegabah

Sabtu, 16 Juli 2022 | 04:45 WIB
Komisaris NTBK, Hilman Risan: Cermati Fundamental, Jangan Gegabah
[]
Reporter: Nur Qolbi | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menanam modal pada suatu aset, bagi Komisaris Independen PT Nusatama Berkah Tbk (NTBK) Hilman Risan, tidak boleh dilakukan sembarangan. Hilman selalu memilih fundamental aset yang kuat agar merasa aman dalam menempatkan dana dalam jangka waktu tertentu.

Fundamental perusahaan yang bagus, tandas Hilman, menjadi kriteria utama sebab hal ini menjadi indikator perusahaan dapat berkembang. Prinsip ini dipegang teguh Hilman, berkaca dari pengalaman pertamanya  berinvestasi saham yang berujung kerugian. Dia mengaku, kala itu gegabah bertindak.

Hilman bercerita, kala itu dia menempatkan dana di emiten yang tidak memiliki fundamental bagus dan minim prospek. Alhasil, emiten tersebut bermasalah sehingga harga sahamnya rontok. "Saham dan perusahaannya sulit untuk bisa berkembang lagi, jadi akhirnya saya cut loss," kenang Hilman.

Baca Juga: Direktur Keuangan BEBS Pio Wehantouw Telaten Berinvestasi Properti hingga Bisnis F&B

Seiring berjalannya waktu dan belajar dari pengalaman, Hilman kini sudah bisa mengatur ritme investasi pada portofolio saham. Ia sudah mampu menganalisa, memilih saham-saham yang memang akan tumbuh berkembang.

Hilman juga semakin lihai melihat tren pergerakan harga saham dan momentum yang tepat untuk membeli maupun menjual saham berkat analisisnya dan menyaring berbagai informasi. Lewat kemampuan tersebut, dia bisa membeli saham di harga yang murah dan menjualnya di harga tinggi.

Selain melihat fundamental perusahaan, Hilman juga memilih saham dari sektor usahanya. Dia mencermati sektor apa yang memiliki prospek cerah ke depan. Sehingga dalam jangka panjang, dana investasinya di saham tidak hanya memberikan dividen, namun juga mencetak kenaikan harga saham (gain).

Hilman mengutamakan investasi di saham yang mempunyai nilai kapitalisasi pasar besar. Bagi pria lulusan Teknik Mesin Universitas Indonesia tahun 1988 ini, perusahaan dengan kapitalisasi pasar besar membantu dirinya lebih mudah memprediksi pergerakan saham dengan berbagai macam informasi yang ada.

Baca Juga: CEO STAR AM, Reita Farianti: Kini Lebih Fokus Melindungi Nilai

Diversifikasi aset

Bisa juga informasi tersebut dikaitkan dengan pertumbuhan ekonomi, pengembangan komoditas, hingga pembangunan infrastruktur seperti jalan tol, pelabuhan, dan pembangkit listrik yang mengarah ke pertumbuhan ekonomi Indonesia di daerah tertentu.

Hilman bercerita mulai berinvestasi di pasar saham sejak tahun 2012. Saat itu, saham sektor infrastruktur merupakan sektor bisnis favoritnya. Infrastruktur yang dimaksud adalah perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang usaha konstruksi, jalan tol, hingga pertambangan dan bisnis pendukungnya.

"Sektor infrastruktur adalah bisnis yang berorientasi dalam jangka panjang dan mudah untuk dilihat pertumbuhannya ke depan sehingga cocok untuk investasi jangka panjang," kata Hilman, pekan lalu (7/7).

Tak hanya berinvestasi di saham, Hilman juga memperluas portofolio investasinya ke instrumen pasar modal lainnya, yaitu reksadana, sukuk, dan Obligasi Negara Ritel (ORI). Ketiga instrumen itu dipilih karena sesuai dengan horizon investasi Hilman yang memang cenderung untuk jangka menengah hingga jangka panjang.

Baca Juga: Dirut Clipan Finance, Harjanto Tjitohardjojo: Disiplin Berinvestasi di Aset Aman

Khusus sukuk, instrumen ini dipilih karena Hilman mulai tertarik dengan finansial syariah. Menurut dia, pertumbuhan obligasi berbasis syariah (sukuk) juga tergolong bagus meski peminatnya masih kalah dibanding obligasi.

Di luar pasar modal, Hilman juga mulai menjajal investasi di fintech P2P lending syariah. Menurut dia, fintech memberikan imbal hasil yang lumayan.

Hilman bilang, saat ini porsi investasinya lebih besar di sukuk dan ORI dibanding saham, sementara P2P fintech masih tergolong kecil. Sebab Hilman lebih berorientasi investasi jangka menengah dan panjang. Maka Hilman perlahan mulai mengurangi porsi investasinya di saham.

"Saham porsinya kecil karena saya sudah tidak terlalu banyak mengikuti fluktuasi pergerakan harga," ucap Hilman. Tidak heran jika portofolio saham Hilman kini berisi emiten dengan fundamental yang ciamik saja.

Hingga saat ini posisi portofolio investasi Hilman 50% di ORI, 25% sukuk, 15% saham dan 10% di fintech syariah  

Baca Juga: Managing Director Delimajaya, Winston Wiyanta: Investor Konservatif yang Adaptif

Gemar Rekonstruksi Mobil Lawas

Kegemaran Hilman Risan, Komisaris PT Nusatama Berkah Tbk (NTBK), cukup unik. Pria yang sebelumnya berkarier di perusahaan Grup Astra, yakni United Tractors Pandu Engineering (PATRIA), ini suka memelihara mobil kuno keluaran tahun 1960-an.

Beberapa merek yang dia pilih seperti Mercedes-Benz dan Jeep yang keluar di tahun itu. Tak sekadar memelihara atau memiliki, Hilman justru lebih suka merekonstruksi mobil lawas yang sudah tidak berfungsi sehingga bisa digunakan kembali. Dia gemar mencari dan melakukan perbaikan pada komponen suku cadang hingga interior.

"Kadang ada komponen kayu saya bawa ke tukang piano, dipernis lagi sampai bagus lagi," kata Hilman. Dia bercerita, ada kenikmatan tersendiri saat ia berhasil menjalankan mobil kuno sehingga bisa berfungsi seperti mobil baru.

Namun kini, hobi tersebut sudah cukup lama ditinggalkan karena kesibukannya. Pria yang memulai karier di UNTR sejak tahun 2001 ini bilang, baru akan memulainya lagi sekarang. "Saya baru mulai terpikir untuk menekuninya kembali," kata Hilman. Ia juga masih belum tahu mobil kuno apa yang akan direkonstruksi.

Baca Juga: CEO PT Multipolar Tbk Adrian Suherman: Mengubah Portofolio Seiring Bertambahnya Usia

Kegemarannya tersebut nampaknya sejalan dengan jurusan kuliah dan kecintaannya terhadap dunia permesinan. Hilman merupakan lulusan Teknik Mesin Universitas Indonesia angkatan tahun 1988 dan sempat mengikut program untuk Production System di Fraunhofer University Germany.                                                          

Bagikan

Berita Terbaru

ADMR Punya Angin Segar: Aluminium Bullish dan Labanya Diproyeksi Melonjak
| Selasa, 18 November 2025 | 16:13 WIB

ADMR Punya Angin Segar: Aluminium Bullish dan Labanya Diproyeksi Melonjak

Prospek PT Alamtri Minerals Indonesia Tbk (ADMR) juga didukung smelter aluminium yang ditargetkan beroperasi pada akhir tahun 2025.

Intiland Development (DILD) Garap Proyek IKN, Begini Respon Pasar
| Selasa, 18 November 2025 | 15:31 WIB

Intiland Development (DILD) Garap Proyek IKN, Begini Respon Pasar

Masuknya DILD ke proyek IKN dianggap sebagai katalis yang kuat. IKN merupakan proyek dengan visibilitas tinggi dan menjadi prioritas pemerintah.

Astra Graphia (ASGR) Cetak Pertumbuhan Dua Digit
| Selasa, 18 November 2025 | 10:05 WIB

Astra Graphia (ASGR) Cetak Pertumbuhan Dua Digit

Dalam menjaga kelangsungan bisnis jangka panjang, perusahaan berfokus dalam penguatan fundamental bisnis yang disertai pemberian ruang eksplorasi

Indonesia Bisa Kecipratan Investasi dari Australia
| Selasa, 18 November 2025 | 09:50 WIB

Indonesia Bisa Kecipratan Investasi dari Australia

Hubungan dagang Indonesia–Australia selama ini didominasi oleh ekspor daging, gandum serta arus pelajar Indonesia ke Australia.

Hanya 4 Hari Saham CSIS Terbang Hampir 100%, Aksi Korporasi Anak Usaha Jadi Katalis
| Selasa, 18 November 2025 | 08:49 WIB

Hanya 4 Hari Saham CSIS Terbang Hampir 100%, Aksi Korporasi Anak Usaha Jadi Katalis

Secara teknikal, saham PT Cahayasakti Investindo Sukses Tbk (CSIS) masih berpotensi melanjutkan penguatan. 

Bisnis UMKM Belum Bisa Terangkat
| Selasa, 18 November 2025 | 08:15 WIB

Bisnis UMKM Belum Bisa Terangkat

Hal ini dipengaruhi oleh normalisasi daya beli masyarakat yang masih lesu, permintaan pasca Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) dan libur sekolah

Sejumlah Emiten Akan Private Placement, Simak Prospek Sahamnya
| Selasa, 18 November 2025 | 08:11 WIB

Sejumlah Emiten Akan Private Placement, Simak Prospek Sahamnya

Salah satu yang terbesar ialah PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA). Emiten pelat merah ini berencana menggelar private placement Rp 23,67 triliun

Mitra Keluarga (MIKA) Terus Merawat Pertumbuhan Bisnis
| Selasa, 18 November 2025 | 08:00 WIB

Mitra Keluarga (MIKA) Terus Merawat Pertumbuhan Bisnis

Pertumbuhan kinerja didukung peningkatan volume pasien swasta serta permintaan layanan medis berintensitas lebih tinggi di sejumlah rumah sakit.

Summarecon Agung (SMRA) Menyuntik Modal ke Anak Usaha Sebesar Rp 231,83 Miliar
| Selasa, 18 November 2025 | 07:46 WIB

Summarecon Agung (SMRA) Menyuntik Modal ke Anak Usaha Sebesar Rp 231,83 Miliar

SMRA melakukan transaksi afiliasi berupa penambahan modal oleh perusahaan terkendali perseroan itu pada perusahaan terkendali lain.

Integrasi Merger Berlanjut, Laba EXCL Bisa Membaik di 2026
| Selasa, 18 November 2025 | 07:33 WIB

Integrasi Merger Berlanjut, Laba EXCL Bisa Membaik di 2026

EXCL berhasil meraup pendapatan sebesar Rp 30,54 triliun. Nilai ini melonjak 20,44% secara tahunan atau year on year (yoy) dari Rp 25,36 triliun.​

INDEKS BERITA

Terpopuler