CEO STAR AM, Reita Farianti: Kini Lebih Fokus Melindungi Nilai

Sabtu, 23 April 2022 | 04:00 WIB
CEO STAR AM, Reita Farianti: Kini Lebih Fokus Melindungi Nilai
[]
Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menjalani karier di industri reksadana pada akhirnya membuat Reita Farianti jatuh hati terhadap instrumen reksadana. Investasi di aset ini sudah ditanamkan sejak wanita yang kini menjadi CEO di PT Surya Timur Alam Raya (STAR) Asset Management ini bekerja di bisnis aset manajemen. 

Tapi setelah memasuki usia kepala lima, Reita kini sudah menyesuaikan keranjang investasinya sesuai dengan profil risiko. Jika sebelumnya ia menjadikan reksadana saham sebagai porsi terbesar, kini reksadana pendapatan tetap dan reksadana terproteksi jadi portofolio utamanya. 

Reita bilang, ia menempatkan sekitar 50% dana investasinya di kedua reksadana tersebut. Sementara 25% ditempatkan di reksadana saham, 15% di reksadana pasar uang, dan sisanya untuk polis asuransi.

Baca Juga: CEO Tokocrypto, Pang Xue Kai Pelajari dan Sesuaikan Tujuan Investasi

Sekadar info, ketika ia masih lebih muda, kue portofolio investasi di reksadana saham mencapai 40%, lalu 10% digunakan untuk trading saham. Berikutnya, reksadana pendapatan tetap sebesar 30%. Sementara untuk reksadana pasar uang dan asuransi masing-masing 10%.

"Sejauh ini, tujuan investasi sudah banyak yang tercapai, jadi sekarang fokus saya untuk melindungi nilai investasi saja. Apalagi, profil risiko sekarang sudah tidak lagi agresif seperti dulu," terang wanita lulusan Universitas Padjadjaran ini. Reita menyebut kebanyakan reksadana pendapatan tetapnya saat ini berbasis obligasi korporasi. Menurut dia, jenis ini kinerjanya lebih stabil, tak seperti obligasi negara yang volatil. 
Untuk reksadana saham, Reita memilih reksadana dengan pengelolaan pasif, yakni di reksadana berbasis indeks. Dia juga berpendapat jika kinerja jauh lebih stabil. 

Bagi Reita, dalam berinvestasi harus mengenal profil diri sendiri. Investor harus tahu profil risiko, time horizon, hingga tujuan investasinya.

Investor juga harus mengenal instrumen investasinya. Investor harus riset agar mengetahui karakteristiknya secara menyeluruh. Reita menyarankan jangan sampai memilih instrumen hanya sebatas ikut-ikutan. "Self assess itu paling utama, selalu ukur kemampuan dan batasan diri sendiri. Jangan sampai terayu ajakan dan bujukan orang lain dalam mengambil keputusan investasi," kata dia.

Kini, seiring industri reksadana yang sudah semakin matang dan beragam, serta informasi semakin tak terbatas, maka investor harus jeli mengambil keputusan. Berinvestasi pada platform kredibel juga penting untuk menjaga aset tetap aman. "Pilih juga reksadana yang memperlihatkan konsistensi kinerja," tutur Reita. 

Baca Juga: Soal Investasi di Saham Emiten Properti, Ini Penjelasan Manajemen Bumi Resources

Sesuaikan batas risiko

Reita berbagi tip, investor yang ingin berinvestasi di reksadana saham perlu menyesuaikan dengan batas toleransi risiko. "Jika konservatif bisa pilih berbasis indeks, jika agresif, maka pilih yang produknya banyak berisikan saham alpha seeker," saran Reita.

Reita mengaku pernah merugi saat berinvestasi di reksadana. Dahulu saat awal membeli reksadana ia memilih reksadana pendapatan tetap. "Dahulu reksadana jenis ini memang menjadi primadona, karena iming-iming punya imbal hasil yang lebih besar dari deposito," kenang dia.

Namun, baru setahun berinvestasi, Reita dihadapkan krisis mata uang. Krisis ini memicu inflasi sehingga membuat pemerintah menaikkan bunga acuan. Imbal hasil reksadana pendapatan tetap pun merosot. 

Sebagai investor pemula, Reita mengaku terkejut, namun dari situ justru belajar. Terlebih, posisi Reita mengharuskannya bisa menenangkan dan mencari solusi bagi para nasabah. 

Baca Juga: Dirut BBJ Stephanus Paulus Lumintang: Investasi harus mengerti instrumennya

Oleh sebab itu, ketika terjadi krisis subprime mortgage pada 2008, wanita bergelar magister manajemen keuangan ini justru menambah posisi di reksadana saham. Walaupun akumulasi dananya sejak 2005 harus terkoreksi hingga 50% ketika terjadi krisis. "Tapi saat itu kerugian karena krisis global, bukan karena kinerja emiten yang jeblok, jadi saya yakin akan segera ada pemulihan," kata dia.

Keputusan Reita berbuah manis. Dalam satu tahun, nilai aktiva bersih (NAB) reksadana kembali pulih. Ia pun merasakan cuan besar. Berkat keuntungan tersebut, dia bisa menyekolahkan anak-anaknya ke Amerika Serikat. Menurut dia, momen tersebut membahagiakan.       

 Selalu Menyisihkan Dana untuk Asuransi

Bagi CEO PT Surya Timur Alam Raya (STAR) Asset Management Reita Farianti, investasi memang merupakan hal yang penting. Namun mempunyai asuransi juga tak kalah pentingnya. Karena itu, ia selalu menyisihkan sebagian pemasukan untuk membayar premi asuransi. 

Kebiasaan ini sudah dilakukan sejak ia mulai bekerja  hingga saat ini. "Investasi merupakan cara mencapai tujuan keuangan, sementara mempunyai asuransi sebagai bentuk safety net. Dengan memiliki asuransi lebih menenangkan dan mendapatkan perlindungan," kata Reita. 

Ia bercerita, asuransi yang dimilikinya tak sekadar asuransi jiwa maupun kesehatan. Asuransi pendidikan maupun unitlink pun juga ia miliki. 

Menurut Reita, pengembalian investasinya memang tidak seberapa. Namun memiliki asuransi ternyata telah menolongnya dalam beberapa kesempatan.

Reita mengisahkan, ketika hendak menyekolahkan anaknya di luar negeri, memiliki asuransi pendidikan dan kesehatan bagi para anaknya ternyata menjadi sebuah persyaratan. Berkat sudah memiliki asuransi, hal tersebut tidak menjadi halangan dan mempermudah proses pendaftaran tersebut.\

Baca Juga: Dirut Clipan Finance, Harjanto Tjitohardjojo: Disiplin Berinvestasi di Aset Aman

Selain itu, fungsi utama asuransi tetaplah memberikan uang pertanggungan ketika pemilik polis meninggal. "Karena kita tidak ada yang tahu umur kita sampai berapa lama, jadi saya tidak mau meninggalkan utang, tapi malah meninggalkan uang pertanggungan yang bisa dimanfaatkan," tutur Reita.              n

Bagikan

Berita Terbaru

ADMR Punya Angin Segar: Aluminium Bullish dan Labanya Diproyeksi Melonjak
| Selasa, 18 November 2025 | 16:13 WIB

ADMR Punya Angin Segar: Aluminium Bullish dan Labanya Diproyeksi Melonjak

Prospek PT Alamtri Minerals Indonesia Tbk (ADMR) juga didukung smelter aluminium yang ditargetkan beroperasi pada akhir tahun 2025.

Intiland Development (DILD) Garap Proyek IKN, Begini Respon Pasar
| Selasa, 18 November 2025 | 15:31 WIB

Intiland Development (DILD) Garap Proyek IKN, Begini Respon Pasar

Masuknya DILD ke proyek IKN dianggap sebagai katalis yang kuat. IKN merupakan proyek dengan visibilitas tinggi dan menjadi prioritas pemerintah.

Astra Graphia (ASGR) Cetak Pertumbuhan Dua Digit
| Selasa, 18 November 2025 | 10:05 WIB

Astra Graphia (ASGR) Cetak Pertumbuhan Dua Digit

Dalam menjaga kelangsungan bisnis jangka panjang, perusahaan berfokus dalam penguatan fundamental bisnis yang disertai pemberian ruang eksplorasi

Indonesia Bisa Kecipratan Investasi dari Australia
| Selasa, 18 November 2025 | 09:50 WIB

Indonesia Bisa Kecipratan Investasi dari Australia

Hubungan dagang Indonesia–Australia selama ini didominasi oleh ekspor daging, gandum serta arus pelajar Indonesia ke Australia.

Hanya 4 Hari Saham CSIS Terbang Hampir 100%, Aksi Korporasi Anak Usaha Jadi Katalis
| Selasa, 18 November 2025 | 08:49 WIB

Hanya 4 Hari Saham CSIS Terbang Hampir 100%, Aksi Korporasi Anak Usaha Jadi Katalis

Secara teknikal, saham PT Cahayasakti Investindo Sukses Tbk (CSIS) masih berpotensi melanjutkan penguatan. 

Bisnis UMKM Belum Bisa Terangkat
| Selasa, 18 November 2025 | 08:15 WIB

Bisnis UMKM Belum Bisa Terangkat

Hal ini dipengaruhi oleh normalisasi daya beli masyarakat yang masih lesu, permintaan pasca Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) dan libur sekolah

Sejumlah Emiten Akan Private Placement, Simak Prospek Sahamnya
| Selasa, 18 November 2025 | 08:11 WIB

Sejumlah Emiten Akan Private Placement, Simak Prospek Sahamnya

Salah satu yang terbesar ialah PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA). Emiten pelat merah ini berencana menggelar private placement Rp 23,67 triliun

Mitra Keluarga (MIKA) Terus Merawat Pertumbuhan Bisnis
| Selasa, 18 November 2025 | 08:00 WIB

Mitra Keluarga (MIKA) Terus Merawat Pertumbuhan Bisnis

Pertumbuhan kinerja didukung peningkatan volume pasien swasta serta permintaan layanan medis berintensitas lebih tinggi di sejumlah rumah sakit.

Summarecon Agung (SMRA) Menyuntik Modal ke Anak Usaha Sebesar Rp 231,83 Miliar
| Selasa, 18 November 2025 | 07:46 WIB

Summarecon Agung (SMRA) Menyuntik Modal ke Anak Usaha Sebesar Rp 231,83 Miliar

SMRA melakukan transaksi afiliasi berupa penambahan modal oleh perusahaan terkendali perseroan itu pada perusahaan terkendali lain.

Integrasi Merger Berlanjut, Laba EXCL Bisa Membaik di 2026
| Selasa, 18 November 2025 | 07:33 WIB

Integrasi Merger Berlanjut, Laba EXCL Bisa Membaik di 2026

EXCL berhasil meraup pendapatan sebesar Rp 30,54 triliun. Nilai ini melonjak 20,44% secara tahunan atau year on year (yoy) dari Rp 25,36 triliun.​

INDEKS BERITA

Terpopuler