Konflik Dagang Mengakibatkan Kinerja Sektor Manufaktur Global Jeblok selama Mei

Selasa, 04 Juni 2019 | 08:13 WIB
Konflik Dagang Mengakibatkan Kinerja Sektor Manufaktur Global Jeblok selama Mei
[]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID -  NEW YORK. Sektor manufaktur di berbagai belahan dunia mengalami kontraksi sepanjang bulan lalu. Penyebabnya apalagi kalau bukan memburuknya hubungan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Pebisnis di AS, Asia dan Eropa pun kini mencemaskan hubungan dagang kedua negara akan berubah menjadi koflik yang berujung ke resesi global.

Berbagai indikator ekonomi kemungkinan akan memburuk dalam beberapa bulan mendatang. Kenaikan tarif yang terjadi dalam konflik dagang AS-China, akan berujung ke terganggungnya perdagangan global sekaligus menciderai sentimen bisnis dan konsumen. Ujung-ujungnya, ketersediaan lapangan kerja bakal menyusut serta rencana  investasi akan kian lama terealisasi.

Sejumlah ekonom memprediksi resesi akan kembali membelit dunia, jika ketegangan hubungan perdagangan AS-China tak kunjung reda pada Juni mendatang, saat Presiden Donald Trump dijadwalkan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping. Untuk menghindar dari resesi, otoritas moneter di berbagai negara bakal berlomba memangkas sukubunganya.

Survei yang dilakukan oleh Institute for Supply Management (ISM) dan HIS Markit Ltd memperlihatkan buruknya kinerja sektor manufaktur di AS selama bulan Mei. Berdasar hasil survei ISM, indeks sektor manufaktur di AS sebesar 52,1. Angka itu mencerminkan penurunan terburuk sejak Oktober 2006. Sedangkan Markit Purchasing Manager Index (PMI) untuk sektor manufaktur AS berada di tingkat terendahnya sejak krisis keuangan global tahun 2009.

Data Kementerian Perdagangan AS memperlihatkan belanja konstruksi selama April tidak mengalami perubahan. Hasil itu terbilang mengecewakan mengingat sebagian besar data dikompilasi sebelum Presiden AS Donald Trump mengancam pengenaan tarif bagi produk asal Meksiko.

Data tentang kegiatan sektor manufaktur selama bulan Mei di negara-negara lain juga mengecewakan. Perang dagang AS-China, penurunan permintaan otomotif dan Brexit mengakibatkan aktivitas manufaktur di euro zone mengalami kontraksi bulan lalu. Kontraksi yang terjadi pada Mei lalu merupakan bulan keempat berturut-turut dan semakin besar.

Di Inggris, sektor manafaktur mengalami penurunan tercuram selama tiga tahun terakhir. Kontraksi juga dialami sektor manufaktur di Jepang, Korea Selatan, Malaysia dan Taiwan.

“Guncangan terbaru yang terjadi dalam memanasnya hubungan dagang AS-China bukan kabar baik bagi perdagangan global. Respon dalam bentuk kebijakan moneter yang terjadi di banyak negara adalah adu cepat menurunkan bunga,” tutur Aidan Yao, senior emerging market economist di AXA Investment Managers.

Indeks Purchasing Manager IHS Markit per Mei untuk zona euro sebesar 47,7 di bawah indeks per April. Indeks itu hanya lebih tinggi dibandingkan posisinya per Maret, yang merupakan kisaran terendah dalam enam tahun terakhir.

Di Inggris, setelah tren menumpuk stok di awal tahun yang dilakukan pebisnis menghadapi Brexit, permintaan mulai merosot. Indeks Mei lalu pun memperlihatkan penurunan yang tajam hingga ke kisaran terendah selama tiga tahun terakhir, mengikuti anjloknya pesanan.

Namun prospek ekonomi China belum lepas dari kesuraman karena pertumbuhan output yang melemah, harga jual pabrik yang stagnan. Para pebisnis pun memperlihatkan optimisme yang sangat rendah sejak survei pertama kali dilakukan pada April 2012.

Memburuknya data kinerja sektor manufaktur memperkuat dugaan otoritas moneter di berbagai negara akan segera kembali terlibat dalam adu cepat memangkas bunga. Bank sentral di Australia dan India masuk ke dalam kelompok otoritas moneter yang pertama  memangkas bunga. Mereka diprediksi akan memangkas bunga acuan negerinya pekan ini. Otoritas moneter di negara-negara lain diprediksi akan mengambil langkah serupa dalam waktu dekat.

Bagikan

Berita Terbaru

Dari Kamar Murah ke Pemberdayaan Komunitas
| Minggu, 08 Juni 2025 | 06:35 WIB

Dari Kamar Murah ke Pemberdayaan Komunitas

Di balik reputasinya sebagai penyedia kamar murah dan layanan check-in kilat, OYO punya ambisi lebih besar. Apa itu?

 
Tak Sekadar Batal Haji, Layanan Furoda Berbuntut Panjang
| Minggu, 08 Juni 2025 | 06:20 WIB

Tak Sekadar Batal Haji, Layanan Furoda Berbuntut Panjang

Ribuan calon jemaah haji furoda gagal berangkat ke Tanah Suci. Tak hanya calon jemaah yang gundah gulana, agen travel juga pusing alang kepalang. 

 
Yuk, Menikmati Cuan dari Permainan untuk Mantan Anak Kecil
| Minggu, 08 Juni 2025 | 05:50 WIB

Yuk, Menikmati Cuan dari Permainan untuk Mantan Anak Kecil

Bermain kini bukan hanya urusan anak-anak. Playground kini menjadi ruang pelepas penat bagi orang dewasa. Apa peluang bisnisnya?

 
Kopdes Melaju Buat Siapa?
| Minggu, 08 Juni 2025 | 05:10 WIB

Kopdes Melaju Buat Siapa?

​Hingga awal Juni, sebanyak 78.000 lembaga Kopdes Merah Putih sudah terbentuk melalui musyawarah desa khusus.

Menadah Peluang dari Aksi Jual Asing
| Sabtu, 07 Juni 2025 | 09:32 WIB

Menadah Peluang dari Aksi Jual Asing

Beberapa saham yang terkena aksi jual asing dalam sepekan terakhir ini, masih dapat dicermati untuk trading jangka pendek

Emiten Memperluas Diversifikasi Bisnis
| Sabtu, 07 Juni 2025 | 09:25 WIB

Emiten Memperluas Diversifikasi Bisnis

 Sejumlah emiten mulai dari sektor teknologi, kesehatan, hingga energi, memperluas bisnis dengan membentuk anak usaha baru.

Prospek Saham DSNG yang Siap  Menebar Dividen Rp 24 Per Saham
| Sabtu, 07 Juni 2025 | 09:23 WIB

Prospek Saham DSNG yang Siap Menebar Dividen Rp 24 Per Saham

PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) akan membagikan dividen tunai sebesar Rp 254,39 miliar dari buku tahun 2024.

Strategi Mega Perintis (ZONE) Bertahan di Bisnis Fesyen
| Sabtu, 07 Juni 2025 | 09:19 WIB

Strategi Mega Perintis (ZONE) Bertahan di Bisnis Fesyen

Mengupas rencana bisnis perusahaan ritel fesyen, PT Mega Perintis Tbk (ZONE) di tengah persaingan industri yang ketat

PMI yang Terkontraksi Tampaknya Tak Berpengaruh ke Emiten-Emiten Ini
| Sabtu, 07 Juni 2025 | 09:00 WIB

PMI yang Terkontraksi Tampaknya Tak Berpengaruh ke Emiten-Emiten Ini

Potensi kontraksi PMI masih dapat berlanjut, terlebih jika pasca negosiasi tarif dalam 90 hari tidak mendapatkan keputusan win-win.

Profit 27,96% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Anjlok (7 Juni 2025)
| Sabtu, 07 Juni 2025 | 08:26 WIB

Profit 27,96% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Anjlok (7 Juni 2025)

Harga emas Antam hari ini (7 Juni 2025) Rp 1.904.000 per gram. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 27,96% jika menjual hari ini.

INDEKS BERITA

Terpopuler