Kowtow Diplomasi Tarif

Jumat, 18 Juli 2025 | 06:10 WIB
Kowtow Diplomasi Tarif
[ILUSTRASI. TAJUK - Syamsul Ashar]
Syamsul Ashar | Managing Editor

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketidakpasitan mengenai pengenaan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) kepada Indonesia mulai menemui titik terang. Presiden AS Donald Trump mengumumkan Indonesia dikenakan tarif 19% setelah Presiden Indonesia Prabowo Subianto secara langsung bernegosiasi dengan dirinya melalui telepon. Setelah deal, Trump memuji-muji Prabowo setinggi langit.

Tarif ini jelas membuka perdebatan baru. Kalau dibandingkan dengan hasil negosiasi yang dilakukan oleh para pembantu presiden, yang mentok di tarif 32%, jelas lebih baik. Atau jika dibandingkan dengan negara lain di kawasan seperti Vietnam dan Filipina (20%); Malaysia dan Brunei 25%; Thailand dan Kamboja 36% juga Myanmar dan Laos di 40% deal Prabowo jelas lebih baik.

Apakah tarif 19% sebagai hukuman dari Trump lantaran neraca perdagangan RI surplus US$ 19 miliar terhadap AS ini adil? Apakah deal yang kita (rakyat Indonesia harus bayar) sesuai dengan kebutuhan Indonesia atau semata keinginan AS untuk berjualan dengan tekanan?

Pertama bagian dari deal yang mencolok adalah rencana pembelian sekitar 50 unit pesawat dari Boeing. Presiden menyebut sebagian besar dipakai Garuda Indonesia sebagai pesawat komersial. 

Yang jadi pertanyaan adalah apakah Garuda membutuhkan pesawat-pesawat ini untuk melayani lonjakan penumpang? Apakah penerbangan dalam negeri yang tahun lalu mencapai 63 juta penumpang melonjak? Maklum Garuda sebelumnya sudah gagal mengelola trayek internasional terutama jarak jauh.

Perlu dipertimbangkan betul jangan sampai 50 unit pesawat baru itu hanya terbang kosong sehingga membuat keuangan Garuda boncos. Sebab 50 unit B 777 bisa setara dengan US$ 22 miliar. Selain itu bukankah yang kita butuhkan adalah 24 unit pesawat tempur F-25 EX yang nilainya mencapai US$ 8 miliar? Apakah AS menolak menjual?

Kedua, komitmen RI membeli produk energi mulai dari LPG, minyak mentah, bahan  bakar, senilai US$ 15 miliar maupun produk pertanian gandum, kedelai, susu, senilai US$ 4,5 miliar jelas akan membebani konsumen. Kalau selama ini bisa impor dari negara tetangga yang dekat, kini harus jauh dari AS sehingga harga lebih mahal. 

Trump tegas menyebut semua produk AS bebas tarif alias 0% masuk RI. Ini kemenangan besar bagi Trump. Apalagi selama ini AS sudah menguasai sektor keuangan, teknologi dan berbagai hak ciptanya tiap tahun bernilai miliaran dollar. Bagi RI ini sejarah kowtow diplomacy.

Selanjutnya: IHSG Menguat, Tapi Fundamental Rapuh

Bagikan

Berita Terbaru

Profit 24,15% Setahun, Cek Harga Emas Antam Hari Ini (18 Juli 2025)
| Jumat, 18 Juli 2025 | 09:12 WIB

Profit 24,15% Setahun, Cek Harga Emas Antam Hari Ini (18 Juli 2025)

Harga emas batangan Antam 24 karat 18 Juli 2025 di Logammulia.com Rp 1.917.000 per gram, harga buyback Rp 1.763.000 per gram.

BEI Lepas Suspensi CDIA & COIN, Deretan Saham-Saham IPO di Bulan Juli 2025 Melambung
| Jumat, 18 Juli 2025 | 08:16 WIB

BEI Lepas Suspensi CDIA & COIN, Deretan Saham-Saham IPO di Bulan Juli 2025 Melambung

Analis mengatakan bahwa volatilitas harga saham yang tinggi setelah IPO membuka ruang spekulasi, terutama jika likuiditasnya rendah.

Prospek Bisnis Emiten Properti Tersengat Penurunan BI Rate
| Jumat, 18 Juli 2025 | 06:49 WIB

Prospek Bisnis Emiten Properti Tersengat Penurunan BI Rate

Penurunan BI Rate membuat industri properti akan semakin menarik dan bisa jadi katalis positif. Suku bunga KPR akan semakin diminati konsumen. 

Rogoh Kocek Rp 80,3 Miliar, Berdikari Pondasi (BDKR) Siap Buyback Saham
| Jumat, 18 Juli 2025 | 06:41 WIB

Rogoh Kocek Rp 80,3 Miliar, Berdikari Pondasi (BDKR) Siap Buyback Saham

PT Berdikari Pondasi Perkasa Tbk (BDKR) menyiapkan anggaran Rp 80,32 miliar untuk membeli kembali atau buyback sahamnya.

Ingin Private Placement, Sidomulyo Selaras (SDMU) Minta Restu RUPSLB
| Jumat, 18 Juli 2025 | 06:35 WIB

Ingin Private Placement, Sidomulyo Selaras (SDMU) Minta Restu RUPSLB

Dalam aksi korporasi ini, SDMU akan menerbitkan 2,27 miliar saham baru seri B dengan nilai nominal Rp 25 per saham.

Harga Minyak WTI Berpotensi Menanjak Hingga Akhir Tahun
| Jumat, 18 Juli 2025 | 06:30 WIB

Harga Minyak WTI Berpotensi Menanjak Hingga Akhir Tahun

Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) diproyeksi akan meningkat karena sejumlah faktor eksternal.

Rupiah Masih Akan Tertekan di Akhir Pekan
| Jumat, 18 Juli 2025 | 06:25 WIB

Rupiah Masih Akan Tertekan di Akhir Pekan

Melansir Bloomberg, rupiah di pasar spot ditutup melemah 0,33% dibandingkan hari perdagangan sebelumnya ke posisi Rp 16.340 per dolar AS.

Garap Rumah Subsidi, Ingria Pratama Capitalindo (GRIA) Hadapi Banyak Tantangan
| Jumat, 18 Juli 2025 | 06:20 WIB

Garap Rumah Subsidi, Ingria Pratama Capitalindo (GRIA) Hadapi Banyak Tantangan

Salah satunya adalah soal penyesuaian harga jual rumah subsidi yang terus terdampak oleh inflasi dan kenaikan harga material bangunan.

IHSG Naik 6,14% Dalam Reli Sembilan Hari, Saham-Saham Ini Jadi Penyokong
| Jumat, 18 Juli 2025 | 06:15 WIB

IHSG Naik 6,14% Dalam Reli Sembilan Hari, Saham-Saham Ini Jadi Penyokong

Dalam sembilan hari kenaikan, IHSG mengakumulasikan kenaikan 6,14% dari posisi terakhir 4 Juli 2025 lalu.

Harga Melonjak Tinggi, Saham Emiten Masuk Radar BEI
| Jumat, 18 Juli 2025 | 06:15 WIB

Harga Melonjak Tinggi, Saham Emiten Masuk Radar BEI

Bursa Efek Indonesia (BEI) memasukkan lima saham yang baru IPO di bulan Juli ini masuk UMA. Dua diantaranya sahamnya disuspensi BEI. 

INDEKS BERITA

Terpopuler