Krisis Empati

Jumat, 29 Agustus 2025 | 06:09 WIB
Krisis Empati
[ILUSTRASI. TAJUK - Khomarul Hidayat]
Khomarul Hidayat | Redaktur Pelaksana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Empati menjadi hal langka dan mungkin terasa asing di kalangan elite negeri ini. Tengok saja gelombang kritik masyarakat terhadap perilaku pejabat negeri yang ramai belakangan ini. Perilaku yang seperti abai dengan penderitaan atau kesulitan ekonomi yang dialami masyarakat. 

Padahal, empati seharusnya menjadi dasar moral setiap keputusan maupun tindakan pejabat publik. Namun, di tengah kondisi ekonomi rakyat yang masih serba sulit, justru makin sering kita temui pernyataan atau tindakan pejabat publik yang mencerminkan jauhnya jarak batin mereka dengan penderitaan masyarakat. Empati seperti terasa asing di kalangan elite yang mestinya menjadi pengayom masyarakat.

Kasus mencolok dan sangat kontras bisa menggambarkan betapa rendahnya empati elite adalah kasus kematian tragis bayi Raya di Sukabumi yang meninggal dalam kondisi penuh cacing parasit. Tak lama berselang, muncul kasus penangkapan Wakil Menteri Ketenagakerjaan Immanuel Ebenezer oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Dua kasus itu memang tidak ada hubungannya. Namun, ini menunjukkan masih adaya perilaku elite yang tak punya empati dengan kesusahan rakyat.

Di satu sisi, ada rakyat yang tak bisa hidup layak karena negara absen. Di sisi lain, ada pejabat yang justru menyelewengkan kekuasaan untuk memperkaya diri sendiri. Ini adalah ironi yang menyayat, sekaligus menggambarkan secara telanjang betapa jauhnya empati dari ruang-ruang kekuasaan.

Belum lagi yang belakangan viral soal gaji besar anggota DPR berikut sederet tunjangan yang bikin heboh, seperti makin menjauhkan elite dari realitas yang dihadapi masyarakat.

Ini bukan hanya soal ketidaktahuan, tetapi juga indikasi absennya kepekaan sosial di antara mereka yang diberi amanah kekuasaan. Padahal, tugas pejabat publik bukan hanya membuat kebijakan, tetapi memastikan kebijakan itu berpihak pada rakyat, khususnya yang paling rentan. Empati bukan cuma soal rasa atau soal kelembutan hati, melainkan fondasi pengambilan keputusan yang adil dan manusiawi. Tanpa empati, kebijakan dan perilaku pejabat atau elite politik menjadi elitis.

Masyarakat bukan sekadar objek dari program pemerintah, melainkan subjek yang seharusnya diperlakukan dengan hormat dan diperhatikan aspirasinya. Ketika pejabat atau elite politik tidak lagi mendengar, tidak lagi peduli atau tidak punya empati, maka kepercayaan publik akan runtuh.

Gelombang protes masyarakat yang belakangan muncul seharusnya menjadi peringatan bagi elite politik untuk lebih berhati-hati membuat kebijakan dan berperilaku. Lebih punya empati lah. 

Bagikan
Topik Terkait

Berita Terbaru

Inflasi November Mencapai 2,72%, Emas Perhiasan Pemicu Utama
| Senin, 01 Desember 2025 | 13:31 WIB

Inflasi November Mencapai 2,72%, Emas Perhiasan Pemicu Utama

Inflasi November 2025 melambat ke 0,17% MoM (2,72% YoY). Emas perhiasan dominan, bawang merah & daging ayam ras alami deflasi.

Emiten Farmasi Bakal Kebagian Rejeki dari Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Tahun
| Senin, 01 Desember 2025 | 13:00 WIB

Emiten Farmasi Bakal Kebagian Rejeki dari Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Tahun

Emiten farmasi yang memproduksi obat generik berlogo, hingga alat kesehatan berpotensi merasakan dampak positif.

Surplus Neraca Dagang Susut Menjadi US$ 2,39 Miliar Per Oktober 2025
| Senin, 01 Desember 2025 | 12:56 WIB

Surplus Neraca Dagang Susut Menjadi US$ 2,39 Miliar Per Oktober 2025

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, surplus neraca perdagangan barang Indonesia pada Oktober 2025 mencapai US$ 2,39 miliar.

Tanggapi Nasabah yang Kehilangan Rp 71 Miliar, Mirae Asset Sekuritas Buka Suara
| Senin, 01 Desember 2025 | 12:29 WIB

Tanggapi Nasabah yang Kehilangan Rp 71 Miliar, Mirae Asset Sekuritas Buka Suara

Mirae menyabjut bahwa dari pemeriksaan awal, terdapat indikasi kuat bahwa nasabah membagikan kata sandi dan akses akunnya kepada orang lain.

PMI Manufaktur Indonesia Ekspansi ke Level 53,3, Tapi Ekspektasi Bisnis Melemah
| Senin, 01 Desember 2025 | 10:56 WIB

PMI Manufaktur Indonesia Ekspansi ke Level 53,3, Tapi Ekspektasi Bisnis Melemah

Program stimulus pemerintah membantu mendorong daya beli masyarakat dan menaikkan permintaan di dalam negeri

Harga Pangan yang Turun Berpotensi Membuat Inflasi November Melandai
| Senin, 01 Desember 2025 | 10:11 WIB

Harga Pangan yang Turun Berpotensi Membuat Inflasi November Melandai

Laju inflasi menjelang akhir tahun, justru diperkirakan melandai yang disebabkan harga pangan yang tercatat lebih rendah. 

Pekerja Bebas Dongkrak Setoran PPh Orang Pribadi
| Senin, 01 Desember 2025 | 09:59 WIB

Pekerja Bebas Dongkrak Setoran PPh Orang Pribadi

Penerimaan pajak penghasilan orang pribadi tercatat melesat 41% mencapai Rp 17,87 triliun           

Mimpi Ekonomi Tumbuh 8% Kian Menjauh
| Senin, 01 Desember 2025 | 09:50 WIB

Mimpi Ekonomi Tumbuh 8% Kian Menjauh

Menurut prediksi super optimistis Bank Indonesia, ekonomi cuma naik maksimal 7,7%                   

Ramai Saham ARA Setelah Keluar PPK, Hati-Hati Banyak yang Sekadar Pantulan
| Senin, 01 Desember 2025 | 08:20 WIB

Ramai Saham ARA Setelah Keluar PPK, Hati-Hati Banyak yang Sekadar Pantulan

Dari puluhan emiten yang keluar dari Papan Pemantauan Khusus pada 28 November 2025, hanya segelintir yang didukung narasi kuat.

Mencari Cuan dari Evaluasi Indeks Kehati
| Senin, 01 Desember 2025 | 08:16 WIB

Mencari Cuan dari Evaluasi Indeks Kehati

BEI mengumumkan evaluasi indeks Sri-Kehati. Investor bisa memanfaatkan momentum ini untuk menengok ulang portofolio masi

INDEKS BERITA

Terpopuler