Kucurkan US$ 180 Juta, Wilmar Ambil Alih Kendali Goodman Fielder dari Grup Salim

Senin, 11 Maret 2019 | 21:33 WIB
Kucurkan US$ 180 Juta, Wilmar Ambil Alih Kendali Goodman Fielder dari Grup Salim
[]
Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Raksasa sawit Wilmar International Ltd memperbesar portofolio di bisnis makanan. Perusahaan milik taipan Martua Sitorus itu mengambil alih 50% saham perusahaan roti Australia, Goodman Fielder Pty Limited dari First Pacific yang dimiliki Grup Salim. Nilai transaksi itu mencapai US$ 180 juta. 

Berdasarkan perjanjian yang diteken Senin (11/3), Wilmar akan mengambil sisa saham holding Goodman Fielder, yakni FPW Singapore Holdings Pte Ltd, dari Oceanica Developments Limited. Oceanica merupakan anak usaha tak langsung yang dimiliki First Pacific Company Limited, bagian dari Grup Salim, yang terdaftar di Bursa Hong Kong. 

Wilmar juga akan mengambil alih US$ 95 juta melalui pinjaman pemegang saham. Selain itu, perusahaan ini juga akan membayar Oceanica sebesar US$ 50 juta setelah 31 Desember 2020, jika Goodman Fielder berhasil mencapai target pendapatan yang ditetapkan. 

Dengan akuisisi itu, Wilmar bakal menjadi pengendali penuh Goodman Fielder. "Kinerja Goodman Fielder dapat meningkat secara signifikan jika berada di bawah kepemilikan penuh dari manajemen Wilmar," ujar Manajemen Wilmar, dalam keterbukaan informasi di SGX, Senin (11/3). 

Wilmar akan merogoh kas internal untuk mendanai transaksi tersebut. Akuisisi ini dinilai tidak memiliki dampak material terhadap net tangible assets Wilmar untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2019.

Transaksi ini juga merupakan pintu keluar bagi Grup Salim terhadap investasi di Goodman Fielder. Mengingatkan saja, pada awal 2015, Wilmar dan First Pacific berkongsi untuk mengakuisisi Goodman Fielder senilai US$ 1,3 miliar. Kepemilikan saham di Goodman Fielder dibagi rata, yakni 50% untuk First Pacific, dan 50% untuk Wilmar. Sebelum akuisisi itu, Wilmar sudah lebih dulu memiliki 10% saham di Goodman Fielder. 

Mengutip The Australian Financial Review, First Pacific sejatinya sudah menjajaki penjualan Goodman Fielder sejak enam bulan lalu. Pasar juga sudah menduga kalau Wilmar bakal menggunakan hak pre-emptive-nya untuk mengambil kendali penuh atas Goodman Fielder.

Goodman Fielder baru saja membayar dividen senilai US$ 35,1 juta, dua pekan lalu. Nah, First Pacific diduga menanti pembagian dividen tersebut sebelum menjual saham produsen roti Helgas and Wonder White, Meadow Lea margarin dan Praise mayonnaise tersebut.

Perusahaan manufaktur makanan di Australia dan Selandia baru ini berhasil melewati masa sulitnya. Bahkan, Wilmar dan Grup Salim rela membayar US$ 1,3 miliar atau 8,1 kali EBITDA perusahaan pada tahun 2014 dan mulai melakukan restrukturisasi. 

Kinerja penjualan Goodman Fielder di tahun 2018 masih flat, senilai US$ 2,16 miliar, tak jauh berbeda degan penjualan di tahun 2014 sebesar US$ 2,19 miliar. Dalam empat tahun terakhir ini, Goodman Fielder telah membayar dividen senilai US$ 94,5 juta kepada induk perusahaan patungan itu. 

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Pertaruhan Besar Nikel RI: Banjir Pasokan di Gudang LME, Kalah Saing Lawan LFP
| Minggu, 28 Desember 2025 | 13:00 WIB

Pertaruhan Besar Nikel RI: Banjir Pasokan di Gudang LME, Kalah Saing Lawan LFP

Indonesia mengalami ketergantungan akut pada China di saat minat Negeri Tirai Bambu terhadap baterai nikel justru memudar.

Restrukturisasi Garuda Indonesia Masuk Babak Baru, Simak Prospek GIAA Menuju 2026
| Minggu, 28 Desember 2025 | 11:15 WIB

Restrukturisasi Garuda Indonesia Masuk Babak Baru, Simak Prospek GIAA Menuju 2026

Restrukturisasi finansial saja tidak cukup untuk mengembalikan kepercayaan pasar secara total terhadap GIAA.​

Agar Kinerja Lebih Seksi, TBS Energi Utama (TOBA) Menggelar Aksi Pembelian Kembali
| Minggu, 28 Desember 2025 | 10:27 WIB

Agar Kinerja Lebih Seksi, TBS Energi Utama (TOBA) Menggelar Aksi Pembelian Kembali

Perkiraan dana pembelian kembali menggunakan harga saham perusahaan pada penutupan perdagangan 23 Desember 2025, yaitu Rp 710 per saham.

Provident Investasi Bersama (PALM) Tetap Fokus di Tiga Sektor Investasi di 2026
| Minggu, 28 Desember 2025 | 10:12 WIB

Provident Investasi Bersama (PALM) Tetap Fokus di Tiga Sektor Investasi di 2026

Tahun depan, PALM siap berinvetasi di sektor-sektor baru. Kami juga terbuka terhadap peluang investasi pada perusahaan tertutup.

Melalui Anak Usaha, Emiten Happy Hapsoro Ini Mencaplok Saham Kontraktor Hulu Migas
| Minggu, 28 Desember 2025 | 10:03 WIB

Melalui Anak Usaha, Emiten Happy Hapsoro Ini Mencaplok Saham Kontraktor Hulu Migas

HCM,  kontraktor kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi pada Wilayah Kerja Selat Madura berdasarkan production sharing contract dengan SKK Migas.

Okupansi Hotel Fluktuatif, DFAM Tancap Gas Garap Bisnis Katering
| Minggu, 28 Desember 2025 | 10:00 WIB

Okupansi Hotel Fluktuatif, DFAM Tancap Gas Garap Bisnis Katering

Penyesuaian pola belanja pemerintah pasca-efisiensi di tahun 2025 bisa membuat bisnis hotel lebih stabil.

Menjadi Adaptif Melalui Reksadana Campuran
| Minggu, 28 Desember 2025 | 08:20 WIB

Menjadi Adaptif Melalui Reksadana Campuran

Diversifikasi reksadana campuran memungkinkan investor menikmati pertumbuhan saham sekaligus stabilitas dari obligasi dan pasar uang 

Defensif Fondasi Keuangan, Agresif dalam Berinvestasi
| Minggu, 28 Desember 2025 | 08:15 WIB

Defensif Fondasi Keuangan, Agresif dalam Berinvestasi

Ekonomi dan konsumsi masyarakat berpotensi menguat di 2026. Simak strategi yang bisa Anda lakukan supaya keuangan tetap aman.

Cari Dana Modal Kerja dan Refinancing, Emiten Ramai-Ramai Rilis Surat Utang
| Minggu, 28 Desember 2025 | 08:02 WIB

Cari Dana Modal Kerja dan Refinancing, Emiten Ramai-Ramai Rilis Surat Utang

Ramainya rencana penerbitan obligasi yang berlangsung pada awal  tahun 2026 dipengaruhi kebutuhan refinancing dan pendanaan ekspansi.

Catat Perbaikan Kinerja di Kuartal III-2025, PANR Optimis Menatap Bisnis di 2026
| Minggu, 28 Desember 2025 | 08:00 WIB

Catat Perbaikan Kinerja di Kuartal III-2025, PANR Optimis Menatap Bisnis di 2026

Faktor cuaca ekstrem yang melanda sejumlah wilayah memaksa wisatawan domestik memilih destinasi yang dekat.​

INDEKS BERITA

Terpopuler