Laba Bersih Lautan Luas (LTLS) Melonjak 68% Lewat Strategi Penggabungan Anak Usaha

Rabu, 07 Agustus 2019 | 05:11 WIB
Laba Bersih Lautan Luas (LTLS) Melonjak 68% Lewat Strategi Penggabungan Anak Usaha
[]
Reporter: Agung Hidayat | Editor: Yuwono triatmojo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Lautan Luas Tbk menuai berkah lewat strategi penggabungan anak usahanya, PT Dunia Kimia Jaya dan PT Advance Stabilindo Industry. Aksi korporasi perusahaan ini dalam meningkatkan efisiensi biaya operasional, berdampak pada kenaikan laba yang signifikan.

Dari Januari-Juni 2019, Lautan Luas mengantongi laba tahun berjalan yang dapat distribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih sebesar Rp 108,07 miliar atau tumbuh 68,07% year on year (yoy). Pertumbuhan laba bersih itu jauh lebih tinggi dibandingkan pendapatan yang hanya naik 0,59% yoy menjadi Rp 3,38 triliun.

Sementara beban pokok penjualan dan jasa bisa terkikis 0,36% yoy menjadi Rp 2,74 triliun. Kontributor utama yakni beban pokok produksi berkurang 10,66% yoy menjadi Rp 1,09 triliun.

Lewat penggabungan dua anak usahanya, Dunia Kimia Jaya berperan sebagai penerima merger dari dan Advance Stabilindo Industry.

Kedua anak usaha itu berkedudukan di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Keduanya adalah produsen bahan kimia yang berkedudukan di Bekasi, Jawa Barat. Hingga 30 Juni 2019, nilai aset Dunia Kimia mencapai Rp 396,93 miliar, sedangkan Advance Stabilindo berjumlah Rp 164,32 miliar.

Meskipun hasil efisiensi biaya sudah terasa, Lautan Luas tak berhenti sampai di sini. "Kami tetap melanjutkan rencana berkelanjutan dari manajemen untuk terus mengefisiensikan penjualan dan produksi," kata Eurike Hadijaya, Investor Relations Manager PT Lautan Luas Tbk kepada KONTAN, Selasa (6/8).

Sambil menghemat pengeluaran, Lautan Luas memperluas pemasaran. Perusahaan berkode saham LTLS di Bursa Efek Indonesia (BEI) tersebut mengincar pasar dalam negeri dan luar negeri.

Kembali mengintip laporan keuangan semester I tahun ini, penjualan dalam negeri tercatat Rp 2,99 triliun atau sekitar 88,46% terhadap total pendapatan. Sisanya adalah penjualan ekspor.

Hingga tutup tahun 2019 nanti, Lautan Luas masih mengandalkan penjualan dalam negeri sebagai sumber pendapatan utama. "Kami masih fokus melayani kebutuhan domestik," tutur Eurike.

Lautan Luas berharap bisa membukukan pertumbuhan pendapatan sebesar 10% yoy tahun ini. Namun target laba bersihnya kurang lebih sama dengan capaian tahun lalu, yakni Rp 200 miliar.

Sebagai perbandingan, tahun 2018 Lautan Luas membukukan kenaikan pendapatan 7,44% yoy menjadi Rp 7,08 triliun. Sementara laba bersih terhitung tumbuh 33,66% yoy menjadi Rp 200,34 miliar.

Lautan Luas sengaja tak muluk-muluk mematok target laba bersih karena risiko perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Cina masih terasa hingga kini. Kondisi tersebut menyebabkan pabriknya di China sulit mengekspor produk ke AS.

Meskipun, di sisi lain mereka juga berpeluang mengekspor produk dari pabrik di Indonesia ke AS. Saat ini Lautan Luas memiliki 17 fasilitas manufaktur. Perinciannya, 14 di Indonesia, dua di China dan satu di Vietnam.

Bagikan

Berita Terbaru

Penyerapan Anggaran MBG akan Masif di Semester II
| Sabtu, 15 Maret 2025 | 10:07 WIB

Penyerapan Anggaran MBG akan Masif di Semester II

 Realisasi anggaran program makan bergizi gratis (MBG) mencapai Rp 710,5 miliar hingga 12 Maret 2025

Tingkatkan Dana Riset Hingga 1% dari PDB
| Sabtu, 15 Maret 2025 | 10:01 WIB

Tingkatkan Dana Riset Hingga 1% dari PDB

Presiden Prabowo Subianto menginginkan dana riset di Indonesia ditingkatkan hingga 1% dari produk domestik bruto (PDB)

Ditjen Pajak Raup Rp 33,26 Triliun dari Ekonomi Digital
| Sabtu, 15 Maret 2025 | 09:40 WIB

Ditjen Pajak Raup Rp 33,26 Triliun dari Ekonomi Digital

Setoran pajak ekonomi digital berasal dari pemungutan PPN PMSE, pajak kripto, dan pajak fintech (P2P) lending

Neraca Perdagangan Berpotensi Menyusut
| Sabtu, 15 Maret 2025 | 09:23 WIB

Neraca Perdagangan Berpotensi Menyusut

Ekonom memperkirakan surplus neraca perdagangan Indonesia pada bulan Februari 2025 di bawah US$ 2 miliar 

Nyaris Semua Penerimaan Non Pajak Terkontraksi
| Sabtu, 15 Maret 2025 | 09:13 WIB

Nyaris Semua Penerimaan Non Pajak Terkontraksi

Pemerintah harus diversifikasi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) agar tak bergantung pada komoditas global

Mengukur Minat Berinvestasi di Reksadana Syariah
| Sabtu, 15 Maret 2025 | 08:48 WIB

Mengukur Minat Berinvestasi di Reksadana Syariah

Industri reksadana syariah justru mengalami peningkatan dan  kinerja relatif lebih baik dari reksadana konvensional.

Smelter HPAL Milik INCO Ditarget Kelar 2025-2026
| Sabtu, 15 Maret 2025 | 07:00 WIB

Smelter HPAL Milik INCO Ditarget Kelar 2025-2026

"Total investasi tambang baru dan pabrik bersama dengan mitra sekitar US$ 9 miliar," imbuh Febriany.

Pabrik Metanol Bojonegoro Ditargetkan Rampung 2027
| Sabtu, 15 Maret 2025 | 06:57 WIB

Pabrik Metanol Bojonegoro Ditargetkan Rampung 2027

Metanol adalah salah satu bahan penting dalam proses transesterifikasi pembuatan fatty acids methyl esters (FAME)

Merujuk UU, Erick Thohir Memperbolehkan BUMN Ganti Model Bisnis
| Sabtu, 15 Maret 2025 | 06:53 WIB

Merujuk UU, Erick Thohir Memperbolehkan BUMN Ganti Model Bisnis

PT Indra Karya akhirnya bertransformasi menjadi PT Agrinas Palma Nusantara dan membuka ekspansi bisnis di sektor sawit.

 Pengusaha Truk Keberatan Pembatasan Saat Lebaran
| Sabtu, 15 Maret 2025 | 06:50 WIB

Pengusaha Truk Keberatan Pembatasan Saat Lebaran

Aptrindo berharap, pemerintah segera menanggapi persoalan ini dan mencari solusi yang tidak merugikan pelaku usaha maupun kelancaran logistik

INDEKS BERITA

Terpopuler