Laba di Kuartal I-2019 Turun 59%, Ini Strategi Phapros Mendongkrak Kinerja

Sabtu, 04 Mei 2019 | 15:40 WIB
Laba di Kuartal I-2019 Turun 59%, Ini Strategi Phapros Mendongkrak Kinerja
[]
Reporter: Dimas Andi | Editor: A.Herry Prasetyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Phapros Tbk masih optimistis dapat meraih kinerja yang cemerlang sepanjang tahun ini. Sejumlah agenda bisnis pun tengah dijalankan oleh perusahaan berkode saham PEHA tersebut demi pertumbuhan kinerja yang lebih baik.

Sekadar catatan, di kuartal I-2019, Phapros mampu mencetak pendapatan sebesar Rp 177,84 miliar atau naik 27% (yoy) dibandingkan triwulan I pada tahun sebelumnya. Akan tetapi, laba bersih perusahaan turun 59,23% (yoy) menjadi Rp 5,08 miliar.

Corporate Secretary Phapros Zahmilia Akbar menjelaskan, penurunan laba bersih di periode Januari-Maret 2019 disebabkan adanya peningkatan beban keuangan atas aksi korporasi yang dilakukan perusahaan tahun lalu.

Aksi korporasi yang dimaksud adalah akuisisi 55% saham perusahaan farmasi  PT Lucas Djaja dan entitas anak yang berlokasi di Bandung.

Meski begitu, penurunan laba bersih tersebut tidak dianggap sebagai kemunduran. “Ini adalah langkah mundur untuk kemudian melompat lebih tinggi dan meraih pertumbuhan kinerja dobel digit di 2019,” ungkap dia, Jumat (3/5).

Manajemen emiten bidang farmasi ini pun tetap menargetkan pertumbuhan pendapatan sekitar 30% di tahun ini. Zahmilia yakin target tersebut akan tercapai berkat strategi pemasaran yang lebih masif, peningkatan efisiensi, dan inovasi dalam pengembangan produk.

Penopang utama kinerja Phapros di tahun ini masih berasal dari segmen produk obat generik. Mengingat emiten tersebut memiliki 190 produk obat generik dengan kontribusi terhadap pendapatan lebih dari 50%.

Segmen tersebut dinilai masih dapat berkembang. Maka dari itu, Phapros tetap rajin meluncurkan produk-produk obat baru. ”Kami akan menambah 12 produk obat baru sepanjang tahun ini,” lanjut Zahmilia.

Selain itu, Phapros juga tengah mengembangkan fasilitas produksi cartridge ampoule (carpoule) Pehacain untuk obat anestesi gigi dengan cara transfer teknologi. Berdasarkan catatan KONTAN, perusahaan menggelontorkan dana secara bertahap sekitar Rp 50 miliar untuk pengembangan produk tersebut.

Untuk menunjang ekspansi tersebut, Phapros telah memperoleh perizinan percepatan pengedaran produk impor melalui special access scheme (SAS).

Kemudian, di bulan April lalu, perusahaan farmasi ini juga mengimpor carpoule dari perusahaan Pierrel yang dikenal sebagai produsen produk obat dan alat kesehatan gigi yang berpusat di Napoli, Italia.

Setelah itu, barulah emiten yang belum lama ini diakuisisi oleh PT Kimia Farma Tbk tersebut membangun infrastruktur produksi. Diharapkan produk anestesi obat gigi milik perusahaan dapat diluncurkan awal tahun 2021 mendatang.

Pengembangan pasar ekspor juga sedang dilakukan oleh Phapros di tahun ini. Hal ini dilakukan lantaran kontribusi pendapatan ekspor perusahaan masih tergolong kecil, yakni kurang dari 5% dari total pendapatan secara keseluruhan.

Oleh karena itu, manajemen Phapros menargetkan kontribusi pendapatan ekspor produk bisa meningkat lebih dari 5% di tahun ini. Kami akan memperbesar pasar ekspor dengan target seluruh negara Asia Tenggara dan beberapa negara di Afrika seperti Nigeria, tambah Zahmilia.

Secara keseluruhan, Phapros menyiapkan dana belanja modal atau capital expenditure untuk ekspansi bisnis di tahun ini mencapai angka Rp 300 miliar.

Zahmilia menyampaikan, rencananya Phapros juga berencana untuk menerbitkan saham baru lewat skema penawaran umum terbatas atau right issue pada semester dua mendatang.

Right issue tersebut bertujuan untuk memenuhi kebutuhan capex perusahaan di tahun ini. Diharapkan, dana senilai Rp 1 triliun bisa diperoleh perusahaan dari aksi korporasi tersebut.

Dengan sederet agenda ekspansi tersebut, Zahmilia yakin Phapros dapat mencapai target kinerja yang telah dicanangkan sebelumnya.

Namun, ia tak menampik bahwa masih ada sejumlah tantangan bisnis yang menghadang Phapros di tahun ini. Salah satunya adalah volatilitas nilai tukar rupiah. “Ini cukup berdampak karena hampir 90% bahan baku produk obat kami masih diimpor dari luar negeri,” ujarnya.

Untuk mengantisipasinya, Phapros berupaya mencari sumber bahan baku alternatif. Jika dirinci, perusahaan akan membeli bahan baku dengan menggunakan mata uang negara yang lebih stabil.

Selain itu, emiten tersebut juga berniat melakukan kontrak jangka panjang untuk pembelian bahan baku dengan harga tetap dan kuantitas yang disyaratkan selama dua tahun.

Bagikan

Berita Terbaru

Pemerintah Siap Kucuri Dana Ke Koperasi Merah Putih, 20.000 Koperasi Bakal Kebagian
| Kamis, 18 September 2025 | 16:23 WIB

Pemerintah Siap Kucuri Dana Ke Koperasi Merah Putih, 20.000 Koperasi Bakal Kebagian

Menteri Koperasi Ferry Juliantono menjelaskan saat ini sudah terdapat 1.064 Kopdes Merah Putih yang telah menyerahkan proposal pinjaman.

Beleid Co-Payment Siap Rilis Lagi, Besarnya 5% dan Ganti Nama Jadi Re-Sharing
| Kamis, 18 September 2025 | 15:30 WIB

Beleid Co-Payment Siap Rilis Lagi, Besarnya 5% dan Ganti Nama Jadi Re-Sharing

Perusahaan asuransi wajib menyediakan produk tanpa fitur pembagian risiko, tapi juga diperbolehkan menawarkan produk dengan skema re-sharing.

Pemerintah Mengubah Postur Anggaran, Defisit Kian Lebar dan Transfer ke Daerah Naik
| Kamis, 18 September 2025 | 15:19 WIB

Pemerintah Mengubah Postur Anggaran, Defisit Kian Lebar dan Transfer ke Daerah Naik

Banggar DPR RI bersama pemerintah telah menyetujui perubahan postur RAPBN 2026. Pendapatan, belanja, dan defisit disesuaikan.

Harga Saham BBRI Kembali ke Jalur Menanjak Seiring Akumulasi Blackrock dan JP Morgan
| Kamis, 18 September 2025 | 08:38 WIB

Harga Saham BBRI Kembali ke Jalur Menanjak Seiring Akumulasi Blackrock dan JP Morgan

Pertumbuhan kredit Bank BRI (BBRI) diproyeksikan lebih bertumpu ke segmen konsumer dan korporasi, khususnya di sektor pertanian dan perdagangan. 

Investor Asing Pandang Netral ke Perbankan Indonesia, BBCA, BMRI, & BBRI Jadi Jagoan
| Kamis, 18 September 2025 | 07:55 WIB

Investor Asing Pandang Netral ke Perbankan Indonesia, BBCA, BMRI, & BBRI Jadi Jagoan

Likuiditas simpanan dan penyaluran kredit perbankan yang berpotensi lebih rendah sepanjang tahun ini jadi catatan investor asing.

Menanti Tuah Stimulus Saat Ekonomi Masih Lemah
| Kamis, 18 September 2025 | 07:19 WIB

Menanti Tuah Stimulus Saat Ekonomi Masih Lemah

Meski berisiko, penempatan dana ini bisa jadi sentimen positif bagi saham perbankan, karena ada potensi perbaikan likuiditas dan kualitas aset.

JITEX Bidik Transaksi Rp 14,9 Triliun
| Kamis, 18 September 2025 | 07:15 WIB

JITEX Bidik Transaksi Rp 14,9 Triliun

JITEX 2025 diikuti  335 eksibitor dan 258 buyer. Tahun ini kami menghadirkan buyer internasional dari sembilan negara dan lebih banyak investor

 Pengusaha Minta Setop Impor Baki Makan Bergizi
| Kamis, 18 September 2025 | 07:12 WIB

Pengusaha Minta Setop Impor Baki Makan Bergizi

Kapasitas produksi dalam negeri dinilai mampu memenuhi kebutuhan food tray program MBG. sehingga tidak perlu impor

Progres Proyek LRT  Fase 1B Capai 69,88%
| Kamis, 18 September 2025 | 07:00 WIB

Progres Proyek LRT Fase 1B Capai 69,88%

Pada Zona 1, yakni Jl. Pemuda Rawamangun dan Jl. Pramuka Raya, progres pembangunan telah mencapai 69,06%

Penjualan Ciputra (CTRA) Bisa Terpacu Tren Bunga Layu
| Kamis, 18 September 2025 | 06:58 WIB

Penjualan Ciputra (CTRA) Bisa Terpacu Tren Bunga Layu

CTRA berada di posisi yang tepat untuk mempertahankan pertumbuhan, margin, dan mendorong nilai jangka panjang

INDEKS BERITA

Terpopuler