Laporan EIU: Pandemi Corona Bisa Sebabkan Dobel Resesi Akibat Krisis Utang

Jumat, 17 April 2020 | 16:19 WIB
Laporan EIU: Pandemi Corona Bisa Sebabkan Dobel Resesi Akibat Krisis Utang
[ILUSTRASI. Customers queue at the Rialto fish market, as new restrictions for open-air markets are implemented by the Veneto region to prevent the spread of the coronavirus disease (COVID-19), in Venice, Italy, April 4, 2020. REUTERS/Manuel Silvestri]
Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi virus corona yang melanda dunia diprediksi bakal menyebabkan krisis yang lebih dalam, bahkan bisa membuat beberapa negara mengalami resesi dua kali lipat lebih berat karena adanya krisis utang. 

Seperti diketahui, kelesuan ekonomi akibat wabah corona membuat pemerintah di berbagai negara mengerahkan paket stimulus yang besar untuk memerangi corona dan mendorong roda perekonomian. 

Baca Juga: Prediksi kontraksi ekonomi global dari IMF meruntuhkan kurs rupiah

Pengeluaran yang besar ini kebanyakan berasal dari utang. Dalam laporan Economist Intelligence Unit (EIU), utang yang timbul dari waktu ke waktu dapat menyebabkan krisis yang lebih dalam dan menyebabkan dobel resesi untuk beberapa negara. 

"Krisis utang mungkin akan datang," tulis EIU, seperti dilansir dari CNBC, Jumat (17/4). Menurut EIU, pengeluaran fiskal pemerintah yang meningkat untuk memerangi pandemi ini bakal menyebabkan kenaikan defisit fiskal yang tajam di tahun-tahun mendatang. 

Di awal Januari, sebelum negara manapun memberlakukan lockdown untuk menahan penyebaran virus corona, Bank Dunia telah memperingatkan adanya risiko krisis utang global. Gelombang akumulasi utang yang telah dimulai pada 2010 mencerminkan peningkatan pinjaman global terbesar dan tercepat sejak tahun 1970-an. 

Menurut Institute for International Finance. pasda paruh pertama 2019, utang global melonjak hampir US$ 7,5 triliun dan menyentuh rekor baru sebesar lebih dari US$ 250 triliun. “Tanpa tanda-tanda perlambatan, kami memperkirakan beban utang global akan melebihi US$ 255 triliun pada 2019, sebagian besar didorong oleh Amerika Serikat (AS) dan China,” tulis IIF pada akhir 2019, sebelum ada wabah corona. 

Saat ini, Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan ekonomi global tahun ini bisa mengalami krisis keuangan terburuk, terutama setelah banyak negara meperpanjang lockdown negaranya dan menutup ekonomi untuk menahan penyebaran virus corona (covid-19). 

Baca Juga: Kaya raya, Arab Saudi pede hadapi risiko krisis akibat wabah virus corona

IMF memprediksi ekonomi global bakal kontraksi sebesar 3% pada tahun 2020. Separuh dunia kini meminta dana talangan kepada IMF. 

Laporan EIU memperingatkan bahwa di tengah tekanan ini, terlebih saat belum ada kepastian tentang berapa lama krisis ini bakal berlangsung, opsi negasra untuk menarik diri keluar dari pusaran utang usai krisis makin sulit. 

Dengan tak adanya langkah realistis untuk mencegah krisis utang negara, hal ini bisa menjadi memukul perekonomian lebih dalam, terutama untuk negara-negara maju yang memang sudah berada dalam lilitan utang yang besar. Contohnya, Italia dan Spanyol. 

Baca Juga: Jumlah kasus baru corona melandai, Inggris belum akan mencabut lockdown

Krisis utang ini berpotensi menular ke pasar lainnya, sebut EIU. Meningkatkan pendapatan fiskal melalui pajak yang lebih tinggi, belum tentu efektif dalam beberapa waktu ini. "Banyak negara maju dalam jangka menengah akan berada di ambang krisis utang," tulis Agathe Demarais, Direktur EIU dalam laporan itu.

Spanyol dan Italia adalah negara kedua dan ketiga paling parah di dunia dengan kasus virus corona setelah AS. Masing-masing sebanyak 182.816 dan 165.155 kasus virus corona pada Kamis kemarin, menurut Johns Hopkins. 

Bagikan

Berita Terbaru

Saham FAST Diprediksi Masih Bisa Melaju, Sisi Fundamental dan Ekspansi Jadi Sorotan
| Rabu, 10 Desember 2025 | 11:00 WIB

Saham FAST Diprediksi Masih Bisa Melaju, Sisi Fundamental dan Ekspansi Jadi Sorotan

Selain inisiatif ekspansinya, FAST akan diuntungkan oleh industri jasa makanan Indonesia yang berkembang pesat.

Jejak Backdoor Listing Industri Nikel dan Kendaraan Listrik China di Indonesia
| Rabu, 10 Desember 2025 | 10:00 WIB

Jejak Backdoor Listing Industri Nikel dan Kendaraan Listrik China di Indonesia

Setelah pergantian kepemilikan, gerak LABA dalam menggarap bisnis baterai cukup lincah di sepanjang 2024.

Saham FAST Diprediksi Masih bisa Melaju, Sisi Fundamental dan Ekspansi Jadi Sorotan
| Rabu, 10 Desember 2025 | 08:30 WIB

Saham FAST Diprediksi Masih bisa Melaju, Sisi Fundamental dan Ekspansi Jadi Sorotan

Industri jasa makanan Indonesia diproyeksikan akan mencatat pertumbuhan hingga 13% (CAGR 2025–2030). 

Ancaman Penurunan Laba Bersih hingga 27%, Investor Diimbau Waspadai Saham Batubara
| Rabu, 10 Desember 2025 | 08:05 WIB

Ancaman Penurunan Laba Bersih hingga 27%, Investor Diimbau Waspadai Saham Batubara

Regulasi DHE 2026 mengurangi konversi valuta asing menjadi rupiah dari 100% ke 50%, membatasi likuiditas perusahaan batubara.

Proyek IKN Jadi Pedang Bermata Dua untuk Emiten BUMN Karya
| Rabu, 10 Desember 2025 | 07:51 WIB

Proyek IKN Jadi Pedang Bermata Dua untuk Emiten BUMN Karya

Kebutuhan modal kerja untuk mengerjakan proyek IKN justru bisa menambah tekanan arus kas dan memperburuk leverage.

Bangun Tiga Gerai Baru, DEPO Incar Pendapatan Rp 3 Triliun
| Rabu, 10 Desember 2025 | 07:49 WIB

Bangun Tiga Gerai Baru, DEPO Incar Pendapatan Rp 3 Triliun

Emiten bahan bangunan milik konglomerat Hermanto Tanoko itu berencana menambah tiga gerai baru tahun depan.

Cuaca Ekstrem dan Momentum Nataru Diklaim Jadi Pendorong Pemulihan Harga CPO
| Rabu, 10 Desember 2025 | 07:35 WIB

Cuaca Ekstrem dan Momentum Nataru Diklaim Jadi Pendorong Pemulihan Harga CPO

Emiten yang memiliki basis kebun kelapa sawit di Kalimantan diprediksi relatif lebih aman dari gangguan cuaca.

Mandiri Sekuritas Tangani 5 IPO Skala Jumbo Alias Lighthouse Company, Ini Bocorannya
| Rabu, 10 Desember 2025 | 07:34 WIB

Mandiri Sekuritas Tangani 5 IPO Skala Jumbo Alias Lighthouse Company, Ini Bocorannya

Minat korporasi melantai ke bursa terus meningkat dan akan terlihat di tahun 2026. ada empat sampai lima perusahaan yang sedang kami perhatikan. 

Tahun Ini Jeblok, Laba Bersih Emiten Diramal Akan Pulih Tahun Depan
| Rabu, 10 Desember 2025 | 06:57 WIB

Tahun Ini Jeblok, Laba Bersih Emiten Diramal Akan Pulih Tahun Depan

Mandiri Sekuritas memproyeksikan laba bersih emiten dalam cakupannya bisa tumbuh 14,2% dengan pertumbuhan pendapatan sebesar 7,8%.

Demutualisasi Bursa Dikebut, Targetnya Rampung Pada Semester I-2026
| Rabu, 10 Desember 2025 | 06:54 WIB

Demutualisasi Bursa Dikebut, Targetnya Rampung Pada Semester I-2026

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menargetkan proses demutualisasi Bursa Efek Indonesia (BEI) segera rampung pada semester I-2026 mendatang.

INDEKS BERITA

Terpopuler