Lelah, Pebisnis Butuh Nilai Tukar Rupiah Stabil

Kamis, 19 Desember 2024 | 05:25 WIB
Lelah, Pebisnis Butuh Nilai Tukar Rupiah Stabil
[ILUSTRASI. Ketua Badan Pengurus Daerah (BPD) Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) DKI Jakarta Subandi (tengah) berbincang bersama Sekjen Erwin Taufan (kedua kiri), Wakil Ketua I Hari Notosuprapto (kedua kanan), Wakil Ketua II Alamsjah (kiri) dan Sekretaris Zulfahmi, sebelum pengukuhan, di Jakarta, Rabu (6/12). BPD GINSI DKI Jakarta sebagai wadah bersatunya para importir nasional di DKI Jakarta dan sekitarnya, diharapkan pengurus dan anggotanya dapat bekerja profesional dan mentaati segala regulasi yang ada untuk membangun perekonomian nasional. ANTARA FOTO/Audy Alwi/ama/17.]
Subandi | Ketua Umum Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI)

KONTAN.CO.ID - Pelaku usaha sebenarnya sudah lelah menghadapi flukuasi nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah.

Pelemahan kali ini entah sudah yang ke berapa kali di tahun ini, sehingga kadang-kadang kami sebagai pengusaha sudah putus asa.

Saya pernah sampaikan sebelumnya saat pelemahan kurs ini terjadi sebelumnya, bahwa kita ini seperti tidak punya negara dan pemerintahan. Hal ini lantaran mata ruang kita ini terombang-ambing hampir tanpa arah.

Baca Juga: Tim Likuidasi Wanaartha Life Sudah Bagikan Rp 160,6 Miliar

Keinginan pelaku usaha  ini sebenarnya hanyalah soal adanya kepastian nilai tukar dolar AS terhadap rupiah, sehingga kami tidak terus-terusan menghitung ulang terkait aneka biaya yang dikeluarkan.

Tentunya kalau dolar AS semakin naik, belanja barang untuk bahan baku akan semakin mahal. Pajaknya pun akan lebih tinggi karena pajak kita kan juga dinilai dari berapa nilai transaksi kita, kemudian dirupiahkan dan dikenakan pajak atas barang, baik PPN maupun PPnBM.

Kondisi semakin rumit bagi pebisnis karena fluktuasi nilai tukar ini terjadi bersamaan dengan kenaikan beban lain, seperti Upah Minimum Provinsi (UMP), serta keharusan untuk menyetok bahan baku karena periode Ramadan dan Idul Fitri mendatang jatuh pada kuartal pertama tahun 2025.

Di sisi lain, pelaku usaha juga dihantui kekhawatiran  produknya tidak semua terserap pasar di tengah penurunan daya beli masyarakat.

Baca Juga: Taksi Vietnam Mulai Mengaspal di Indonesia

Belum lagi ada rencana kenaikan pajak PPN menjadi 12% itu juga semakin menambah beban masyarakat. Apalagi nanti, pelemahan rupiah  juga bisa memicu kenaikan harga barang.

Dari aneka faktor ini, imbasnya bisa pada terhentinya aktivitas industri atau perusahaan, terutama yang memang tidak memiliki kecukupan sumber daya, termasuk modal dalam menjalankan aktivitasnya.

Yang pasti, semua industri bakal terdampak pelemahan rupiah, terutama yang kebutuhan bahan baku impornya tinggi. Secara umum, saya  katakan, pelemahan rupiah terhadap dolar AS ini akan berdampak pada semua komoditas yang akan diimpor pelaku usaha.

Pengusaha sendiri punya batasan nilai tukar kurs yang dianggap aman bagi kelangsungan usaha, yakni Rp 15.800 per dollar AS.

Bagikan
Topik Terkait

Berita Terbaru

Memanfaatkan Bunga Tinggi Tabungan Dompet Digital
| Sabtu, 31 Mei 2025 | 09:00 WIB

Memanfaatkan Bunga Tinggi Tabungan Dompet Digital

Tabungan bukan lagi soal jangka panjang semata, bahkan dana harian pun kini bisa produktif.         

Pergerakan Bursa Saham Asia Disetir Kebijakan Ekonomi Amerika
| Sabtu, 31 Mei 2025 | 08:57 WIB

Pergerakan Bursa Saham Asia Disetir Kebijakan Ekonomi Amerika

Pada Jumat (30/5), indeks Nikkei 225 (Jepang) menguat 2,03% ke 37.964,88 dan indeks Hang Seng (Hong Kong) terkoreksi 0,92% ke posisi 23.289,78.​

Profit 29,54% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Melempem (31 Mei 2025)
| Sabtu, 31 Mei 2025 | 08:49 WIB

Profit 29,54% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Melempem (31 Mei 2025)

Harga emas Antam hari ini (31 Mei 2025) 1.888.000 per gram. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 29,54% jika menjual hari ini.

VKTR Teknologi (VKTR) Meresmikan Fasilitas Perakitan Kendaraan Listrik
| Sabtu, 31 Mei 2025 | 08:49 WIB

VKTR Teknologi (VKTR) Meresmikan Fasilitas Perakitan Kendaraan Listrik

Fasilitas perakitan yang dibangun sejak Februari 2024 dan rampung akhir tahun lalu ini, dirancang khusus untuk memproduksi bus dan truk listrik.

Mitra Pinasthika (MPMX) Menebar Dividen Rp 535,55 Miliar
| Sabtu, 31 Mei 2025 | 08:43 WIB

Mitra Pinasthika (MPMX) Menebar Dividen Rp 535,55 Miliar

Jumlah dividen ini setara 90,24% dari laba bersih tahun buku 2024 sebesar Rp 582,47 miliar atau naik 10,8% secara tahunan. 

Laba Bersih Tower Bersama (TBIG) Melesat Dua Digit di Kuartal I-2025
| Sabtu, 31 Mei 2025 | 08:37 WIB

Laba Bersih Tower Bersama (TBIG) Melesat Dua Digit di Kuartal I-2025

Pertumbuhan laba bersih emiten menara telekomunikasi itu ditopang melonjaknya pendapatan 1,58% (yoy) menjadi Rp 1,73 triliun di kuartal I-2025.

Transformasi dan Divestasi Menyeret Laba TOBA Terkoreksi di Kuartal I-2025
| Sabtu, 31 Mei 2025 | 08:33 WIB

Transformasi dan Divestasi Menyeret Laba TOBA Terkoreksi di Kuartal I-2025

 PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) menderita rugi bersih US$ 60,06 juta di kuartal I-2025. Pada kuartal I-2024, TOBA meraih laba US$ 11,53 juta.

Menjala Cuan Seksi dari Yield Dividen Tinggi
| Sabtu, 31 Mei 2025 | 08:26 WIB

Menjala Cuan Seksi dari Yield Dividen Tinggi

Sebanyak 10 dividen emiten dengan cum date pekan depan, menawarkan yield di atas 5%. Tanggal cum dividen ke 10 emiten itu jatuh pada pekan depan.

Tempati Posisi Kedua Top Leaders Sepanjang Tahun 2025, Begini Prospek Saham BNLI
| Sabtu, 31 Mei 2025 | 07:25 WIB

Tempati Posisi Kedua Top Leaders Sepanjang Tahun 2025, Begini Prospek Saham BNLI

Saham PT Bank Permata Tbk (BNLI) menjadi saham top leaders dengan kenaikan paling tinggi kedua secara year to date setelah DCI Indonesia (DCII).

Likuiditas dan Urgensi Kredit Sektor Prioritas
| Sabtu, 31 Mei 2025 | 07:05 WIB

Likuiditas dan Urgensi Kredit Sektor Prioritas

Efektivitas terhadap kebijakan likuiditas makro prudensial sangat tergantung kepada sinergi antarinstitusi.

INDEKS BERITA

Terpopuler