Likuiditas Kuat, Potensi Saham BBNI Masih Cukup Baik
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) terus menggenjot kinerja sepanjang 2025 dengan strategi yang lebih realistis. Dalam materi paparan publik, manajemen menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 8%–10% tahun ini. Hingga semester I, kredit BBNI sudah tumbuh 7,1%, menunjukkan performa yang cukup solid di tengah kondisi pasar yang penuh tantangan.
Manajemen BBNI juga menyesuaikan ekspektasi margin bunga bersih alias net interest margin (NIM). Target NIM yang semula dipasang 4,0%–4,2%, diturunkan menjadi 3,8%. Hingga paruh pertama tahun ini, NIM tercatat 3,83%, sejalan dengan target baru tersebut. Dari sisi kualitas aset, cost of credit (CoC) ditargetkan kurang atau sama dengan 1%, dengan realisasi 0,96% pada semester I.
Diversifikasi portofolio kredit menjadi fokus penting. Hingga semester I, portofolio berkelanjutan atau sustainable portfolio sudah mencapai Rp 185,2 triliun atau 24,3% dari total kredit (bank only). Komposisi ini mencakup pembiayaan UMKM, green loan, serta sektor ramah lingkungan lainnya.
“Pemberdayaan UMKM Rp 111,2 triliun, pengelolaan SDA hayati dan penggunaan lahan berkelanjutan Rp 35,9 triliun, energi terbarukan Rp 11,6 triliun, pencegahan dan pengendalian polusi Rp 3,6 triliun, serta lainnya seperti pengelolaan air dan limbah Rp 22,9 triliun,” tulis manajemen dalam keterbukaan informasi, Kamis (2/9).
Namun, sejumlah analis menilai BBNI masih menghadapi tantangan di sisa tahun ini. Victor Stefano dan Naura Reyhan Muchlis, analis BRI Danareksa Sekuritas dalam riset 1 September 2025, menyebutkan kinerja BBNI hingga Juli 2025 masih tergolong moderat. Laba bersih bulan Juli tercatat Rp 1,7 triliun, naik 3% secara bulanan, tetapi turun 11% secara tahunan.
Tekanan terutama datang dari NIM yang menyusut dan beban operasional yang meningkat. NIM pada Juli turun menjadi 3,8%, melemah 6 bps dibanding bulan sebelumnya. Sementara itu, cost of fund (CoF) masih stabil di level 3,1%.
Beban operasional melonjak 17% mom menjadi Rp 2,6 triliun. Angka tersebut menjadi level bulanan tertinggi sejak awal 2025, seiring kenaikan gaji dan biaya lain. Kondisi ini mendorong rasio efisiensi alias cost to income ratio (CIR) naik ke 50%.
Meski begitu, kualitas aset tetap terjaga. CoC berada di level 0,9%, turun 22 bps mom dan 7 bps year on year (YoY). Loan to deposit ratio (LDR) tercatat 87%, naik tipis dari 86% bulan sebelumnya akibat kredit stagnan dan dana pihak ketiga (DPK) turun 1%.
