Lima Tren Ini yang Menjadi Fokus Investor Wall Street di Kuartal Kedua

Jumat, 02 April 2021 | 11:22 WIB
Lima Tren Ini yang Menjadi Fokus Investor Wall Street di Kuartal Kedua
[ILUSTRASI. Suasana pintu masuk New York Stock Exchange (NYSE) di Wall St., New York City, Amerika Serikat, 29 Maret 2021. REUTERS/Brendan McDermid]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Lonjakan imbal hasil yang dialami surat utang pemerintah Amerika Serikat (AS) merupakan satu alasan yang memaksa investor tetap waspada sepanjang kuartal pertama tahun ini.  Di periode itu, investor juga mencermati perpindahan dana yang cepat ke saham musiman serta aksi investor ritel yang tergabung dalam WallStreetBets di saham GameStop.

Berikut, beberapa tren yang diposisikan investor pada kuartal kedua. Dan, bagaimana tren tersebut dapat memengaruhi pasar modal yang lebih luas.

Imbal hasil yang lebih tinggi

Imbal hasil treasury AS patokan, yang berjangka 10 tahun, naik sekitar 80 basis poin pada kuartal pertama. Itu adalah kenaikan terbesar ketiga selama periode tiga bulanan dalam satu dekade terakhir. Imbal hasil melonjak sejalan dengan aksi jual obligasi yang dilakukan investor, yang mengantisipasi pemulihan ekonomi dan laju inflasi di AS.

Banyak investor yang percaya kecenderungan peningkatan imbal hasil akan berlanjut di kuartal kedua. Goldman Sachs memproyeksikan imbal hasil sebesar 1,9% pada akhir 2021. Sementara TD Securities mengharapkan imbal hasil naik menjadi 2%. 

Baca Juga: Wall Street menguat, menjelang pengumuman rencana anggaran infrastruktur Biden

“Kami yakin itu akan terjadi untuk alasan yang benar," kata Gargi Pal Chaudhuri, kepala strategi investasi iShares, Americas di BlackRock. Ia menambahkan, kenaikan imbal hasil lebih tinggi lagi, tidak akan membendung kenaikan indeks saham dari posisinya yang kini sudah rendah. Catatan saja, indeks S&P 500 mencetak rekor tertinggi yang baru dengan melampaui kisaran 4.000 pada perdagangan Rabu.

Namun pemain pasar yang lain tidak seoptimistis Chaudhuri. Sebanyak 43% investor dalam survei fund manager BofA Global Research terbaru mengatakan, jika imbal hasil treasury bertenor 10 tahun menyentuh angka 2%, maka aksi jual saham akan terjadi.

Penguatan dollar AS

Kenaikan hasil turut mengangkat nilai tukar dollar AS ke level tertingginya selama hampir 17 bulan terakhir. Kebanyakan pemain valas di bursa berjangka pun memasang posisi dollar yang menugat. Mengutip data CTFC, nilai bersih taruhan pada dollar AS yang lebih lemah di bursa berjangka hanya $ 10,3 miliar. Itu setara sepertiga dari nilai taruhan pada pertengahan Januari.

Namun kecenderungan penguatan dollar AS bisa membebani keuntungan perusahaan multinasional AS. Dollar AS yang menguat juga menjadi berita buruk bagi harga-harga komoditas, yang baru-baru ini mengalami rally. Dollar AS yang lebih mahal akan mengungkit harga berbagai komoditas, mulai minyak hingga tembaga dan bijih besi.

Baca Juga: JPMorgan taksir kerugian bank global akibat kejatuhan Archegos capai Rp 145 triliun

Saham value naik daun

Ekspektasi akan kebangkitan ekonomi di AS telah memicu gelombang pembukaan kembali perdagangan dalam beberapa bulan terakhir. Situasi ini mendorong harga saham bank, perusahaan energi, dan area lain yang selama bertahun-tahun tertinggal di belakang saham pertumbuhan dan saham teknologi.

 Indeks saham value, Russell 1000, naik 11% pada kuartal pertama dibandingkan indeks growth stock yang tumbuh 1%, melanjutkan tren yang dimulai pada akhir tahun 2020.

“Jika paradigma baru muncul, yang terdiri dari pertumbuhan nominal yang lebih tinggi secara berkelanjutan dan hasil yang lebih tinggi, maka perdagangan nilai dapat berjalan selama bertahun-tahun,” kata Mark Haefele, kepala investasi di UBS Global Wealth Management, dalam catatan baru-baru ini.

Namun jika upaya pembukaan kembali AS terganggu, daya tarik saham sektor teknologi akan kembali bersinar. Investor pun akan kembali ke saham yang telah mengangkat pasar selama bertahun-tahun.

Sepi dari gejolak

Ekspektasi investor terhadap gejolak di pasar saham diperkirakan akan surut di triwulan kedua. Indeks Volatilitas Cboe, yang dikenal sebagai pengukur ketakutan Wall Street,  baru-baru ini diperdagangkan tepat di bawah 20, turun dari rekor mendekati 85,47 tahun lalu.

Penurunan tersebut mencerminkan ekspektasi investor bahwa kenaikan saham baru-baru ini kemungkinan besar akan bertahan, kata Brian Overby, analis senior options di Ally Invest.

Indeks tetap di atas median jangka panjang 17,5, kemungkinan hasil dari beberapa investor melakukan lindung nilai terhadap posisi saham mereka menggunakan opsi indeks S&P, kata Overby.

Baca Juga: Wall Street naik, S&P 500 melonjak di atas 4.000 disokong saham Microsoft dan Amazon

Inflasi

Meskipun rata-rata laju inflasi secara konsistendi bawah target Federal Reserve, yaitu 2%, dalam satu dekade terakhir, belakangan muncul pembahasan tentang efek dari belanja pemerintah AS yang bernilaii triliunan dolar.

Salah satu ukuran inflasi, yang melacak tingkat rata-rata yang diharapkan selama periode lima tahun terakhir, saat ini sebesar 2,16%. Itu adalah angka tertinggi sejak Desember 2018.

Survei terbaru oleh BofA Global Research menunjukkan manajer investasi melihat kenaikan inflasi - yang dapat membebani dollar AS, dan mengikis permintaan untuk obligasi bertanggal lebih lama - sebagai "risiko ekor" terbesar di pasar.

Selanjutnya: Kepemilikan Bosowa di Bank KB Bukopin (BBKP) Menyusut Sepanjang Kuartal I-2021

 

Bagikan

Berita Terbaru

Pendapatan Industri Gim Melampaui Streaming dan Box Office, Prospeknya Makin Asyik
| Kamis, 12 September 2024 | 22:51 WIB

Pendapatan Industri Gim Melampaui Streaming dan Box Office, Prospeknya Makin Asyik

Pasal gim video global mencatatkan pendapatan senilai US$ 196 miliar di tahun 2023. 

China Kembali Negosiasi dengan Uni Eropa Terkait Bea Masuk Kendaraan Listrik
| Kamis, 12 September 2024 | 15:40 WIB

China Kembali Negosiasi dengan Uni Eropa Terkait Bea Masuk Kendaraan Listrik

Uni Eropa mengusulkan tarif akhir kendaraan listrik China sebesar 35,3%, di atas bea masuk impor mobil standar 10%.

Dicegat Saat Hendak ke Luar Negeri, Ini Awal Mula Bos Texmaco Terjerat Utang Negara
| Kamis, 12 September 2024 | 11:05 WIB

Dicegat Saat Hendak ke Luar Negeri, Ini Awal Mula Bos Texmaco Terjerat Utang Negara

Marimutu Sinivasan tidak menunjukkan itikad baik untuk menyelesaian kewajibannya kepada negara.

Banyak Faktor Pendukung, Simak Prospek Pasar Obligasi di Sisa 2024 dan Sepanjang 2025
| Kamis, 12 September 2024 | 10:05 WIB

Banyak Faktor Pendukung, Simak Prospek Pasar Obligasi di Sisa 2024 dan Sepanjang 2025

Imbal hasil obligasi Indonesia lebih menarrik dibanding banyak negara lain.

Beralih ke Pendanaan Hijau, ADRO Lepas Aset Batubara Termal Senilai US$ 2,63 Miliar
| Kamis, 12 September 2024 | 08:19 WIB

Beralih ke Pendanaan Hijau, ADRO Lepas Aset Batubara Termal Senilai US$ 2,63 Miliar

PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) akan melepas PT Adaro Andalan Indonesia yang bernilai US$ 2,63 miliar.

Saat Dolar AS Melemah, Prospek Valuta Utama Belum Pasti
| Kamis, 12 September 2024 | 08:16 WIB

Saat Dolar AS Melemah, Prospek Valuta Utama Belum Pasti

Ekspektasi pemangkasan suku bunga global yang semakin kuat membuat dolar Amerika Serikat (AS) melemah 

Prospek Energi Mega Persada (ENRG) Terangkat oleh Akuisisi Aset
| Kamis, 12 September 2024 | 08:14 WIB

Prospek Energi Mega Persada (ENRG) Terangkat oleh Akuisisi Aset

Menakar prospek kinerja PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) di tengah fluktuasi harga komoditas

Prospek Obligasi Tanah Air Terangkat Dana Asing
| Kamis, 12 September 2024 | 08:11 WIB

Prospek Obligasi Tanah Air Terangkat Dana Asing

Prospek pasar obligasi di sisa tahun 2024 dan tahun 2025 mendatang akan positif. 

Udang, Ekologi & Cuan
| Kamis, 12 September 2024 | 08:05 WIB

Udang, Ekologi & Cuan

Industri udang dalam negeri perlu mendapat perhatian pemerintah.

ASSA Menyerap Capex Rp 577,6 Miliar
| Kamis, 12 September 2024 | 08:00 WIB

ASSA Menyerap Capex Rp 577,6 Miliar

Mayoritas capex digunakan untuk peremajaan dan pembelian unit kendaraan baru untuk mendukung layanan bisnis rental.

INDEKS BERITA

Terpopuler