Matahari Bertarung di Pasar Sengit, Ini Rekomendasi Analis untuk Saham LPPF

Selasa, 06 Agustus 2019 | 06:57 WIB
Matahari Bertarung di Pasar Sengit, Ini Rekomendasi Analis untuk Saham LPPF
[]
Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: A.Herry Prasetyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persaingan bisnis sektor ritel yang ketat membuat prospek kinerja PT Matahari Departement Store Tbk (LPPF) di tahun ini cenderung stagnan.

Jika Matahari Departement Store tidak melakukan terobosan baru, peluang perusahaan yang memiliki kode emiten LPPF ini untuk mencetak kinerja positif sulit terlaksana.

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan ini, pendapatan Matahari Departement Store (LPPF) semester I-2019 hanya naik 0,59% menjadi Rp 5,95 triliun.

Padahal di periode yang sama tahun lalu, pendapatan Matahari Departement Store tercatat Rp 5,91 triliun.

Walau berhasil mencatatkan kenaikan pendapatan, namun laba bersih perusahaan Grup Lippo ini justru tergerus 13,62% dari Rp 1,34 triliun menjadi Rp 1,16 triliun di akhir Juni lalu.

Penurunan keuntungan yang didapat LPPF terjadi karena adanya kenaikan beban keuangan perusahaan hingga 61,31% menjadi Rp 25,18 miliar.

Menurut Analis Panin Sekuritas William Hartanto, dengan keadaan saat ini, posisi Matahari Departement Store ini menunjukkan tekanan dan persaingan pada sektor ritel masih cukup ketat.

Terlebih, banyak perusahaan yang melakukan terobosan dengan menggarap pembelian secara online.

Walau Matahari Departement Store memiliki kanal penjualan online, tetapi hal tersebut belum digarap secara maksimal. "Masih (akan tertekan), karena persaingan dengan perusahaan sejenis yang lebih menarik dari segi harga dan kemudahan membeli online," kata dia, Senin (5/8).

Penjualan per toko naik

Meskipun begitu, Analis Mirae Asset Sekuritas Christine Natasya bilang, kinerja LPPF masih tergolong positif.

Ini terlihat dari penjualan per toko atawa same store sales growth (SSSG) yang naik 1,7% pada kuartal II-2019.

Angka ini lebih baik ketimbang SSSG perusahaan pada periode Januari-Maret 2019 yang turun 1,7%.

"Meskipun begitu, kami tetap berhati-hati pada kinerja perusahaan, mengingat SSSG 2019 yang positif cenderung ditopang peningkatan penjualan rata-rata retail satuan (AUR) sebesar 6,2%" kata dia, dalam riset 31 Juli 2019.

Tumbuhnya SSSG di luar Jawa terlihat dengan kenaikan 2,6% di tengah tekanan harga komoditas.

Dalam hal ini, LPPF cukup berperan dalam kenaikan SSSG secara nasional di 2019.

Di sisi lain, pada paruh pertama tahun ini, cashflow operasional Matahari Departement Store tercatat turun 53%.

Hal ini sebagian besar terjadi karena meningkatnya pembayaran yang dilakukan perusahaan ke pemasok sekitar 17%.

Ini terjadi akibat bergesernya periode Lebaran yang mengharuskan Matahari Departement Store membayar lebih awal kepada pemasok.

Selain itu, Matahari Departement Store juga menggunakan dana kasnya untuk membeli toko di Tasikmalaya sebagai investasi senilai Rp 41 miliar.

Perusahaan mengklaim, investasi tersebut memiliki internal (IRR) sekitar 20%, dengan produktivitas penjualan yang lebih baik dibandingkan toko lainnya.

"Pandangan kami, penggunaan dana kas dapat membuat pembayaran dividen yang lebih rendah ke depan, untuk mengantisipasi profitabilitas yang lebih rendah dan rasio capital expenditure yang lebih tinggi," jelas dia.

Untuk itu, Christine cenderung merekomendasikan hold saham LPPF dengan target harga di akhir tahun Rp 4.200 per saham.

Setali tiga uang, William pun menyarankan hold untuk saham LPPF. Dia pun menargetkan harga saham LPPF ada di level Rp 4.000 per saham.

Sedangkan Analis Matybank KimEng Janni Asman justru memangkas target harga saham LPPF dari sebelumnya Rp 4.400 menjadi Rp 3.840 per saham. Dia pun memilih rekomendasi jual untuk LPPF.

Bagikan

Berita Terbaru

Kinerja Erajaya Swasembada (ERAA) Masih Terus Ditopang Produk Premium
| Sabtu, 02 Agustus 2025 | 18:11 WIB

Kinerja Erajaya Swasembada (ERAA) Masih Terus Ditopang Produk Premium

Kinerja PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) terkerek berkat kehadiran gadget iPhone seri 16 yang masuk ke Indonesia pada April 2025.

Prospek TBIG Masih Datar, Pertumbuhan Bakal Tertahan di Semester II-2025
| Sabtu, 02 Agustus 2025 | 15:00 WIB

Prospek TBIG Masih Datar, Pertumbuhan Bakal Tertahan di Semester II-2025

Pertumbuhan di semester II-2025 dan tahun depan berpotensi melambat karena adanya proses integrasi jaringan XLS dan relokasi situs.

Profit 25,30% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Terbang Tinggi (2 Agustus 2025)
| Sabtu, 02 Agustus 2025 | 13:24 WIB

Profit 25,30% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Terbang Tinggi (2 Agustus 2025)

Harga emas batangan Antam 24 karat 1 Agustus 2025 di Logammulia.com Rp 1.948.000 per gram, harga buyback Rp 1.793.000 per gram.

KKR Kembali Dikabarkan Mau Hengkang dari Nippon Indosari Corpindo (ROTI)
| Sabtu, 02 Agustus 2025 | 13:00 WIB

KKR Kembali Dikabarkan Mau Hengkang dari Nippon Indosari Corpindo (ROTI)

ROTI belum menerima informasi mengenai rencana konkret KKR sehubungan dengan rencana divestasi kepemilikan sahamnya di ROTI.

Pemangkasan Tantiem Direksi dan Komisaris Bikin Beban Emiten BUMN Lebih Ringan
| Sabtu, 02 Agustus 2025 | 09:00 WIB

Pemangkasan Tantiem Direksi dan Komisaris Bikin Beban Emiten BUMN Lebih Ringan

Pemangkasan tantiem untuk direksi dan komisaris BUMN bisa berdampak positif ke kinerja keuangan emiten BUMN

Kinerja Emiten Grup Indofood Semakin Yahud
| Sabtu, 02 Agustus 2025 | 08:54 WIB

Kinerja Emiten Grup Indofood Semakin Yahud

INDF mencatatkan kenaikan penjualan neto sebesar 4% menjadi Rp 59,84 triliun per semester I-2025 dibandingkan Rp 57,30 triliun tahun lalu.

Emiten Prajogo Pangestu Mengantongi Cuan Tebal
| Sabtu, 02 Agustus 2025 | 08:51 WIB

Emiten Prajogo Pangestu Mengantongi Cuan Tebal

 Berkat kontribusi anak-anak usahanya, laba bersih BRPT mencapai US$ 539,82 juta, meroket 1.464,89% yoy dari US$ 34,49 juta.

Neraca Dagang Surplus Besar Lagi
| Sabtu, 02 Agustus 2025 | 07:47 WIB

Neraca Dagang Surplus Besar Lagi

Lebih tingginya nilai ekspor dibanding impor membuat neraca perdagangan RI pada Juni 2025 mencetak surplus besar mencapai US$ 4,10 miliar

 Christian Kartawijaya, Direktur Utama INTP : Memilih Instrumen Berisiko Rendah
| Sabtu, 02 Agustus 2025 | 07:44 WIB

Christian Kartawijaya, Direktur Utama INTP : Memilih Instrumen Berisiko Rendah

Menurut dia, investasi itu layaknya menabung untuk menyediakan dana di masa depan dengan cara menunda pengeluaran hari ini.

Inflasi Juli 2025 Tertinggi Dalam Setahun
| Sabtu, 02 Agustus 2025 | 07:41 WIB

Inflasi Juli 2025 Tertinggi Dalam Setahun

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi tahunan Juli sebesar 2,37%, tertinggi sejak Juli 2024 lalu.

INDEKS BERITA

Terpopuler