Melek Digitalisasi, Upaya Koperasi Mengembangkan Potensi Diri
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di usia ke 55 tahun, Adang Shalahuddin bakal makin sibuk. Jika pada usia tersebut kebanyakan orang bimbang memasuki masa pensiun, Adang justru makin aktif dalam perannya sebagai sekretaris Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Pengalengan.
Bukan tanpa sebab, koperasi yang beranggotakan 4.500 para peternak sapi di tiga kecamatan di Kabupaten Bandung ini, merupakan induk perusahaan (company holding) bagi empat anak usahanya yang lain. Jangan Anda bayangkan, KPBS merupakan koperasi konvensional dengan bisnis ala kadarnya.
Adang mengatakan, keempat anak usaha KPBS terdiri dari PT Bank Perkreditan Rakyat Bandung Kidul, PT Susu KPBS Pengalengan (SKP), PT Ultra Peternakan Bandung Selatan (UPBS), dan PT Rumah Sakit KPBS.
KPBS yang berdiri sejak tahun 1969 itu, kini telah memiliki total aset senilai Rp 132 miliar. "Per bulan, pendapatan koperasi KPBS berkisar Rp 25 miliar hingga Rp 35 miliar," tutur Adang kepada KONTAN, Senin (21/10).
Adang sendiri, sudah sejak 10 tahun lalu menjadi anggota KPBS. Awalnya, dia menjadi karyawan di koperasi ini. Kini di usia lebih dari separuh abad, Adang sudah memiliki 40 ekor sapi perah yang menjadi pendapatan utama keluarga, selain kegiatan bertani.
KPBS telah memberikan berkah bagi para peternak dan pekerjanya. Seperti Adang, dia sukses menyekolahkan ketiga anaknya hingga tingkat perguruan tinggi. "Ketiganya sudah lulus dari Institut Pertanian Bogor (IPB)," ujar Adang sumringah.
Kisah Adang yang sukses bersama koperasi, tentu akan membuka lebar persepsi masyarakat tentang koperasi. Data Kementerian Koperasi dan UKM hingga September 2019 menyebutkan Koperasi Telekomunikasi Selular Kisel sebagai koperasi dengan pendapatan tertinggi saat ini, yakni sebesar Rp 5,73 triliun setahun (lihat tabel).
Nama Koperasi | Omset (Rp triliun) |
Koperasi Telekomunikasi Selular Kisel | 5,73 |
Koperasi Simpan Pinjam Jasa (Kospin Jasa) | 3,90 |
Koperasi Kesehatan Pegawai dan Pensiunan Bank Mandiri | 2,52 |
Koperasi Warga Semen Gresik KWSG | 2,41 |
Koperasi Baitul Maal wat Tamwil Maslahah | 2,04 |
Koperasi Kredit CU Lantang TIPO | 2,02 |
Koperasi Kredit CU Pancur Kasih | 1,56 |
Koperasi Simpan Pinjam Nusantara | 1,06 |
Koperasi Kredit CU Keling Kumang | 0,95 |
Koperasi Karyawan Keluarga Besar Petrokimia Gresik | 0,74 |
Keterangan: Data Kementerian Koperasi dan UKM
KPBS memang tidak masuk daftar 10 besar koperasi dengan omset terbanyak di Indonesia. Namun adaptasi dengan teknologi, memantapkan pondasi KPBS untuk terus mewujudkan harapan para anggotanya.
Penerapan digitalisasi
Kata Adang, KPBS membangun sebuah sistem yang mereka sebut enterprise resources planning (ERP). Sistem digitalisasi yang dikembangkan KPBS sejak 2 tahun lalu itu bertujuan memberikan pelayanan bagi anggotanya secara terintegrasi.
Saat ini KPBS telah mendigitalisasi penyimpanan data (cloud server). Koperasi ini juga mendigitalisasi penerimaan susu dari anggota (peternak) melalui sistem milk collection point mobile (MCPM) dan milk collection point (MCP).
MCP sendiri berfungsi untuk menjaga jumlah bakteri yang terkandung dalam susu atau total plate count (TCP) dalam kadar serendah mungkin. Semakin rendah nilai TPC yang terkandung di dalam susu segar, maka kualitas dan harga susu bakal semakin tinggi. Peternak akhirnya akan mendapat imbalan sesuai kualitas susu yang dihasilkan sapi-sapi mereka.
Sedangkan sistem MCPM akan memudahkan para peternak untuk mengetahui jumlah susu yang diproduksi secara akurat beserta pendapatan yang bakal diperolehnya.
Digitalisasi juga diterapkan KPBS dalam hal pendistribusian pakan, pelayanan kesehatan hewan dan digitalisasi informasi pendapatan serta simpanan para anggota.
Kata Adang, ERP ini masih terus dikembangkan. "Rencananya dua tahun ini selesai. Namun karena banyak sub modul yang masih dikembangkan, maka masih butuh waktu lagi," tutur Adang.
Saat ini, jumlah produksi susu KPBS mencapai 77 ton per hari yang diperah dari sekitar 7.000 ekor sapi. Adapun bila ditotal, jumlah sapi milik anggota koperasi mencapai 12.000 ekor.
KPBS memproduksi dua jenis produk, yakni susu segar dan susu olahan. Untuk susu segar, KPBS mengirimkan hasil produksinya ke sejumlah perusahaan. Diantaranya, PT Frisian Flag Indonesia produsen susu bendera; PT Indolakto produsen Indomilk; dan PT Ultrajaya Milk Industry produsen susu ultra.
Sedangkan untuk produk turunan dari susu, KPBS memproduksi sejumlah produk seperti keju, yoghurt, susu pasteurisasi. Produk-produk tersebut ada yang dijual langsung ke konsumen dengan cara konvensional, maupun lewat internet.
Adang menyatakan, kebutuhan produk susu di dalam negeri masih sangat besar. Kondisi ini tergambar dari total kebutuhan susu dalam negeri yang sebanyak 82%-nya dipenuhi dari impor. Hanya 18% yang mampu dipenuhi oleh peternak sapi perah di Indonesia.
Digitalisasi KPBS, salah satunya bertujuan untuk meningkatkan minat para peternak milenial. "Saat peternakan semakin modern, harapannya akan banyak anak muda yang terjun ke bisnis ini," tutur Adang.
Saat ini, jumlah pelaku usaha peternak usia muda di koperasi KPBS menurut Adang, tidak lebih dari 20%-25%.
Dari sisi prestasi, sudah banyak penghargaan yang digaet oleh KPBS. Koperasi ini pada tahun 2017 silam, berhasil meraih tanda kehormatan Satyalancana Wirakarya dari Presiden Joko Widodo. Penghargaan tersebut diberikan pada acara Hari Koperasi Nasional ke-70 di Makassar, Sulawesi Selatan.
Meski sudah menyabet banyak prestasi, Adang menyatakan industri peternakan sapi perah dalam negeri tetap membutuhkan perhatian dari pengambil kebijakan. "Di negara maju, produsen susu diproteksi. Kami juga berharap ada hal seperti itu di Indonesia," imbuh Adang
Waspada penumpang gelap
Fenomena keberadaan digitalisasi dalam berkoperasi, sejalan dengan rencana strategis (Renstra) Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop). Rully Indrawan, Sekretaris Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah menyatakan, ada tiga hal yang menjadi fokus kementeriannya.
Pertama, Go Formal. Lewat Go Formal, Kemenkop ingin pelaku perkoperasian yang belum memiliki izin, untuk taat peraturan.
Selanjutnya yang kedua adalah Go Digital. "Lewat Go Digital, Kemenkop ingin pelaku koperasi semakin efektif dan efisien dalam melayani anggota maupun saat berbisnis," ujar Rully, saat dihubungi KONTAN, Rabu (16/10).
Adapun yang ketiga adalah Go Global. Go Global bermakna Kemenkop berkeinginan koperasi mengglobal. Rully mencontohkan anak usaha Kospin Jasa, PT Asuransi Jiwa Syariah Jasa Mitra Abadi Tbk (JMAS) yang menjual saham ke publik lewat penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia.
Berdasarkan data Kemenkop, jumlah total koperasi di Indonesia saat ini sebanyak 220.476 unit. Dari total jumlah tersebut, koperasi yang aktif berjumlah 125.236 unit (lihat tabel).
Data | Jumlah |
Total jumlah koperasi (unit) | 220.476 |
Koperasi aktif (unit) | 125.236 |
Koperasi tidak aktif (unit) | 95.240 |
Total Anggota Koperasi (jiwa) | 710.236.215 |
Anggota Koperasi Laki-Laki (jiwa) | 11.943.074 |
Anggota Koperasi perempuan (jiwa) | 698.293.141 |
Koperasi dengan modal sendiri (Rp triliun) | 77,85 |
Koperasi dengan modal pihak luar (Rp triliun) | 77,69 |
Volume usaha (Rp triliun) | 144,03 |
Sisa hasil usaha (Rp triliun) | 5,88 |
Keterangan: Data Kementerian Koperasi dan UKM
Rully menegaskan, maraknya digitalisasi usaha perkoperasian tentu menjadi hal yang membanggakan. Namun dia juga mengingatkan agar pelaku usaha tidak terlena.
"Kami telah bekerjasama dengan Bareskrim Polri dan juga Badan Intelijen Negara (BIN) untuk mengantisipasi penipuan di bidang perkoperasian," tutur Rully.
Lebih lanjut Rully menyebutkan, urusan perkoperasian dan UKM melibatkan setidaknya 18 kementerian dan lembaga. Pihaknya siap berkoordinasi dengan semua lembaga terkait, guna mengembangkan dunia usaha koperasi di Indonesia.