Melirik Peluang Investasi Efek Beragun Aset

Rabu, 27 Februari 2019 | 07:38 WIB
Melirik Peluang Investasi Efek Beragun Aset
[]
Reporter: Dimas Andi | Editor: Yuwono Triatmodjo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Efek Beragun Aset (EBA) memiliki potensi yang cukup besar dari sisi investasi, walau belum banyak investor yang menggandrungi instrumen tersebut. Sebagai pengingat, beberapa perbankan mengumumkan rencana penerbitan EBA.

Pertama, Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) yang hendak merilis EBA pada kuartal I 2019 dengan nilai Rp 2 triliun. Skema EBA BTN berwujud sekuritisasi kredit pemilikan rumah (KPR) sintetik. Alternatif pendanaan tersebut menjaminkan arus kas di masa depan.

Kedua, Bank Bukopin Tbk yang berencana menerbitkan EBA di kisaran Rp 1 triliun–Rp 2 triliun. Aset yang diagunkan adalah tagihan kredit seperti KPR maupun kredit konsumer, yang berkualitas bagus dan lancar.

Head of Research & Consulting Infovesta Utama Edbert Suryajaya menilai, EBA memiliki karakteristik yang mirip dengan obligasi. Misalnya, instrumen ini sama-sama diperingkat oleh lembaga pemeringkat serta menawarkan indikasi kupon dan tenor beserta waktu jatuh temponya.

Artinya, ketika berinvestasi EBA, investor berpeluang memperoleh imbal hasil yang bersaing. Ambil contoh, jika investor membeli EBA dengan tenor 5 tahun, potensi return bisa dibandingkan dengan surat utang negara (SUN) bertenor serupa.

Senior VP & Head of Investment Recapital Asset Management Rio Ariansyah mengatakan, spread imbal hasil antara EBA dan SUN tidak berbeda jauh. Hal ini lantaran hampir seluruh EBA yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) memiliki peringkat yang tinggi atau idAAA dari PT Pemeringkat Utang Indonesia.

Peringkat tinggi tersebut bukan tanpa alasan. Salah satu alasannya, tidak sembarangan aset bisa dijadikan portofolio untuk instrumen tersebut. "Perusahaan harus menjadikan aset paling berkualitas dan terjamin pembayarannya sebagai underlying EBA," ungkap dia, kemarin.

Tapi, investor juga perlu mencermati risiko likuiditas yang dimiliki oleh EBA. Karena instrumen tersebut tergolong baru di Indonesia, belum banyak transaksi yang berlangsung di pasar sekunder. "EBA terlihat lebih cocok bagi investor berorientasi hold to maturity," imbuh Rio.

Elbert menambahkan, walau aset yang menjadi portofolio EBA memiliki kualitas yang tinggi, investor tetap harus siaga. Dalam hal ini, investor mesti terus mengamati perkembangan kinerja perusahaan penerbit EBA yang bersangkutan.

EBA sendiri dianggap cukup unik mengingat kinerjanya tidak selalu mengacu terhadap sentimen yang beredar di pasar obligasi, seperti efek kenaikan suku bunga acuan atau pelemahan nilai tukar.

Dalam kondisi tertentu, pertumbuhan imbal hasil EBA lebih condong dipengaruhi oleh kinerja perusahaan yang bersangkutan. Alhasil, jika kinerja perusahaan penerbit EBA sewaktu-waktu mengalami penurunan, aset yang menjadi portofolio instrumen tersebut juga bisa terganggu. "Potensi return bisa meleset dan yang paling buruk investor bisa dihadapkan pada situasi gagal bayar," tambah Edbert.

Bagikan

Berita Terbaru

Koreksi Harga Saham KLBF Dimanfaatkan Manulife, Vanguard, Hingga Goldman Sachs
| Selasa, 12 Agustus 2025 | 14:42 WIB

Koreksi Harga Saham KLBF Dimanfaatkan Manulife, Vanguard, Hingga Goldman Sachs

Rekomendasi yang dirilis para analis pada Agustus 2025 berjalan, semuanya menyarankan beli saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF). 

Daya Beli Menjadi Risiko RAPBN di Tahun Depan
| Selasa, 12 Agustus 2025 | 12:23 WIB

Daya Beli Menjadi Risiko RAPBN di Tahun Depan

Pendapatan negara RAPBN 2026 dipatok di kisaran Rp 3.094 triliun-Rp 3.114 triliun. Belanja dipatok antara Rp 3.800 triliun-Rp 3.820 triliun.

ESG Astra Otoparts (AUTO): Mendukung Transisi Industri Otomotif Lebih Hijau
| Selasa, 12 Agustus 2025 | 12:05 WIB

ESG Astra Otoparts (AUTO): Mendukung Transisi Industri Otomotif Lebih Hijau

Menengok upaya penerapan aksi lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) dan keberlanjutan dari PT Astra Otoparts Tbk (AUTO).

Atasi Polemik Royalti Musik, UU Hak Cipta Segera Direvisi Tahun Ini
| Selasa, 12 Agustus 2025 | 11:01 WIB

Atasi Polemik Royalti Musik, UU Hak Cipta Segera Direvisi Tahun Ini

Revisi UU Hak Cipta untuk menegaskan hak ekonomi dan moral pencipta agar pembagian royalti lebih adil, transparan dan tepat sasaran.

Profit 26,34% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Ambleg (12 Agustus 2025)
| Selasa, 12 Agustus 2025 | 08:56 WIB

Profit 26,34% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Ambleg (12 Agustus 2025)

Harga emas batangan bersertifikat di laman resmi Logam Mulia PT Aneka Tambang 12 Agustus 2025 turun Rp 21.000 per gram ke Rp 1.924.000 per gram.

Prospek Jangka Panjang Diklaim Positif, Harga Saham BRMS Diproyeksi bisa Sentuh ATH
| Selasa, 12 Agustus 2025 | 08:43 WIB

Prospek Jangka Panjang Diklaim Positif, Harga Saham BRMS Diproyeksi bisa Sentuh ATH

Kenaikan produksi serta harga emas yang tetap bertahan di level tinggi menjadi katalis buat PT Bumi Resources Mineral Tbk (BRMS).

Sariguna Primatirta (CLEO) Bangun Tiga Fasilitas Produksi Baru
| Selasa, 12 Agustus 2025 | 08:40 WIB

Sariguna Primatirta (CLEO) Bangun Tiga Fasilitas Produksi Baru

Saat ini CLEO mengoperasikan 32 pabrik dan sedang membangun tiga fasilitas baru di Palu, Pontianak dan Pekanbaru.

Minna Padi (PADI) Berencana Rights Issue 2,26 Miliar Saham
| Selasa, 12 Agustus 2025 | 08:31 WIB

Minna Padi (PADI) Berencana Rights Issue 2,26 Miliar Saham

Rights issue bakal dilakukan PT Minna Padi Investama Sekuritas Tbk (PADI) usai diperolehnya persetujuan RUPSLB pada 17 September 2025.

Champ Resto (ENAK) Siapkan Dana Rp 7 Miliar Untuk Buyback Saham
| Selasa, 12 Agustus 2025 | 08:20 WIB

Champ Resto (ENAK) Siapkan Dana Rp 7 Miliar Untuk Buyback Saham

PT Champ Resto Indonesia Tbk (ENAK) berniat melaksanakan buyback dengan periode pelaksanaan mulai 13 Agustus 2025 hingga 7 November 2025. 

Harga Saham KEJU Turun Usai Pengumuman Rencana Akuisisi, Serupa dengan MMLP
| Selasa, 12 Agustus 2025 | 08:12 WIB

Harga Saham KEJU Turun Usai Pengumuman Rencana Akuisisi, Serupa dengan MMLP

Pada Kamis, 7 Agustus 2025, muncul pengumuman tentang rencana kerja sama strategis antara GOOD dengan perusahaan keju asal Prancis bernama Bel S.A

INDEKS BERITA

Terpopuler