Memaknai Keberlanjutan dalam Batas Kecukupan
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam dunia bisnis, keberhasilan sering diukur dalam angka (keuntungan, pangsa pasar, nilai pemegang saham). Namun, di manakah batas angka-angka itu? Apakah pertumbuhan harus dikejar tanpa batas? Komisi Brundtland menyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang "memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri" (WCED, 1987). Ada dua hal penting di sini, yaitu tanggung jawab dan kecukupan. Keberlanjutan harus dipikirkan dalam jangka panjang, sementara kecukupan mendorong kita untuk memahami batasan, kesadaran bahwa kita tidak harus mengejar segala sesuatu meski hal itu memungkinkan.
Keseimbangan antara ambisi ekonomi dengan tuntutan ekologis dan moral adalah tantangan besar dalam tata kelola perusahaan modern saat ini. Ada kebutuhan untuk terus tumbuh di satu sisi, dan di sisi lain ada pertanyaan yang terus mengusik, "Di mana batas cukup itu?" Artikel ini bertujuan membahas fenomena ini, dengan mengacu pada etika bisnis oleh Domènec Melé (2020), dan studi kasus internasional tentang buruknya tata kelola perusahaan yang menyebabkan terjadinya skandal pada Volkswagen (Chen, 2022).
Baca Juga: Australia Dorong Dana Pensiun Masuk Indonesia, Danantara Jadi Magnet Baru Investasi
