KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) kerap berlawanan dengan pandangan orang kebanyakan. Apa yang terjadi dalam perdagangan di bursa Rabu pekan lalu (15/1).
Pada perdagangan sesi kedua hari itu, kurang lebih sekitar pukul 14.30, empat saham berkapitalisasi besar mendadak terbang harganya. Padahal di hari-hari sebelumnya, keempat saham tersebut terjebak dalam tren penurunan harga.
Keempat saham yang dimaksud adalah BBRI, BMRI, BBNI dan ASII. Pada penutupan hari itu, keempatnya pun menguat. BBRI naik hingga 7,6% sedangkan BMRI 6,5%. Lalu BBNI dan ASII masing-masing menguat 6,8% dan 4%.
Pembalikan arah harga keempat saham itu merupakan buntut dari arus masuk dana asing yang mendadak deras. Nilai pembelian pemodal asing atas BMRI, BBNI dan ASII secara berurutan berkisar Rp 157 miliar, Rp 54 miliar dan Rp 46 miliar.
Saham BBRI mengantongi foreign inflow tertinggi, hingga Rp 429 miliar. Kondisi itu berlawanan dengan tren foreign flow untuk BBRI sejak September, yang selalu berstatus net outflow.
Hubungan yang teramat jelas antara masuk-keluarnya dana asing dengan naik-turunnya harga keempat saham itu mendasari istilah investor asing lah yang menjadi sopir dari harga saham-saham emiten dengan fundamental oke.
Namun yang patut kita cermati, apakah kondisi fundamental si emiten yang menjadi dasar keputusan investor asing untuk menempatkan atau mencabut uangnya?
Jika melihat apa yang terjadi pada perdagangan Rabu pekan lalu, sulit untuk menarik konklusi. Memang, ada kejadian penting di hari itu, yaitu Bank Indonesia, di luar ekspektasi, memangkas bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,75%.
Hubungan kausalitas antara bunga acuan dengan kinerja keuangan sebuah perusahaan tentunya tidak satu arah. Bahkan, narasi yang berkembang sebelum BI memangkas bunga justru bank akan tergerus labanya kalau bunga acuan melemah.
Penurunan bunga juga disebut-sebut akan membuat asing makin malas menaruh dana di sini karena selisih imbal hasil rupiah dan dolar AS yang kian tipis. Tak banyak yang menduga pada saat itu, aksi investor asing yang contrarian.
Pelajaran yang bisa dipetik investor jelata adalah semua saham, terlepas dari kondisi fundamental emitennya, pasti ada "sopirnya." Agar tak terjebak alias nyangkut, yang perlu dicermati adalah membuntuti gerak si sopir.