Membuntuti Sopir

Kamis, 23 Januari 2025 | 06:15 WIB
Membuntuti Sopir
[ILUSTRASI. TAJUK - Thomas Hadiwinata]
Thomas Hadiwinata | Managing Editor

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) kerap berlawanan dengan pandangan orang kebanyakan. Apa yang terjadi dalam perdagangan di bursa Rabu pekan lalu (15/1). 

Pada perdagangan sesi kedua hari itu, kurang lebih sekitar pukul 14.30, empat saham berkapitalisasi besar mendadak terbang harganya. Padahal di hari-hari sebelumnya, keempat saham tersebut terjebak dalam tren penurunan harga.

Keempat saham yang dimaksud adalah BBRI, BMRI, BBNI dan ASII. Pada penutupan hari itu, keempatnya pun menguat. BBRI naik hingga 7,6% sedangkan BMRI 6,5%. Lalu BBNI dan ASII masing-masing menguat 6,8% dan 4%.

Pembalikan arah harga keempat saham itu merupakan buntut dari arus masuk dana asing yang mendadak deras. Nilai pembelian pemodal asing atas BMRI, BBNI dan ASII secara berurutan berkisar Rp 157 miliar, Rp 54 miliar dan Rp 46 miliar.

Saham BBRI mengantongi foreign inflow tertinggi, hingga Rp 429 miliar. Kondisi itu berlawanan dengan tren foreign flow untuk BBRI sejak September, yang selalu berstatus net outflow.

Hubungan yang teramat jelas antara masuk-keluarnya dana asing dengan naik-turunnya harga keempat saham itu mendasari istilah investor asing lah yang menjadi sopir dari harga saham-saham emiten dengan fundamental oke.

Namun yang patut kita cermati, apakah kondisi fundamental si emiten yang menjadi dasar keputusan investor asing untuk menempatkan atau mencabut uangnya?

Jika melihat apa yang terjadi pada perdagangan Rabu pekan lalu, sulit untuk menarik konklusi. Memang, ada kejadian penting di hari itu, yaitu Bank Indonesia, di luar ekspektasi, memangkas bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,75%. 

Hubungan kausalitas antara bunga acuan dengan kinerja keuangan sebuah perusahaan tentunya tidak satu arah. Bahkan, narasi yang berkembang sebelum BI memangkas bunga justru bank akan tergerus labanya kalau bunga acuan melemah. 

Penurunan bunga juga disebut-sebut akan membuat asing makin malas menaruh dana di sini karena selisih imbal hasil rupiah dan dolar AS yang kian tipis. Tak banyak yang menduga pada saat itu, aksi investor asing yang contrarian.

Pelajaran yang bisa dipetik investor jelata adalah semua saham, terlepas dari kondisi fundamental emitennya, pasti ada "sopirnya." Agar tak terjebak alias nyangkut, yang perlu dicermati adalah membuntuti gerak si sopir. 

Selanjutnya: Investigasi FTI Consulting: Skandal Laporan Ganda eFishery Sukses Mengelabui Investor

Bagikan

Berita Terbaru

Pertebal Portofolio, Saratoga (SRTG) Siapkan Dana US$ 150 Juta
| Kamis, 23 Januari 2025 | 09:07 WIB

Pertebal Portofolio, Saratoga (SRTG) Siapkan Dana US$ 150 Juta

PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) membidik sejumlah perusahaan potensial untuk didanai pada tahun 2025 ini. 

Berbenah, Prospek Saham GOTO Berpotensi Merekah
| Kamis, 23 Januari 2025 | 09:03 WIB

Berbenah, Prospek Saham GOTO Berpotensi Merekah

Pemulihan kinerja dan bisnis on demand service mendorong prospek harga saham PT Goto Gojek Tokopedia Tbk (GOTO)

Menangkap Peluang Mengoleksi Emas Saat Harga Terkoreksi
| Kamis, 23 Januari 2025 | 08:31 WIB

Menangkap Peluang Mengoleksi Emas Saat Harga Terkoreksi

Di jangka pendek ada peluang harga emas terkoreksi. Data-data inflasi Amerika Serikat menunjukkan pelambatan

Langkah Konsolidasi Akan Berlanjut, Taji KPR Syariah Bank BTN (BBTN) Kian Kuat
| Kamis, 23 Januari 2025 | 08:26 WIB

Langkah Konsolidasi Akan Berlanjut, Taji KPR Syariah Bank BTN (BBTN) Kian Kuat

Ketimbang IPO entitas hasil merger UUS BTN Syariah dan Bank Victoria Syariah, BBTN membuka peluang untuk mengakuisisi bank syariah lain.

Tarik Minat Masyarakat di Program 3 Juta Rumah, Kementerian BUMN Gunakan Konsep TOD
| Kamis, 23 Januari 2025 | 08:09 WIB

Tarik Minat Masyarakat di Program 3 Juta Rumah, Kementerian BUMN Gunakan Konsep TOD

Pemerintah akan menyisir dan mendata developer nakal agar tidak bisa berpartisipasi dalam Program Tiga Juta Rumah. 

Diam-Diam Sahamnya Sudah Terbang 45%, SMKL Rupanya Berkongsi dengan Perusahaan China
| Kamis, 23 Januari 2025 | 07:53 WIB

Diam-Diam Sahamnya Sudah Terbang 45%, SMKL Rupanya Berkongsi dengan Perusahaan China

PT Satyamitra Kemas Lestari Tbk (SMKL) dan Ghuangzhou Yi Song berkongsi masuk ke bisnis paper pulp mold. ​

PK Ditolak, Subagio Wirjoatmodjo Mesti Melepas Kepemilikannya di Trimata Benua
| Kamis, 23 Januari 2025 | 07:41 WIB

PK Ditolak, Subagio Wirjoatmodjo Mesti Melepas Kepemilikannya di Trimata Benua

Data terbaru menunjukkan, kepemilikan Subagio Wirjoatmodjo di perusahaan batubara PT Trimata Benua sebanyak 25 persen.

Gara-Gara Perintah Donald Trump, Arus Masuk Dana ke Obligasi Domestik Tersendat
| Kamis, 23 Januari 2025 | 07:02 WIB

Gara-Gara Perintah Donald Trump, Arus Masuk Dana ke Obligasi Domestik Tersendat

Peluang pemangkasan suku bunga acuan alias BI rate dapat mendukung valuasi yield obligasi domestik. 

Bank Indonesia Siap Borong SBN di Pasar Sekunder
| Kamis, 23 Januari 2025 | 07:00 WIB

Bank Indonesia Siap Borong SBN di Pasar Sekunder

Langkah borong SBN oleh Bank Indonesia sebagai bentuk dukungan bank sentral terhadap program ekonomi pemerintah.

Indonesia Menawarkan Investasi Baterai Listrik
| Kamis, 23 Januari 2025 | 06:45 WIB

Indonesia Menawarkan Investasi Baterai Listrik

Pada September nanti Indonesia secara keseluruhan bisa memenuhi standar besar seperti Exponential Moving Average (EMA).

INDEKS BERITA

Terpopuler