Menanti Tuah Window Dressing di Pekan Pendek, Cermati Saham-Saham Ritel Ini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perdagangan bursa hanya menyisakan satu hari efektif jelang libur Natal, yakni esok hari, Rabu (24/12). Situasi ini memberikan gambaran pasar yang cukup unik. Secara psikologis, para investor kakap alias Big Fund mungkin sudah mulai liburan. Namun, data historis menunjukkan anomali menarik: di saat volume pasar sepi, saham ritel justru kerap melesat signifikan di pekan pendek ini, didorong sentimen belanja Natal dan Year-End Sale.
Di tahun ini, pola kenaikan saham ritel di penghujung tahun diprediksi kembali terjadi, meski dengan pergerakan yang lebih kalem.
Jika menengok rekam jejak pada sepekan terakhir Desember 2023, saham PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) sukses terbang hingga 20,6% hanya dalam seminggu. Jejak itu diikuti PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk (ACES) yang naik 5,8%, dan PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) yang menguat 4,3%. Fenomena ini terjadi justru di saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak sideways.
Pola serupa terekam pada 2022. Kala itu, MAPI mencatatkan kenaikan mingguan 4,78% tepat sebelum libur Natal, melawan tren pasar yang sedang lesu.
Menilik situasi 2025, dalam sepekan belakangan hingga penutupan Senin (22/12), saham-saham ritel memang mengalami penguatan tetapi tidak setinggi tahun-tahun sebelumnya. MAPI terpantau menghijau 2,55% dalam sepekan, disusul ACES yang naik 1,47%. Sayangnya, ERAA justru tergelincir 0,98%.
Kepala Riset Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI), Muhammad Wafi menjelaskan, pola historis mungkin terulang tetapi dengan intensitas yang lebih terbatas.
“Natal dan Tahun Baru serta revenge shopping akhir tahun menjadi katalis kuat untuk mendorong top line di kuartal IV-2025,” jelasnya kepada KONTAN, Senin (22/12).
Selain itu, terdapat rotasi dari sektor komoditas atau perbankan yang sudah jenuh ke sektor konsumer yang memiliki cerita musiman. Kendati demikian, daya beli kelas menengah yang masih agak rapuh membuat kenaikan saham akan lebih selektif pada emiten dengan target pasar menengah ke atas. KISI menilai saham ACES dan MAPI masih menarik untuk dicermati.
Baca Juga: Produksi Nikel di 2026 Dibatasi, Saham NCKL, INCO, HRUM, hingga ANTM Makin Seksi
Katalis Fiskal 2026
Dari sisi makro, BRI Danareksa Sekuritas dalam risetnya menjelaskan ekspansi fiskal pemerintah akan menjadi katalis utama pemulihan permintaan secara bertahap di 2026, termasuk bagi sektor ritel.
“Pengeluaran sosial yang lebih tinggi, termasuk peningkatan anggaran perlindungan sosial dan realisasi program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang lebih tinggi, seharusnya meningkatkan pendapatan bagi rumah tangga berpenghasilan rendah dan menengah,” ujar analis BRI Danareksa Sekuritas, Christy Halim dan Sabela Nur Amalina dalam riset yang dipublikasikan Jumat (19/12/2025).
Dukungan tersebut diproyeksikan mampu menguatkan konsumsi, pemulihan volume, dan peningkatan leverage operasional seiring dengan penguatan lapangan kerja dan upah riil. Meski begitu, upah minimum yang lebih tinggi dan mata uang yang lemah tetap menjadi "kerikil" bagi sektor ritel karena menekan biaya dan margin di tengah kekuatan penetapan harga yang terbatas.
Walaupun kondisi makro ekonomi terlihat menantang, ekspansi emiten ritel lewat pembukaan toko baru masih menjadi mesin pertumbuhan korporasi di 2026.
Sebagai gambaran, hingga September 2025, pertumbuhan penjualan toko yang sama atau Same Store Sales Growth (SSSG) masih lemah di kisaran -3,6% hingga 1,8%. Namun, peritel terus mencatatkan pertumbuhan pendapatan positif melalui ekspansi gerai.
Strategi ini akan berlanjut tahun depan didukung peningkatan daya beli. ACES misalnya, berencana merevitalisasi beberapa tokonya di mal kelas atas dan mempercepat peluncuran merek Neka. Sementara itu, PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI) menargetkan pembukaan sekitar 200 toko baru.
BRI Danareksa Sekuritas memperkirakan pertumbuhan pendapatan sektor ritel Indonesia (pada saham dalam cakupannya) sebesar 8,7% Year-on-Year (YoY) di 2026, lebih tinggi dibandingkan prediksi pertumbuhan 2025 sebesar 7,5% YoY.
Sementara perluasan jaringan terus menjadi penopang top line, pemulihan permintaan yang bertahap akan mengerek SSSG seluruh pengecer. SSSG diperkirakan bisa tumbuh di kisaran 1,3% hingga 4,5% pada 2026.
Pemulihan margin kemungkinan terjadi bertahap mengingat intensitas promosi dan inflasi upah. Namun, peningkatan produktivitas dan disiplin biaya yang ketat memungkinkan perluasan margin moderat. BRI Danareksa Sekuritas memproyeksikan peningkatan margin operasi sebesar +40bps dengan pertumbuhan laba agregat sebesar 17,5% YoY sepanjang 2026.
Baca Juga: Laba Melonjak 51% tapi Saham DSNG Justru Tergelincir, Saatnya Masuk Atau Wait & See?
