Menanti Tuah Window Dressing di Pekan Pendek, Cermati Saham-Saham Ritel Ini

Selasa, 23 Desember 2025 | 11:58 WIB
Menanti Tuah Window Dressing di Pekan Pendek, Cermati Saham-Saham Ritel Ini
[ILUSTRASI. Pelanggan berbelanja di pusat perbelanjaan di Jakarta (11/12/2025). (KONTAN/Carolus Agus Waluyo)]
Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Tedy Gumilar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perdagangan bursa hanya menyisakan satu hari efektif jelang libur Natal, yakni esok hari, Rabu (24/12). Situasi ini memberikan gambaran pasar yang cukup unik. Secara psikologis, para investor kakap alias Big Fund mungkin sudah mulai liburan. Namun, data historis menunjukkan anomali menarik: di saat volume pasar sepi, saham ritel justru kerap melesat signifikan di pekan pendek ini, didorong sentimen belanja Natal dan Year-End Sale.

Di tahun ini, pola kenaikan saham ritel di penghujung tahun diprediksi kembali terjadi, meski dengan pergerakan yang lebih kalem.

Jika menengok rekam jejak pada sepekan terakhir Desember 2023, saham PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) sukses terbang hingga 20,6% hanya dalam seminggu. Jejak itu diikuti PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk (ACES) yang naik 5,8%, dan PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) yang menguat 4,3%. Fenomena ini terjadi justru di saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak sideways.

Pola serupa terekam pada 2022. Kala itu, MAPI mencatatkan kenaikan mingguan 4,78% tepat sebelum libur Natal, melawan tren pasar yang sedang lesu.

Menilik situasi 2025, dalam sepekan belakangan hingga penutupan Senin (22/12), saham-saham ritel memang mengalami penguatan tetapi tidak setinggi tahun-tahun sebelumnya. MAPI terpantau menghijau 2,55% dalam sepekan, disusul ACES yang naik 1,47%. Sayangnya, ERAA justru tergelincir 0,98%.

Kepala Riset Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI), Muhammad Wafi menjelaskan, pola historis mungkin terulang tetapi dengan intensitas yang lebih terbatas.

“Natal dan Tahun Baru serta revenge shopping akhir tahun menjadi katalis kuat untuk mendorong top line di kuartal IV-2025,” jelasnya kepada KONTAN, Senin (22/12).

Selain itu, terdapat rotasi dari sektor komoditas atau perbankan yang sudah jenuh ke sektor konsumer yang memiliki cerita musiman. Kendati demikian, daya beli kelas menengah yang masih agak rapuh membuat kenaikan saham akan lebih selektif pada emiten dengan target pasar menengah ke atas. KISI menilai saham ACES dan MAPI masih menarik untuk dicermati.

Baca Juga: Produksi Nikel di 2026 Dibatasi, Saham NCKL, INCO, HRUM, hingga ANTM Makin Seksi

Katalis Fiskal 2026

Dari sisi makro, BRI Danareksa Sekuritas dalam risetnya menjelaskan ekspansi fiskal pemerintah akan menjadi katalis utama pemulihan permintaan secara bertahap di 2026, termasuk bagi sektor ritel.

“Pengeluaran sosial yang lebih tinggi, termasuk peningkatan anggaran perlindungan sosial dan realisasi program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang lebih tinggi, seharusnya meningkatkan pendapatan bagi rumah tangga berpenghasilan rendah dan menengah,” ujar analis BRI Danareksa Sekuritas, Christy Halim dan Sabela Nur Amalina dalam riset yang dipublikasikan Jumat (19/12/2025).

Dukungan tersebut diproyeksikan mampu menguatkan konsumsi, pemulihan volume, dan peningkatan leverage operasional seiring dengan penguatan lapangan kerja dan upah riil. Meski begitu, upah minimum yang lebih tinggi dan mata uang yang lemah tetap menjadi "kerikil" bagi sektor ritel karena menekan biaya dan margin di tengah kekuatan penetapan harga yang terbatas.

Walaupun kondisi makro ekonomi terlihat menantang, ekspansi emiten ritel lewat pembukaan toko baru masih menjadi mesin pertumbuhan korporasi di 2026.

Sebagai gambaran, hingga September 2025, pertumbuhan penjualan toko yang sama atau Same Store Sales Growth (SSSG) masih lemah di kisaran -3,6% hingga 1,8%. Namun, peritel terus mencatatkan pertumbuhan pendapatan positif melalui ekspansi gerai.

Strategi ini akan berlanjut tahun depan didukung peningkatan daya beli. ACES misalnya, berencana merevitalisasi beberapa tokonya di mal kelas atas dan mempercepat peluncuran merek Neka. Sementara itu, PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI) menargetkan pembukaan sekitar 200 toko baru.

BRI Danareksa Sekuritas memperkirakan pertumbuhan pendapatan sektor ritel Indonesia (pada saham dalam cakupannya) sebesar 8,7% Year-on-Year (YoY) di 2026, lebih tinggi dibandingkan prediksi pertumbuhan 2025 sebesar 7,5% YoY.

Sementara perluasan jaringan terus menjadi penopang top line, pemulihan permintaan yang bertahap akan mengerek SSSG seluruh pengecer. SSSG diperkirakan bisa tumbuh di kisaran 1,3% hingga 4,5% pada 2026.

Pemulihan margin kemungkinan terjadi bertahap mengingat intensitas promosi dan inflasi upah. Namun, peningkatan produktivitas dan disiplin biaya yang ketat memungkinkan perluasan margin moderat. BRI Danareksa Sekuritas memproyeksikan peningkatan margin operasi sebesar +40bps dengan pertumbuhan laba agregat sebesar 17,5% YoY sepanjang 2026.

Baca Juga: Laba Melonjak 51% tapi Saham DSNG Justru Tergelincir, Saatnya Masuk Atau Wait & See?

Kinerja Digital Membaik

Ini Artikel Spesial
Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan.
Sudah Berlangganan?
Berlangganan dengan Google
Gratis uji coba 7 hari pertama dan gunakan akun Google sebagai metode pembayaran.
Business Insight
Artikel pilihan editor Kontan yang menyajikan analisis mendalam, didukung data dan investigasi.
Kontan Digital Premium Access
Paket bundling Kontan berisi Business Insight, e-paper harian dan tabloid serta arsip e-paper selama 30 hari.
Masuk untuk Melanjutkan Proses Berlangganan
Bagikan

Berita Terbaru

Menanti Tuah Window Dressing di Pekan Pendek, Cermati Saham-Saham Ritel Ini
| Selasa, 23 Desember 2025 | 11:58 WIB

Menanti Tuah Window Dressing di Pekan Pendek, Cermati Saham-Saham Ritel Ini

Saham ritel berpotensi bangkit di sisa 2025. Simak proyeksi pertumbuhan laba 2026 dan rekomendasi saham ACES, MIDI, hingga ERAA.

Niharika Yadav: Inflasi Medis Masih Jadi Tantangan ke Depan
| Selasa, 23 Desember 2025 | 11:40 WIB

Niharika Yadav: Inflasi Medis Masih Jadi Tantangan ke Depan

Penerapan sejumlah regulasi baru dan tingginya inflasi medis akan mempengaruhi bisnis asuransi jiwa di Indonesia di 2026

Laba Melonjak 51% tapi Saham DSNG Justru Tergelincir, Saatnya Masuk Atau Wait & See?
| Selasa, 23 Desember 2025 | 08:17 WIB

Laba Melonjak 51% tapi Saham DSNG Justru Tergelincir, Saatnya Masuk Atau Wait & See?

Prospek kinerja DSNG di 2026 dinilai solid berkat profil tanaman sawit muda dan permintaan CPO yang kuat.

OJK dan KSEI Meluncurkan Integrasi Sistem Perizinan Reksadana
| Selasa, 23 Desember 2025 | 08:15 WIB

OJK dan KSEI Meluncurkan Integrasi Sistem Perizinan Reksadana

Langkah ini  untuk menyederhanakan proses, meningkatkan kepastian layanan, dan memperkuat tata kelola pendaftaran produk investasi reksadana. 

Anak Usaha DOID Perpanjang Kontrak DOID di Tambang Blackwater, Nilainya Segini
| Selasa, 23 Desember 2025 | 08:11 WIB

Anak Usaha DOID Perpanjang Kontrak DOID di Tambang Blackwater, Nilainya Segini

Kontrak tersebut terkait tambang Blackwater. Perpanjangan kontrak yang diperoleh pada 21 Desember 2025 tersebut bernilai sekitar A$ 740 juta. 

Emiten Semen Bisa Pulih Secara Bertahap, Simak Rekomendasi Sahamnya
| Selasa, 23 Desember 2025 | 07:45 WIB

Emiten Semen Bisa Pulih Secara Bertahap, Simak Rekomendasi Sahamnya

Emiten sektor semen berpeluang memasuki fase pemulihan pada 2026 setelah melewati tahun yang menantang.

Tax Holiday Deras, Investasi IKN Terkuras
| Selasa, 23 Desember 2025 | 07:43 WIB

Tax Holiday Deras, Investasi IKN Terkuras

Tercatat 290 perusahaan memperoleh tax holiday, dengan 102 perusahaan telah beroperasi dan merealisasikan investasi sebesar Rp 480 triliun.

Produksi Nikel di 2026 Dibatasi, Saham NCKL, INCO, HRUM, hingga ANTM Makin Seksi
| Selasa, 23 Desember 2025 | 07:43 WIB

Produksi Nikel di 2026 Dibatasi, Saham NCKL, INCO, HRUM, hingga ANTM Makin Seksi

Kebijakan pemangkasan produksi nikel oleh Pemerintah RI diharapkan mendongkrak harga sehingga akan berefek positif ke emiten.

ASII Masih Melirik Peluang Bisnis di Sektor Kesehatan
| Selasa, 23 Desember 2025 | 07:42 WIB

ASII Masih Melirik Peluang Bisnis di Sektor Kesehatan

Hingga saat ini, total investasi Grup Astra di bidang jasa kesehatan telah mencapai sekitar Rp 8,6 triliun.

Likuiditas Melimpah, Riil Masih Lemah
| Selasa, 23 Desember 2025 | 07:39 WIB

Likuiditas Melimpah, Riil Masih Lemah

Kenaikan M2 lebih banyak ditopang oleh peningkatan uang kuasi, terutama simpanan berjangka dan tabungan di perbankan. ​

INDEKS BERITA

Terpopuler