Mencari Saham Likuid Agar Untung Lebih Maksimal

Rabu, 13 Maret 2019 | 07:27 WIB
Mencari Saham Likuid Agar Untung Lebih Maksimal
[]
Reporter: Krisantus de Rosari Binsasi | Editor: Yuwono triatmojo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Likuiditas saham bisa menjadi acuan bagi investor untuk menentukan saham pilihan. Investor bisa lebih mudah cetak untung bila saham likuid.

Dari sisi frekuensi tertinggi, beberapa saham menduduki puncak, seperti FREN, ANTM, SRIL, TLKM dan UNTR. Sepanjang tahun ini atau year to date (ytd), kecuali FREN, keempat saham lainnya masuk daftar lima besar saham dengan frekuensi transaksi tertinggi.

Dari sisi volume, saham RIMO, MABA, MYRX dan TRAM paling ramai diperdagangkan baik selama Februari lalu maupun di tahun ini. Sedangkan dari sisi nilai transaksi tertinggi, saham-saham bervaluasi besar menjadi pengisinya, seperti BBCA, BMRI, BBRI, ASII dan TLKM.

Analis Panin Sekuritas William Hartanto menjelaskan, indikator frekuensi, volume dan value menjadi penanda sebuah saham likuid atau tidak. Tapi menurut dia, yang paling penting adalah frekuensi dan volume.

Sementara value bisa tinggi atau rendah karena mengikuti harga saham juga. "Tapi, kalau suatu saham mengalami peningkatan frekuensi dan volume perdagangan bahkan di luar kebiasaan, maka itu tanda kalau pelaku pasar tertarik pada saham tersebut," ujarnya, Selasa (12/3).

Sisi positif berinvestasi di saham yang likuid adalah lebih mudah untuk membeli dalam jumlah besar. Permintaan dan penawaran lebih terlihat jelas pada saham tersebut.

Sisi negatifnya, karena banyak orang yang bisa memiliki dalam jumlah besar, maka banyak juga yang bisa menjual dalam jumlah besar. "Tentu mudah sekali untuk memberikan ruang bagi pemodal besar yang disebut bandar di saham-saham yang likuid," terang William.

Senior Analyst Research Division Anugerah Sekuritas Indonesia Bertoni Rio menambahkan, indikator frekuensi, volume maupun value sangat menarik untuk psikologi trading harian. "Tingginya frekuensi, volume dan value mendorong minat investor untuk mempertimbangkan dan mengikuti perdagangan saham tersebut," kata dia.

Semakin besar value akan mempengaruhi pola tren dan mempengaruhi bentuk pola teknikal sahamnya.

Bertoni menyebut, selain tiga indikator likuiditas tadi, investor juga tetap perlu memperhatikan fundamental masing-masing emiten. Misalnya indikator price earning ratio (PER) dan price to book value (PBV).

Dari saham-saham yang ada, William merekomendasikan BBCA, BBRI, TLKM dan ASII. Ia merekomendasikan beli BBCA dengan target harga jangka menengah Rp 30.000 per saham, sementara target harga BBRI di level Rp 4.000 per saham.

Untuk TLKM, William mematok target harga Rp 3.940–Rp 4.000 per saham. Sedang target harga ASII di kisaran Rp 7.300–Rp 7.500 per saham.

Berdasarkan pergerakan harian di awal pekan, Bertoni merekomendasikan ADRO, PGAS dan BUMI. Namun, dia meminta investor mempertimbangkan fundamental dan prospek tiga emiten tersebut.

Bagikan

Berita Terbaru

Rapor Setahun Permen ESDM PLTS Atap, Iklim Usaha Dinilai Jadi Lebih Pasti
| Senin, 23 Juni 2025 | 10:01 WIB

Rapor Setahun Permen ESDM PLTS Atap, Iklim Usaha Dinilai Jadi Lebih Pasti

Sejak 2018 jumlah pelanggan baru PLTS Atap meningkat 17 kali lipat, sementara kapasitas PLTS juga melejit 293 kali lipat.

Profit 31,61% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Masih Anteng (23 Juni 2025)
| Senin, 23 Juni 2025 | 08:51 WIB

Profit 31,61% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Masih Anteng (23 Juni 2025)

Harga emas Antam hari ini (23 Juni 2025) Rp 1.942.000 per gram. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 31,61% jika menjual hari ini.

Narasi Sejarah dan Absennya Dimensi Ekonomi Politik
| Senin, 23 Juni 2025 | 08:39 WIB

Narasi Sejarah dan Absennya Dimensi Ekonomi Politik

Lebih dari dua dekade pasca-Orde Baru, Indonesia belum berhasil merumuskan sejarah nasional yang jujur terhadap kegagalan sistemik masa lalu.

Garap Properti di Serpong, SMRA Gelar Aksi Korporasi Terafiliasi Triliunan Rupiah
| Senin, 23 Juni 2025 | 08:37 WIB

Garap Properti di Serpong, SMRA Gelar Aksi Korporasi Terafiliasi Triliunan Rupiah

Aksi korporasi SMRA berlangsung di tengah permintaan properti yang lemah dan kinerja keuangan yang kurang baik di tiga bulan pertama 2025.​

Jalan Terang Saat Suram
| Senin, 23 Juni 2025 | 08:29 WIB

Jalan Terang Saat Suram

Indonesia juga harus fokus dan serius menggarap ekonomi domestik sebagai backbone di tengah ketidakpastian ekonomi dunia yang tinggi.

Agresi AS Terhadap Iran Bikin Harga Emas dan Saham Terkait Berpotensi Terangkat Lagi
| Senin, 23 Juni 2025 | 08:06 WIB

Agresi AS Terhadap Iran Bikin Harga Emas dan Saham Terkait Berpotensi Terangkat Lagi

Koreksi harga emas yang berlangsung pekan lalu diprediksi hanya sesaat sebagai efek aksi profit taking.

Merger EXCL dan FREN Tidak Berdampak Signifikan Untuk MTEL, Kinerja Tetap Terjaga
| Senin, 23 Juni 2025 | 07:56 WIB

Merger EXCL dan FREN Tidak Berdampak Signifikan Untuk MTEL, Kinerja Tetap Terjaga

Sebagian besar layanan PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) digunakan oleh Telkomsel, perusahaan yang juga terafiliasi dengan TLKM.

Ada Tanda-Tanda Likuiditas Membaik
| Senin, 23 Juni 2025 | 06:30 WIB

Ada Tanda-Tanda Likuiditas Membaik

Memasuki bulan Juni, kondisi likuiditas perbankan tampaknya mulai membaik, ditandai dengan kenaikan kepemilikan bank di SBN

Rupiah Tertekan Sentimen Perang di Timur Tengah
| Senin, 23 Juni 2025 | 06:30 WIB

Rupiah Tertekan Sentimen Perang di Timur Tengah

Intervensi AS ke tengah konflik Iran-Israel berpotensi menambah tekanan atas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada pekan ini. 

Tensi Geopolitik Makin Panas, IHSG Rawan Tertekan
| Senin, 23 Juni 2025 | 06:30 WIB

Tensi Geopolitik Makin Panas, IHSG Rawan Tertekan

Sentimen utama IHSG masih berasal dari perkembangan geopolitik di Timur Tengah, terutama usai agresi militer Amerika Serikat (AS) ke Iran.

INDEKS BERITA

Terpopuler