Mendekati Pemilu, Yield Surat Utang Negara akan Bergerak Volatil

Selasa, 09 April 2019 | 07:31 WIB
Mendekati Pemilu, Yield Surat Utang Negara akan Bergerak Volatil
[]
Reporter: Dimas Andi | Editor: A.Herry Prasetyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meredanya sentimen negatif eksternal berpengaruh besar terhadap penurunan yield surat utang negara (SUN) akhir-akhir ini. Namun, yield SUN mulai rentan bergerak volatil seiring makin dekatnya pelaksanaan pemilihan umum.

Yield SUN seri acuan tenor 10 tahun, yakni FR078, sempat menyentuh level 7,545% pada Jumat (5/4) lalu. Ini merupakan level terendah sejak September 2018. Sayangnya, di awal pekan ini, yield FR078 kembali naik ke 7,607%.

Head of Fixed Income Fund Manager Prospera Asset Management Eric Sutedja mengatakan, penurunan yield SUN sangat dipengaruhi oleh negosiasi dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang terus menunjukkan titik terang. Saat ini, mayoritas poin perjanjian sudah disepakati oleh kedua belah pihak sehingga tensi perang dagang makin berkurang.

Selain itu, pasar obligasi domestik juga masih merasakan euforia atas sikap dovish The Federal Reserves sepanjang tahun ini. "Bahkan beberapa negara Asia sudah mulai berani menurunkan suku bunga acuan," kata dia, kemarin.

Contohnya, India. Pada Februari lalu, Reserve Bank of India (RBI) memangkas suku bunga acuan sebanyak 25 bps menjadi 6,25%.

Selain sentimen eksternal, ekonom Pemeringkat Efek Indonesia Fikri C. Permana menambahkan, stabilnya pergerakan rupiah terhadap dollar AS juga membantu penurunan yield SUN. Di samping itu, fundamental ekonomi Indonesia turut mendukung penurunan yield SUN.

Pelaku pasar merespons positif inflasi yang stabil. Selain itu, neraca dagang Indonesia berhasil surplus US$ 330 juta di Februari lalu. Cadangan periode Maret juga mencapai US$ 124,5 miliar, tertinggi dalam 11 bulan.

Kendati demikian, yield SUN masih berpeluang bergerak volatil dalam beberapa waktu ke depan. Menurut Fikri, pelemahan rupiah bisa menekan yield SUN.

Seperti yang terjadi di awal pekan ini ketika kurs rupiah di pasar spot melemah ke level Rp 14.167 per dollar AS, yield SUN juga bergerak naik ke level 7,607%. "Arah yield SUN masih sangat dipengaruhi rupiah, karena sekitar 37% investor di pasar obligasi Indonesia merupakan investor asing," ujar Fikri.

Sentimen eksternal juga masih berperan penting. Misal, kelanjutan masalah Brexit. Lebih lanjut, kelangsungan pemilu juga berpotensi membuat pergerakan yield SUN cenderung volatil dalam waktu dekat. "Kondisi pasar cenderung sepi karena transaksi berkurang selama masa pemilu," ungkap Eric.

Fikri menilai, kemungkinan besar pasar primer dan sekunder obligasi Indonesia akan sedikit sepi sampai dua minggu setelah pemilu berlangsung. Selama hal tersebut terjadi, volatilitas yield SUN akan sulit dihindari.

Walau volatil, potensi berkurangnya aktivitas transaksi ujung-ujungnya akan membuat rentang pergerakan yield SUN cenderung terbatas. "Untuk saat ini, rentang yield SUN 10 tahun paling realistis berada di level 7,5%–7,7%," terang Fikri.

Level ini dianggap masih cukup menarik bagi investor untuk masuk ke pasar obligasi Indonesia. Apalagi, fundamental ekonomi Indonesia masih terbilang stabil.

Bagikan

Berita Terbaru

PANI Menggaet Restu Rights Issue dan Akuisisi Saham CBDK
| Jumat, 10 Oktober 2025 | 08:54 WIB

PANI Menggaet Restu Rights Issue dan Akuisisi Saham CBDK

Ada peningkatan tambahan modal disetor PANI sebesar Rp 16,60 triliun, setelah dikurangi biaya emisi saham.

Ngebut, Penjualan Mobil ASII Meningkat 9,7% Pada September 2025
| Jumat, 10 Oktober 2025 | 08:48 WIB

Ngebut, Penjualan Mobil ASII Meningkat 9,7% Pada September 2025

Di tengah dinamika industri otomotif nasional, kinerja industri ini mencerminkan upaya bersama para pelaku 

Menjelang Akhir Pekan, Waspadai Profit Taking, Simak Proyeksi IHSG Hari Ini
| Jumat, 10 Oktober 2025 | 08:29 WIB

Menjelang Akhir Pekan, Waspadai Profit Taking, Simak Proyeksi IHSG Hari Ini

Terkait IHSG, investor perlu mewaspadai potensi pullback jangka pendek akibat profit taking pada akhir pekan

Tunda Pajak E-commerce Hingga Februari 2026
| Jumat, 10 Oktober 2025 | 08:28 WIB

Tunda Pajak E-commerce Hingga Februari 2026

Hingga saat ini, pemerintah masih belum menunjuk marketplace untuk memungut pajak penghasilan (PPh) Pasal 22 sebesar 0,5

Layanan E-Commerce Menjadi Penopang, Kinerja GOTO Berpotensi Membaik
| Jumat, 10 Oktober 2025 | 08:21 WIB

Layanan E-Commerce Menjadi Penopang, Kinerja GOTO Berpotensi Membaik

Jika dibandingkan saham Grab di pasar saham Amerika Serikat (AS), valuasi saham GOTO masih lebih menarik.

Keyakinan Konsumen Anjlok, Terendah Sejak Mei 2022, Prospek Emiten Konsumer Loyo
| Jumat, 10 Oktober 2025 | 08:15 WIB

Keyakinan Konsumen Anjlok, Terendah Sejak Mei 2022, Prospek Emiten Konsumer Loyo

Penurunan IKK mencerminkan sikap lebih berhati-hati dari konsumen terhadap prospek ekonomi Indonesia dalam jangka pendek.

Berkah Emiten Emas Saat Harga Si Kuning Terus-terusan Berkilau
| Jumat, 10 Oktober 2025 | 08:05 WIB

Berkah Emiten Emas Saat Harga Si Kuning Terus-terusan Berkilau

Peluang investasi di saham emiten emas masih terbuka. Terutama, jika harga saham bergerak sideways atau ada di level yang wajar. 

Penyaluran Kas Pemerintah oleh Himbara Capai 74%
| Jumat, 10 Oktober 2025 | 07:52 WIB

Penyaluran Kas Pemerintah oleh Himbara Capai 74%

Dengan bunga yang lebih murah, bank-bank Himbara diharapkan terdorong memanfaatkan dana tersebut secara produktif

Pelemahan Daya Beli Semakin Terlihat, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini, Jumat (10/10)
| Jumat, 10 Oktober 2025 | 07:50 WIB

Pelemahan Daya Beli Semakin Terlihat, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini, Jumat (10/10)

Penjualan ritel domestik Agustus 2025 sebesar 3,5% yoy, melemah dibandingkan bukan bulan sebelumnya yang tumbuh 4,7% yoy.

Ancam Sandera 200 Pengemplang Pajak
| Jumat, 10 Oktober 2025 | 07:36 WIB

Ancam Sandera 200 Pengemplang Pajak

Jika wajib pajak bandel tersebut tak kunjung membayar utang pajaknya, otoritas tak segan menempuh upaya hukum ekstrem

INDEKS BERITA

Terpopuler