KONTAN.CO.ID . Riset di berbagai negara menunjukkan, investasi saham menawarkan potensi imbal hasil yang terbaik jika dibandingkan investasi lain. Sebut saja deposito, obligasi, emas dan properti..
Namun investor saham juga menanggung risiko alias ketidakpastian imbal hasil yang tertinggi. Beberapa riset mengindikasikan adanya pengaruh ketidakpastian investasi saham terhadap kesehatan mental alias mental health seorang investor..
Ambil contoh, Laporan Global Investor Study 2022 dari Schroders mengungkapkan 72% investor saham dalam sampel survei percaya bahwa imbal hasil investasi memiliki dampak terhadap kesehatan mental mereka.
Studi tahunan ini menyurvei lebih dari 23.000 investor di 33 lokasi global, termasuk Indonesia. Para investor saham tersebut merasa terpaksa mengambil risiko lebih banyak dari yang mereka inginkan demi mengejar target imbal hasil investasi tinggi.
Sekitar 62% responden rupanya membuat keputusan investasi di bawah tekanan. Dan akhirnya mereka sesali. Semua faktor ini berpotensi memperburuk kesehatan mental mereka.
Studi dengan periode sampel 11 tahun di Taiwan menemukan bahwa ada korelasi antara volatilitas di pasar saham dengan gangguan mental alias mental disorder atau mental illness.
Baca Juga: Resep Jadi Kaya, Kenali 3 Tipe Investor dari Robert Kiyosaki
Yang dimaksud adalah kondisi kesehatan yang mempengaruhi perasaan, perilaku suasana hati atau kombinasi keduanya.
Contoh mental disorder adalah mental anxiety, yakni ganguan mental, para pengidapnya mengalami rasa cemas berlebihan. Kondisi ini bisa ringan (hanya sesekali) hingga kronis (jangka panjang).
Riset tersebut mengungkapkan bahwa penurunan indeks harga saham di Bursa Taiwan menyebabkan peningkatan pasien rumah sakit akibat gangguan mental. Rinciannya adalah sebanyak 5,32% untuk investor pria dan 3,81% untuk investor wanita.
Studi ini konsisten dengan survei yang dilakukan di Purdue University. Mereka menemukan bahwa kekhawatiran tentang masalah keuangan menjadi penyebab nomor satu stres. Tingkat kekhawatiran tersebut rupanya melebihi masalah politik, pekerjaan dan keluarga.
Stres adalah jenis ketegangan yang muncul akibat kegiatan kehidupan sehari-hari. Stres yang berkepanjangan berpotensi menimbulkan depresi. Ini adalah gangguan kesehatan mental yang mempengaruhi perasaan, cara berpikir dan cara bertindak seseorang.
Individu yang mengalami depresi cenderung merasa sedih yang mendalam dan kehilangan minat untuk melakukan aktivitas yang biasa mereka lakukan.
Depresi yang tidak segera ditangani dapat meningkatkan pemikiran-pemikiran bunuh diri pada penderitanya.
Kasus bunuh diri yang dipicu oleh depresi karena merugi besar dalam berinvestasi saham terdokumentasi di Indonesia.
Misalnya, diberitakan pada tahun 2021, seorang pria berinisial A (27) tewas setelah bunuh diri dengan meloncat dari salah satu apartemen di Setiabudi, Jakarta Selatan. Polisi menyebut, korban memiliki masalah ekonomi karena diduga merugi investasi saham.
Pada Februari 2022, seorang perempuan berinisial LA meninggal dunia setelah terjun dari Lantai 8, Tower Rafflesia Apartemen Kalibata City, Jakarta Selatan. Penyebabnya diduga karena depresi akibat kalah trading saham. Sebelumnya LA sempat berencana bunuh diri. Namun sempat digagalkan oleh petugas keamanan setempat.
Baca Juga: Saham Tidur dan Mati Suri Mendekam di Papan Khusus
Apa langkah preventif menghindari terkena ganguan atau penyakit mental akibat investasi saham? Salah satunya adalah dengan mengelola risiko berinvestasi dengan baik.
Beberapa caranya adalah sebagai berikut:
1. Buy what you know, know what you buy. Belilah saham di lingkaran kompetensi kita. Caranya dengan membaca laporan tahunan, laporan keuangan, materi public expose dan berita-berita emiten. Hindari membeli saham di sektor atau perusahaan yang tidak kita pahami dengan baik.
2. Beli saham berfundamental bagus. Yakni saham yang memiliki profit relatif besar dan tumbuh langgeng, pemilik atau manajemen berintegritas dan utangnya tidak berlebihan.
3. Beli saham di harga yg "bagus" alias beli mercy harga Kijang, agar MOS (margin of safety) besar
4. Diversifikasi di beberapa saham yang berbeda sektor
5. Hindari memakai utang untuk beli saham
6. Pegang teguh prinsip, jangan mudah ikut-ikutan
7. Disiplin dalam beli atau jual saham.
8. Jangan FOMO (Fear of Missing Opportunity) sehingga terjebak beli di harga pucuk.
9. Jangan grusa-grusu, hindari kebiasaan membeli dahulu, berpikir kemudian.
10. Kenali diri sendiri (profil risiko), berapa besar risiko yang berani diambil.
11. Hindari casino mentality, yakni menjadikan bursa saham seperti kasino.
12. Peliharalah "rasa takut" yg optimal. Karena ini bisa menghindarkan kita dari kenekadan yg berujung rugi besar.
Terakhir, berdoalah sebelum melakukan investasi saham, memohon berkat dari Tuhan. Manusia berusaha, tetapi Tuhan yang berkehendak.