KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah akan menggelontorkan paket stimulus ekonomi untuk menjaga daya beli masyarakat dan menggenjot konsumsi domestik. Stimulus ekonomi baru ini akan berjalan mulai Juni hingga Juli 2025. Beberapa stimulus yang akan diberikan pemerintah diantaranya diskon 50% tarif listrik bagi pelanggan dengan daya sampai 1.300 VA. Lalu, ada bantuan subsidi upah (BSU) Rp 150.000 per bulan selama dua bulan bagi pekerja dengan upah hingga Rp 3,5 juta dan juga untuk guru honorer.
Selain itu, ada program diskon tarif tol, diskon tiket pesawat terbang, kereta dan kapal laut, selama momen libur sekolah nanti. Pemerintah juga akan melanjutkan program bantuan pangan. Serta perpanjangan diskon iuran jaminan kecelakaan kerja untuk industri padat karya. Harapannya, serangkaian stimulus ekonomi itu bisa menambah daya gedor ekonomi di kuartal II 2025, terutama dari sisi konsumsi masyarakat.
Maklum, ekonomi Indonesia melemah di kuartal I 2025. Di periode itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 4,87%, terlemah dalam tiga tahun terakhir. Padahal di kuartal I 2025 lalu, ada momentum Ramadan dan Lebaran yang biasanya bisa menjadi pengungkit ekonomi.
Nyatanya, ekonomi Indonesia malah tumbuh melambat. Konsumsi rumah tangga melambat hanya tumbuh 4,89%, menandakan bahwa ada penurunan daya beli masyarakat.
Masuk akal, jika pemerintah kemudian mengeluarkan jurus stimulus untuk merangsang pergerakan ekonomi. Dengan bantuan subsidi upah, diskon tarif listrik, diskon jalan tol maupun diskon transportasi, harapannya akan ada tambahan uang untuk kegiatan konsumsi masyarakat. Konsumsi rumah tangga memang vital karena kontribusinya ke pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat dominan. Di kuartal I 2025 lalu, konsumsi rumah tangga menyumbang 54,53% pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Meski begitu, pertumbuhan konsumsi rumah tangga rentan dengan perubahan ekonomi, inflasi dan daya beli. Sehingga bantalan perlu disiapkan agar kontributor terbesar ekonomi ini tetap tumbuh. Nah, di sinilah pentingnya stimulus ekonomi diberikan. Bukan saja stimulus berupa bantuan tunai, bantuan pangan atau berupa insentif fiskal. Stimulus lain yang juga penting menjadi pendorong ekonomi adalah belanja atau konsumsi pemerintah.
Konsumsi dari gelontoran belanja pemerintah ini juga tak kalah memberi efek gulir besar ke perekonomian. Sayangnya, di kuartal I 2025 lalu, konsumsi pemerintah malah terkontraksi alias tumbuh minus 1,38%. Nah, sisi ini yang juga patut menjadi perhatian pemerintah.