KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kehidupan petani tembakau sangat akrab dengan istilah terbebani dan merugi. Beban telah dirasakan ketika modal untuk menanam tembakau diperoleh dengan berutang, beban dalam proses panen dan pasca panen yang memerlukan sumber daya manusia (SDM) dan peralatan yang tidak sedikit, serta alur tata niaga tembakau yang cukup panjang dan tidak adil bagi petani.
Keseluruhan persoalan tersebut sering kali mengakibatkan modal petani tidak kembali alias merugi. Sebagaimana studi Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia (PKJS-UI) tahun 2020 yang mengonfirmasi beberapa faktor penyebab petani tembakau di Indonesia masih belum sejahtera, diantaranya tata niaga tembakau yang sering merugikan petani, ketergantungan pada industri, gejolak harga, kekurangan modal, dan perubahan iklim.
Ini Artikel Spesial
Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan atau membeli artikel ini.
Sudah berlangganan? MasukBerlangganan
Hanya dengan 20rb/bulan Anda bisa mendapatkan berita serta analisis ekonomi bisnis dan investasi pilihan
Kontan Digital Premium Access
Business Insight, Epaper Harian + Tabloid, Arsip Epaper 30 Hari
Rp 120.000
Berlangganan dengan Google
Gratis uji coba 7 hari pertama. Anda dapat menggunakan akun Google sebagai metode pembayaran.