Berita Industri Digital

Menjadi Hybrid demi Perluas Pasar

Minggu, 25 September 2022 | 08:00 WIB
Menjadi Hybrid demi Perluas Pasar

Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Nina Dwiantika

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Masih ingatkah dengan kabar PHK yang melanda sejumlah startup sekitar pertengahan tahun ini? Salah satu yang ramai menjadi pembicaraan adalah startup edukasi, Zenius.

Mei 2022 lalu, Zenius mulai melakukan pengurangan karyawannya. Kemudian Agustus kemarin manajemen kembali melakukan hal serupa. Manajemen menyebut situasi ini sebagai wujud adaptasi terhadap  tekanan kondisi makroekonomi yang terjadi.

Rupanya di saat yang hampir bersamaan, Zenius menyiapkan strategi baru untuk mengembangkan konsep hybrid learning melalui jaringan bimbingan belajar New Primagama. Siswa bukan hanya bisa belajar secara tatap muka dengan tutor, kini mereka juga bisa mengakses pembelajaran online di mana pun dan kapan pun.

Sejak awal 2022, Primagama resmi bergabung dengan Zenius. Sekitar Maret, namanya berubah menjadi New Primagama Powered by Zenius. Dengan penggabungan ini, otomatis pengelolaan seluruh cabang Primagama yang tersebar di 21 kota  Indonesia pengelolaannya dilakukan  Zenius.

Sabda PS, Founder Zenius, bilang sebenarnya kajian untuk mencari mitra ini sudah dilakukan cukup lama. Tepatnya sejak 2016. Namun sejak pandemi  Covid-19, semakin menguatkan keinginan untuk mencari mitra ketika memasuki periode post pandemi.

Lantas kenapa memilih Primagama? Menurut dia, setidaknya ada 3 pertimbangan. Pertama cabangnya cukup banyak. Kedua model bisnisnya franchise jadi biaya operasinya bisa lebih ringan. Terakhir karena ada kecocokan pedagogi yaitu fokus pada penalaran dan penguasaan konsep, bukan pada hafalan dan cara cepat.

Konsep  Primagama sebagai bimbel offline bisa membantu mengembangkan konsep pembelajaran hybrid yang ideal. Pandemi mengajarkan bahwa pembelajaran online dan offline tidak bisa dipisah. Bagaimanapun anak-anak tetap butuh sosialisasi.

Sebenarnya konsep hibrida bukan hal baru bagi Zenius. Walaupun saat pandemi, pamornya cukup naik sebagai bimbel online, ternyata ketika mulai berdiri 18 tahun lalu, Zenius berawal dari bimbel offline. Baru pada tahun 2010, manajemen merilis  website www.zenius.net yang menawarkan proses belajar online menggunakan DVD.

Secara komposisi, kala itu porsi online jauh lebih besar dibanding offline. Sampai sekarang Zenius pun hanya memiliki 1-2 cabang. "Tahun 2019 kita mau coba franchise sendiri, cuma prosesnya lambat kalau sendiri," terangnya.

Ketika pandemi Covid-19, praktis bimbingan belajar hanya dilakukan online. Meski memasuki era endemi, porsi online berkurang, tetapi Sabda cukup yakin, saat ini yang diperlukan adalah menggabungkan pembelajaran tatap muka dan pembelajaran jarak jauh.

Pola hybrid yang diterapkan tidak sekadar memasarkan DVD belajar, tetapi lebih mengikuti perkembangan jaman dengan konsep yang disebut two teacher. Siswa dari berbagai cabang sekaligus bisa mendapatkan pembelajaran online dari tutor Zenius, saat yang bersamaan juga bisa memperdalam materi melalui bantuan tutor offline dari Primagama.

Metode ini akan dilaksanakan untuk beberapa mata pelajaran dasar seperti literasi, numerasi, sains dasar, dan tes potensi skolastik.

Pengintegrasian pola pembelajaran hybrid mulai dilakukan sejak Maret. Kini dari 282 cabang yang dimiliki, hampir 60% - 70% sudah mulai menerapkan konsep ini. Targetnya kalau bisa pada semester II 2022 prosesnya  rampung.

Meski begitu, Sabda bilang pembelajaran secara hibrida tidak serta merta dilakukan dalam porsi yang sama untuk semua tingkatannya. Yang paling mudah diaplikasikan adalah SMA dan SMP.

Kemudian untuk SD baru akan dimulai semester berikutnya. Sekarang Zenius sedang menyiapkan materi online dalam bentuk game seru yang cocok untuk anak SD.

Sementara dari sisi pengajarnya, akhir April lalu sudah sempat dilakukan pembekalan online untuk menyelaraskan kegiatan belajar mengajar di New Primagama. Sekitar 3.000 tutor Primagama mendapatkan pembekalan model two teacher yang akan diaplikasikan dalam konsep pembelajaran hybrid. Kualitas mereka disesuaikan dengan nilai-nilai Zenius.

Selain pelatihan mereka juga menjalani seleksi ulang. Kalau dianggap tidak cocok nanti akan dialihkan ke bagian lain. "Dalam konsep New Primagama ini selain mengajar, mereka juga bisa menjadi pendamping sekolah untuk program pendampingan sekolah menghadapi perubahan kurikulum,"  cetusnya.

Baca Juga: Bisnis Digital di Era Kapitalisme Informasional

Tumbuh agresif

Nah, murid Zenius yang sudah bergabung, tidak serta-merta masuk dalam New Primagama. Mereka harus mendaftar ulang terlebih dulu. Secara biaya New Primagama ini juga jauh lebih besar dari biaya pendampingan di Zenius. Kalau di Zenius biayanya berkisar Rp 600.000 sampai Rp 2 juta per bulan, adapun setelah bergabung New Primagama biayanya mulai Rp 6 juta per semester.

Walaupun proses integrasi masih belum sepenuhnya rampung,  beberapa perubahan yang dilakukan telah membuahkan hasil. Jumlah murid di Primagama telah meningkat sekitar 3,2 kali lipat dibandingkan dengan tahun lalu.

Dengan konsep hybrid ini, kuota murid yang bisa diterima menjadi lebih banyak dari sebelumnya. Sistem penjadwalannya lebih fleksibel. Tidak seperti dulu, bimbel hanya aktif sepulang sekolah sampai malam hari.

Menurut Sabda konsep hybrid merupakan win-win solution bagi semuanya. Bagi Zenius, dengan metode hybrid manajemen bisa memperluas akses ke seluruh Indonesia tanpa harus mengeluarkan biaya ekspansi yang besar.

Sementara bagi pemilik franchise, biaya operasionalnya bisa menjadi lebih ringan dan siswanya bisa bertambah lebih banyak lagi. Mereka juga bisa mengantongi pendapatan lain di luar bimbingan belajar melalui program pendampingan sekolah yang dimiliki Zenius.

Program pendampingan sekolah ini merupakan pengembangan dari program pendampingan guru yang selama dimiliki Zenius. Bedanya ini subjeknya adalah sekolah. Jadi, sekolah-sekolah yang kesulitan beradaptasi dengan perubahan kurikulum  baru yang diterapkan Kemdikbud bisa mendapatkan pendampingan.

"Kami mengajari guru untuk mengajar hybrid dan mereka juga bisa pakai bank soal Zenius untuk ujian online," bebernya.

Kalau menggunakan cara tradisional biasanya satu cabang Primagama hanya bisa mendampingi 1-2 sekolah saja dengan teknologi Zenius, satu cabang New Primagama bisa mendampingi lebih dari 15 sekolah sekaligus.

Sabda mengklaim sejauh ini konsep New Primagama cukup mendapatkan respons positif dari pemilik franchise. Kini mereka tidak direpotkan lagi dalam mencari guru berkualitas. Konsep kelas live yang diterapkan membuat kebutuhan kualitas pengajar utamanya tidak sebanyak sebelumnya. "Untuk 300 cabang cukup 20 pengajar saja. Mereka bisa online ke seluruh cabang dan nantinya dibantu sama tentor offline," terangnya.

Melalui New Primagama ini, Zenius menargetkan bisa punya 1 outlet di setiap kota kabupaten di seluruh Indonesia pada 2024 nanti. Manajemen cukup optimis bisa tumbuh agresif dengan konsep ini.

Baca Juga: Arah Bisnis Digital

Terbaru