Mentok Auto Rejection, Harga Saham Krakatau Steel (KRAS) Masih Berpotensi Naik
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini (6/8) saham PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) mentok di batas atas auto rejection.
KRAS berhasil memuncaki top gainers setelah harga sahamnya naik 25% ke Rp 270 per saham.
Sejauh penelusuran KONTAN, ini kenaikan harga saham harian tertinggi sepanjang sejarah KRAS, sejak perusahaan pelat merah itu melantai di BEI pada 10 November 2010.
Tren kenaikan harga saham KRAS sejatinya sudah dimulai sejak akhir Maret 2020.
Pada 24 Maret 2020 harga saham KRAS berada di titik terendah sepanjang sejarah di Rp 124 per saham.
Namun, sejak saat itu harga sahamnya langsung bergerak naik. Jika dihitung dari level harga terendah tadi hingga penutupan pasar hari ini, saham KRAS sudah mencetak kenaikan 117,74%.
Baca Juga: Perkuat sinergi, Krakatau Tirta Industri akuisisi Krakatau Perbengkelan dan Perawatan
Meski sudah naik sedemikian banyak, saham KRAS rupanya masih punya tenaga untuk menanjak.
Sukarno Alatas, Analis OSO Sekuritas Indonesia menyebut, dari sisi teknikal KRAS masih dalam tren kenaikan harga.
Indikator stochastic dan MACD line bergerak bullish yang disertai kenaikan di sisi volume.
"Harga berpotensi melanjutkan penguatan dengan target resistance di 294," kata Sukarno.
Jika batas atas ini berhasil ditembus, secara teknikal KRAS bakal menguji resistance 314.
Waspada koreksi
Meski demikian, karena kenaikan harganya sudah signifikan, potensi profit taking membayangi perjalanan saham KRAS ke depan.
Namun, sepanjang masih di atas batas support 250-262, koreksi masih bisa dibilang wajar.
Kenaikan harga saham KRAS tidak lepas dari perbaikan fundamental perusahaan baja tersebut.
Kesuksesan restrukturisasi utang Krakatau Steel membuat emiten tersebut akhirnya berhasil membubuhkan laba.
Pada kuartal I-2020 KRAS berhasil meraup laba bersih sebesar US$ 74,1 juta.
Baca Juga: Terpukul akibat corona, begini keluh kesah pelaku industri baja
Rapor biru ini seiring penurunan beban pokok pendapatan sebesar 39,8% dan penurunan biaya administrasi dan umum sebesar 41,5%.
Sebagai catatan, selama delapan tahun terakhir KRAS selalu mencatatkan kerugian.
Tren positif ini bisa saja berlanjut jika perusahaan kembali mampu melakukan efisiensi.
"Tekanan datang dari masuknya pemain dari luar sehingga permintaan baja KRAS kurang maksimal. Harga baja jadi turun ketika stok meningkat akibat impor," ujar Sukarno.