Menurut CEO Rosneft, BP Masih Memegang Saham di Perusahaannya dan Proyek Migas

Sabtu, 18 Juni 2022 | 18:01 WIB
Menurut CEO Rosneft, BP Masih Memegang Saham di Perusahaannya dan Proyek Migas
[ILUSTRASI. Logo BP di stasiun charging mobil listrik di London, Inggris, 30 Januari 2021. REUTERS/Toby Melville]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - Igor Sechin, pimpinan Rosneft, pada Sabtu mengatakan bahwa BP masih tetap menjadi pemegang saham swasta terbesar. Kendati, BP telah menyatakan akan hengkang dari perusahaan minyak asal Rusia itu pada Februari, merespon invasi  Moskow ke Ukraina.

Banyak perusahaan Barat, termasuk perusahaan minyak, telah meninggalkan Rusia sejak Moskow mengirim angkatan bersenjatanya ke Ukraina pada 24 Februari.

Berbicara di Forum Ekonomi Internasional St Petersburg, Sechin yang merupakan karib Presiden Vladimir Putin, mengatakan BP juga masih memiliki saham dalam proyek Rosneft skala besar termasuk Taas Yuriakh, Kharampurneftegaz dan Yermak Neftegaz.

"Semua tindakan ini menunjukkan keinginan untuk tetap menjadi peserta aktif di perusahaan Rosneft dan menunggu situasi geopolitik yang tidak menguntungkan tanpa kerugian nyata," kata Sechin.

Baca Juga: Pabrik Petrokimia Milik Sinopec di Shanghai Terbakar, Satu Orang Tewas

BP tidak dapat segera dihubungi untuk memberikan komentar pada hari Sabtu.

"Pengumuman penarikan tidak terduga untuk Rosneft dan tidak berdasar dari sudut pandang kemitraan 30 tahun yang sukses dari perusahaan kami," kata Sechin.

Dia juga mengatakan bahwa BP telah menerima US$ 36 miliar dari bisnisnya di Rusia sejak tahun 2003, dengan investasi sebesar US$ 10 miliar.

BP pada 27 Februari mengumumkan akan melepas 19,75% sahamnya di Rosneft mengakhiri tiga dekade kemitraan di antara kedua perusahaan. Tanpa penjelasan tentang rencana divestasinya, BP menyatakan akan menanggung beban finansiail hingga US$ 25 miliar.

Pada saat itu, Rosneft menyumbang sekitar setengah dari cadangan minyak dan gas BP dan sepertiga dari produksinya.

BP menerima pendapatan dari Rosneft dalam bentuk dividen dengan total sekitar $640 juta pada tahun 2021, sekitar 3% dari keseluruhan arus kas dari operasi.

Sechin mengatakan dividen BP akan ditransfer ke rekening khusus, tanpa menjelaskan lebih lanjut. Rusia telah memberlakukan kontrol modal dan membatasi transfer mata uang asing lintas batas untuk mengatasi sanksi terkait Ukraina.

Rosneft berjanji untuk membayar dividen rekor 41,66 rubel ($0,7715) per saham pada hasil 2021, atau 50% dari laba bersihnya. Baca cerita selengkapnya

Berbicara di forum tersebut, Sechin juga mengkritik Barat atas kebijakan sanksinya, dengan mengatakan bahwa membuang minyak dan gas Rusia akan menjadi "bunuh diri energi" bagi Eropa, yang mencerminkan komentar Putin sebelumnya. 

Baca Juga: Ada yang Menawar US$ 13,1 Juta Lebih untuk Makan Siang Bersama Warren Buffet

Dia mengatakan sanksi telah secara efektif membayar upaya untuk merekayasa transisi ke energi hijau.

Sechin mengatakan dunia menghadapi defisit minyak jangka panjang karena kurangnya investasi, dan membutuhkan investasi tambahan sebesar US$ 400 miliar pada tahun 2030 untuk mengatasi kekurangan tersebut.

Namun, dia mengatakan tingkat investasi tidak mungkin tercapai dan kekurangan bisa bertahan lama. 

Dengan keluar dari seluruh bisnisnya di Rusia, BP menanggung kerugian hingga US$ 25 miliar.

Bagikan

Berita Terbaru

Transaksi Pembayaran Lewat QRIS Semakin Semarak
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 10:11 WIB

Transaksi Pembayaran Lewat QRIS Semakin Semarak

BI menargetkan volume transaksi QRIS tahun 2025 mencapai 15,37 miliar atau melonjak 146,4% secara tahunan dengan nilai Rp 1.486,8 triliun 

CIMB Niaga Syariah Jajaki Konsolidasi dengan BUS
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 10:07 WIB

CIMB Niaga Syariah Jajaki Konsolidasi dengan BUS

Bank CIMB Niaga berpotensi memiliki bank syariah beraset jumbo. Pasalnya, bank melakukan penjajakan untuk konsolidasi dengan bank syariah​

Ekonomi Tak Pasti, Kolektor Barang Mewah Berhati-hati
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 08:00 WIB

Ekonomi Tak Pasti, Kolektor Barang Mewah Berhati-hati

Kondisi ekonomi global yang tak pasti serta suku bunga tinggi menekan industri barang mewah di tahun 2025

Berhentilah Menebang Masa Depan
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 07:10 WIB

Berhentilah Menebang Masa Depan

Bencana  banjir dan longsor di tiga provinsi Sumatra jadi momentum reformasi kebijakan perizinan dan tata ruang Indonesia.​

Jangan Jadi Tradisi
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 07:00 WIB

Jangan Jadi Tradisi

Lonjakan harga-harga komoditas pangan menjelang Nataru ataupun saat puasa dan Lebaran harus disikapi serius pemerintah lewat kebijakan.

Bos Martina Berto (MBTO) Memilih Investasi Berhorizon Menengah hingga Panjang
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 06:55 WIB

Bos Martina Berto (MBTO) Memilih Investasi Berhorizon Menengah hingga Panjang

Direktur Utama PT Martina Berto Tbk (MBTO), Bryan David Emil, memilih aset berjangka menengah panjang dalam portofolio investasinya.

Multifinance Kejar Pembiayaan Mobil
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 06:50 WIB

Multifinance Kejar Pembiayaan Mobil

Pemangkasan target penjualan mobil baru oleh Gaikindo menjadi 780.000 unit menegaskan tekanan pada industri otomotif belum mereda.

Daya Beli Pulih, Kredit Masih Tertahan
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 06:48 WIB

Daya Beli Pulih, Kredit Masih Tertahan

Pemulihan daya beli masyarakat mulai terlihat di Oktober 2025, namun belum merata. Kredit rumahtangga jadi penopang utama pertumbuhan kredit OJK.

Rupiah Pekan Ini Terangkat Pelemahan Dolar
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 06:30 WIB

Rupiah Pekan Ini Terangkat Pelemahan Dolar

Mengutip Bloomberg, rupiah di pasar spot menguat 0,18% secara harian ke Rp 16.646 per dolar AS pada Jumat (12/12).

Sinergi Multi (SMLE) Bersiap Mengekspor Minyak Nilam
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 05:20 WIB

Sinergi Multi (SMLE) Bersiap Mengekspor Minyak Nilam

SMLE memperkuat bisnis nilam sebagai salah satu komoditas strategis di Indonesia dengan fokus pada kategori wewangian (fragrance & flavors).

INDEKS BERITA

Terpopuler