Berita Opini

Menyambut Pemulihan

Oleh Wawan Hendrayana - Head of Investment Research Infovesta Utama
Senin, 18 April 2022 | 06:40 WIB
Menyambut Pemulihan

Reporter: Harian Kontan | Editor: Harris Hadinata

KONTAN.CO.ID - Secara umum siklus makro ekonomi terdiri dari empat tahapan, yaitu pemulihan, ekspansi, perlambatan dan resesi. Tiap tahapan memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap kinerja instrumen investasi.

Untuk menyusun portofolio investasi sesuai siklus ekonomi, bisa menggunakan investment clock. Gambar investment clock bisa dengan mudah Anda temukan melalui mesin pencari di internet.

Biasanya, saat resesi, strategi pemerintah untuk mempercepat berlalunya resesi adalah menstimulus perekonomian melalui pembangunan infrastruktur. Karena itu, sektor infrastruktur jadi salah satu sektor pilihan saat resesi. Saat pandemi lalu, terbukti infrastruktur telekomunikasi sangat dibutuhkan.

Tahapan ekspansi ditandai dengan inflasi yang makin tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang meningkat. Tahun 2006-2007 adalah contoh tahap ekspansi, di mana tingginya harga minyak dunia berimbas pada kenaikan harga-harga komoditas.

Instrumen investasi yang cocok pada tahapan ini adalah saham dan komoditas. Sektor yang diuntungkan secara langsung adalah sektor perkebunan dan pertambangan (lebih diutamakan), aneka industri dan properti.

Hal serupa bisa kembali terjadi di 2022-2023, mengingat pemulihan ekonomi dunia akan membuat permintaan energi terus tinggi. Meski memang di kuartal pertama tahun ini properti belum banyak bergerak.

Ekspansi umumnya akan diikuti dengan tahap perlambatan yang ditandai dengan inflasi dan suku bunga masih tinggi, tapi pertumbuhan ekonomi melambat. Tingginya suku bunga akan menyebabkan penurunan permintaan dan akhirnya menyebabkan perlambatan ekonomi.

Instrumen investasi yang tepat adalah instrumen pasar uang, seperti deposito dan reksadana pasar uang. Sedangkan sektor yang berpotensi diuntungkan adalah sektor barang konsumsi.

Ketidakpastian yang masih ada saat ini bisa memicu tahapan resesi, akan ditandai turunnya inflasi akibat penurunan permintaan, yang memicu penurunan suku bunga dan perlambatan ekonomi, atau bahkan negatif.

Instrumen investasi yang cocok untuk dikoleksi adalah obligasi, terutama pemerintah. Obligasi korporasi juga menarik dari sisi imbal hasil, namun risiko kredit meningkat. Di saham, sektor infrastruktur dan konsumsi bisa dipertimbangkan.

Kita tentu berharap tahun ini Indonesia sudah berada di tahap pemulihan dan bisa masuk ke tahap ekpansi, ditandai dengan tingkat inflasi yang mulai naik. Ekonomi mulai menunjukkan tren pertumbuhan yang positif.

Untuk tahu apakah ekspansi sudah terjadi atau tidak, salah satu indikatornya yaitu penyaluran kredit perbankan yang meningkat dan non performing loan (NPL) terjaga. Pada tahapan ini, instrumen inti akan kembali berpindah dari obligasi menjadi saham.

Sektor-sektor yang menjadi favorit adalah komoditas, keuangan dan aneka industri seperti otomotif.Jadi, kondisi ekonomi yang terjadi saat ini, di mana inflasi mulai naik dan suku bunga juga naik, ditambah pertumbuhan ekonomi positif, dapat dikategorikan sebagai tahap pemulihan menuju ekspansi.

Saham masih jadi pilihan utama. Obligasi memang akan cenderung tertekan kenaikan suku bunga, tapi bisa jadi pilihan tempo menengah panjang, mengingat yield cukup menarik bila di atas 7%.

Alokasi yang disarankan saat ini bagi investor jangka menengah tetap menitikberatkan strategi diversifikasi pada obligasi hingga 40%, lalu 40% saham untuk memanfaatkan tren bullish dan diversifikasi 20% pada pasar uang, sebagai penjaga likuiditas.

Pembahasan kali ini lebih mengarah ke alokasi portofolio secara umum di berbagai tahapan siklus ekonomi. Sebelum mengambil keputusan investasi, investor harus selalu menjadikan makro ekonomi sebagai salah satu pertimbangan utama.n

Terbaru
IHSG
7.087,32
1.11%
-79,50
LQ45
920,31
1.62%
-15,20
USD/IDR
16.177
-0,39
EMAS
1.347.000
0,15%
Terpopuler