Menyambut RCEP

Rabu, 22 Desember 2021 | 09:00 WIB
Menyambut RCEP
[]
Reporter: Harian Kontan | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Awal Januari 2022 nanti, sebuah pakta perdagangan bebas terbesar di dunia yakni Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) akan mulai berlaku. Indonesia termasuk salah satu negara yang terlibat di dalamnya.

RCEP melibatkan 10 negara anggota ASEAN yakni Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam. Ditambah, lima negara non-ASEAN: Australia, China, Korea Selatan, Jepang dan Selandia Baru.

RCEP sebetulnya sudah diteken 15 November tahun lalu setelah melalui perundingan panjang selama tujuh tahun. Cuma, karena masing-masing negara butuh meratifikasi perjanjian dagang ini, RCEP baru akan diberlakukan 1 Januari 2022.

Indonesia sendiri sampai saat ini masih proses ratifikasi RCEP di DPR dan belum jelas kapan akan selesai. Cuma, ini tak akan membuat pelaksanaan RCEP jadi mundur. Sesuai ketentuan, RCEP bisa berlaku dengan setidaknya ratifikasi   dari enam negara ASEAN dan tiga dari lima negara non-ASEAN.

Nah, berdasarkan data Sekretariat ASEAN, per 7 Desember telah menerima ratifikasi RCEP dari 11 negara yaitu Brunei, Kamboja, Laos, Singapura, Thailand, Vietnam, Australia, China, Korea Selatan, Jepang dan Selandia Baru.

Jadi di atas kertas, perjanjian perdagangan RCEP bisa berlaku mulai awal tahun depan.

Setelah berlaku, pakta perdagangan RCEP ini akan menghilangkan tarif sebanyak 90% barang yang diperdagangkan diantara negara yang ikut perjanjian ini, selama kurun waktu 20 tahun ke depan.

Di saat beberapa negara di dunia seperti Amerika Serikat (AS) menggaungkan lagi proteksi perdagangan, RCEP menghadirkan peluang besar bagi negara-negara yang terlibat dalam perjanjian dagang ini. Termasuk bagi Indonesia.

Maklum saja, akses pasar di kawasan RCEP mencapai 30% dari nilai perdagangan dunia dan juga mencakup 30% dari populasi dunia.

Ini juga bakal membuka akses pasar ekspor bagi produk-produk Indonesia. Termasuk membuka peluang kerjasama ekonomi yang lebih luas seperti investasi.

Namun, penting juga jadi catatan adalah kesiapan industri kita menghadapi ini. Penguatan industri manufaktur menjadi pekerjaan rumah nan penting agar kita bisa memaksimalkan keuntungan RCEP ini.

Jangan sampai industri domestik kita babak belur, karena pasar Indonesia yang besar kelak justru dimanfaatkan negara lain untuk pasar.  

Bagikan

Berita Terbaru

Saham FAST Diprediksi Masih Bisa Melaju, Sisi Fundamental dan Ekspansi Jadi Sorotan
| Rabu, 10 Desember 2025 | 11:00 WIB

Saham FAST Diprediksi Masih Bisa Melaju, Sisi Fundamental dan Ekspansi Jadi Sorotan

Selain inisiatif ekspansinya, FAST akan diuntungkan oleh industri jasa makanan Indonesia yang berkembang pesat.

Jejak Backdoor Listing Industri Nikel dan Kendaraan Listrik China di Indonesia
| Rabu, 10 Desember 2025 | 10:00 WIB

Jejak Backdoor Listing Industri Nikel dan Kendaraan Listrik China di Indonesia

Setelah pergantian kepemilikan, gerak LABA dalam menggarap bisnis baterai cukup lincah di sepanjang 2024.

Saham FAST Diprediksi Masih bisa Melaju, Sisi Fundamental dan Ekspansi Jadi Sorotan
| Rabu, 10 Desember 2025 | 08:30 WIB

Saham FAST Diprediksi Masih bisa Melaju, Sisi Fundamental dan Ekspansi Jadi Sorotan

Industri jasa makanan Indonesia diproyeksikan akan mencatat pertumbuhan hingga 13% (CAGR 2025–2030). 

Ancaman Penurunan Laba Bersih hingga 27%, Investor Diimbau Waspadai Saham Batubara
| Rabu, 10 Desember 2025 | 08:05 WIB

Ancaman Penurunan Laba Bersih hingga 27%, Investor Diimbau Waspadai Saham Batubara

Regulasi DHE 2026 mengurangi konversi valuta asing menjadi rupiah dari 100% ke 50%, membatasi likuiditas perusahaan batubara.

Proyek IKN Jadi Pedang Bermata Dua untuk Emiten BUMN Karya
| Rabu, 10 Desember 2025 | 07:51 WIB

Proyek IKN Jadi Pedang Bermata Dua untuk Emiten BUMN Karya

Kebutuhan modal kerja untuk mengerjakan proyek IKN justru bisa menambah tekanan arus kas dan memperburuk leverage.

Bangun Tiga Gerai Baru, DEPO Incar Pendapatan Rp 3 Triliun
| Rabu, 10 Desember 2025 | 07:49 WIB

Bangun Tiga Gerai Baru, DEPO Incar Pendapatan Rp 3 Triliun

Emiten bahan bangunan milik konglomerat Hermanto Tanoko itu berencana menambah tiga gerai baru tahun depan.

Cuaca Ekstrem dan Momentum Nataru Diklaim Jadi Pendorong Pemulihan Harga CPO
| Rabu, 10 Desember 2025 | 07:35 WIB

Cuaca Ekstrem dan Momentum Nataru Diklaim Jadi Pendorong Pemulihan Harga CPO

Emiten yang memiliki basis kebun kelapa sawit di Kalimantan diprediksi relatif lebih aman dari gangguan cuaca.

Mandiri Sekuritas Tangani 5 IPO Skala Jumbo Alias Lighthouse Company, Ini Bocorannya
| Rabu, 10 Desember 2025 | 07:34 WIB

Mandiri Sekuritas Tangani 5 IPO Skala Jumbo Alias Lighthouse Company, Ini Bocorannya

Minat korporasi melantai ke bursa terus meningkat dan akan terlihat di tahun 2026. ada empat sampai lima perusahaan yang sedang kami perhatikan. 

Tahun Ini Jeblok, Laba Bersih Emiten Diramal Akan Pulih Tahun Depan
| Rabu, 10 Desember 2025 | 06:57 WIB

Tahun Ini Jeblok, Laba Bersih Emiten Diramal Akan Pulih Tahun Depan

Mandiri Sekuritas memproyeksikan laba bersih emiten dalam cakupannya bisa tumbuh 14,2% dengan pertumbuhan pendapatan sebesar 7,8%.

Demutualisasi Bursa Dikebut, Targetnya Rampung Pada Semester I-2026
| Rabu, 10 Desember 2025 | 06:54 WIB

Demutualisasi Bursa Dikebut, Targetnya Rampung Pada Semester I-2026

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menargetkan proses demutualisasi Bursa Efek Indonesia (BEI) segera rampung pada semester I-2026 mendatang.

INDEKS BERITA

Terpopuler