Meski Diblokir Negara Maju, Huawei Melenggang Masuk Pasar Asia Tenggara

Jumat, 08 Februari 2019 | 13:58 WIB
Meski Diblokir Negara Maju, Huawei Melenggang Masuk Pasar Asia Tenggara
[]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Dian Pertiwi

KONTAN.CO.ID - BANGKOK. Meski diblokir di sejumlah negara maju, bisnis Huawei berjalan lancar di kawasan Asia. Hari ini (8/2), Thailand meluncurkan uji coba jaringan 5G menggunakan produk Huawei Technologies.

Sejatinya Thailand merupakan sekutu teruta Amerika Serikat (AS) di Asia, namun hal itu tak menghalangi langkah Huawei masuk ke negara ini. Uji coba jaringan 5G ini merupakan yang pertama bagi Huawei di Asia Tenggara.

Pichet Durongkaveroj, Menteri Ekonomi Digital Thailand menyebut kerjasama dalam uji coba ini bukan berarti Thailand tak peduli dengan masalah keamanan.

“Kami terus mencermati semua tuduhan di seluruh dunia. Namun proyek uji coba 5G ini adalah periode pengujian bagi negara ini. Kami dapat melakukan pengamatan yang akan berguna untuk mengkonfirmasi atau menghapuskan tuduhan tersebut,” kata Pichet, seperti dikutip Reuters, Jumat (8/2).

Lokasi uji coba bernilai US$ 45 miliar itu berlokasi di kawasan Chonburi, sekitar 90 kilometer (km) dari Bangkok Tenggara. Vendor lain seperti Nokia, Ericsson dan operator telekomunikasi Thailand juga telah menyiapkan laboratorium 5G di lokasi tersebut.

Huawei mengaku telah mendapatkan lebih dari 30 kontrak 5G komersial secara global. Hampir setengah dari pendapatannya berasal dari luar China.

Walaupun sudah menjalani proses uji coba, Huawei belum menandatangani kontrak 5G di Thailand. Saat ini, Huawei sedang dalam pembicaraan dengan operator telekomunikasi seperti Advanced Info Service Pcl dan TRUE untuk mengamankan kemitraan lokal. Rencananya, pemerintah Thailand bakal meluncurkan jaringan 5G secara resmi pada Desember 2020 mendatang.

Pichet mengaku tak tahu menahu terkait apakah AS telah mengatakan kepada pemerintah Thailand untuk melarang Huawei.

Yang terang, juru bicara kedubes AS di Bangkok mengatakan AS mengadvokasi jaringan telekomunikasi aman dan rantai pasokan yang bebas dari pemasok yang berada dalam kendali pemerintah asing atau pengaruh yang tidak semestinya dan dapat menimbulkan risiko akses yang tidak sah serta aktivitas siber berbahaya.

“Kami secara rutin mendesak sekutu dan mitra untuk mempertimbangkan risiko seperti itu dan melakukan kewaspadaan serupa dalam memastikan keamanan jaringan telekomunikasi dan rantai pasokan mereka sendiri, termasuk ketika memberikan kontrak,” kata juru bicara itu kepada Reuters.

Hubungan antara AS dan Thailand mendingin sejak militer Thailand mengambil alih kekuasaan dalam kudeta 2014. Di sisi lain, hubungan antara Bangkok dan Beijing justru menghangat dalam beberapa tahun terakhir sebagai bukti dari peningkatan dalam perdagangan pertahanan dan investasi China di kawasan Asia Tenggara.

 

Bisnis masih jalan

Sebelumnya, Huawei telah mendirikan pusat data berbasis komputasi awan (cloud) senilai US$ 22,5 juta di Eastern Economic Corridor (EEC) Thailand.

EEC merupakan komponen kunci dari kebijakan ekonomi Thaliand 4.0. pemerintah Thailand telah mengalokasikan sebesar US$ 43 miliar untuk mengembangkan kawasan EEC dalam lima tahun ke depan.

Alibaba, Tencent, Kingsoft dan JD.com juga telah berjanji untuk berinvestasi dalam kawasan tersebut. Tak seperti di negara lainnya yang mengawasi ketat investasi China di tengah perang dagangnya dengan AS, Thailand justru terbuka dan membentangkan karpet merah bagi negeri tirai bambu itu.

Bagi Thailand, kekhawatiran keamanan menjadi pertimbangan nomor dua setelah harga yang kompetitif. Memang, Huawei menawarkan harga lebih komeptitif disbanding perusahaan telekomunikasi AS.

“Kami tidak memikirkannya, karena produk mereka layak dan terjangkau,” kata Pranotha Titavunno, Ketua Asosiasi Industri Teknologi Informasi Federasi Industri Thailand, seperti dikutip Reuters, Jumat (8/2).

Dia menambahkan, kekhawatiran soal keamanan selalu ada, namun Thailand tak punya rahasia yang mungkin menarik bagi pemerintah China.

 

 

Bagikan

Berita Terbaru

BABY Targetkan Pertumbuhan Dua Digit, Begini Strategi Ekspansinya Tahun Depan
| Selasa, 09 Desember 2025 | 09:20 WIB

BABY Targetkan Pertumbuhan Dua Digit, Begini Strategi Ekspansinya Tahun Depan

PT Multitrend Indo Tbk (BABY) ikut memanfaatkan tren shoppertainment di TikTok Shop dan berhasil mengerek penjualan lewat kanal ini.

Potensi Pasar Menggiurkan, Robinhood Akuisisi Buana Capital dan Pedagang Aset Kripto
| Selasa, 09 Desember 2025 | 09:03 WIB

Potensi Pasar Menggiurkan, Robinhood Akuisisi Buana Capital dan Pedagang Aset Kripto

Reputasi global tidak serta-merta menjadi jaminan keamanan dana nasabah yang anti-bobol, mengingat celah oknum internal selalu ada.

Beda Nasib Hingga Prospek Anggota MIND ID di 2026: INCO dan PTBA (Bag 2 Selesai)
| Selasa, 09 Desember 2025 | 08:29 WIB

Beda Nasib Hingga Prospek Anggota MIND ID di 2026: INCO dan PTBA (Bag 2 Selesai)

Faktor kebijakan pemerintah ikut memengaruhi kinerja dan prospek PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA).

Mengintip Strategi Bisnis RAAM, Tambah 3-5 Bioskop per Tahun & Genjot Pendapatan F&B
| Selasa, 09 Desember 2025 | 07:54 WIB

Mengintip Strategi Bisnis RAAM, Tambah 3-5 Bioskop per Tahun & Genjot Pendapatan F&B

Penurunan penjualan PT Tripar Multivision Plus Tbk (RAAM) diimbangi oleh menyusutnya rugi bersih hingga 82%.

Akuisisi Korporasi Selalu Mengandung Ketidakpastian, Madu Atau Racun?
| Selasa, 09 Desember 2025 | 07:36 WIB

Akuisisi Korporasi Selalu Mengandung Ketidakpastian, Madu Atau Racun?

Akuisisi korporasi adalah keputusan investasi sangat strategis. Akuisisi  menjadi alat sebuah perusahaan untuk bertumbuh lebih cepat. ​

Dian Swastatika Sentosa (DSSA) Lunasi Obligasi dan Sukuk yang Jatuh Tempo
| Selasa, 09 Desember 2025 | 07:19 WIB

Dian Swastatika Sentosa (DSSA) Lunasi Obligasi dan Sukuk yang Jatuh Tempo

Jumlah obligasi yang jatuh tempo pada 6 Desember 2025 terdiri dari pokok sebesar Rp 199,17 miliar dan bunga keempat sebesar Rp 3,596 miliar.

Kantongi Dana Segar dari IPO, RLCO Bidik Laba Rp 40 Miliar
| Selasa, 09 Desember 2025 | 07:10 WIB

Kantongi Dana Segar dari IPO, RLCO Bidik Laba Rp 40 Miliar

PT Abadi Lestari Indonesia Tbk (RLCO) mencatatkan saham perdananya di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (8/12).​

Investor Asing Masih Hati-Hati
| Selasa, 09 Desember 2025 | 07:08 WIB

Investor Asing Masih Hati-Hati

Kendati tampak pemulihan, investor asing masih berhati-hati berinvestasi, terlihat dari arus keluar dana asing yang dominan di pasar obligasi.​

Tantangan Penerapan Biodiesel B50 di 2026
| Selasa, 09 Desember 2025 | 06:54 WIB

Tantangan Penerapan Biodiesel B50 di 2026

SPKS juga menyoroti munculnya perusahaan seperti Agrinas Palma yang mengelola1,5 juta ha lahan sawit dan berpotensi menguasai pasokan biodiesel

Rupiah Loyo Mendekati Rp 16.700 per Dolar AS, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini
| Selasa, 09 Desember 2025 | 06:51 WIB

Rupiah Loyo Mendekati Rp 16.700 per Dolar AS, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

Pasar juga mewaspadai kurs rupiah yang terus melemah mendekati Rp 16.700 per dolar AS. Kemarin rupiah tutup di Rp 16.688 per dolar AS.

INDEKS BERITA