Musim Laporan Keuangan Mulai Berakhir, Waspadai Pergerakan IHSG Bulan Ini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gempita musim rilis laporan keuangan tengah tahun bakal segera mencapai akhir. Efek sentimen rilis laporan keuangan emiten ini terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih akan dirasakan setidaknya sepanjang bulan ini.
Namun, pelaku pasar perlu berhati-hati. Sejumlah analis memperkirakan, bulan Agustus bukan bulan yang apik bagi pergerakan indeks saham.
Apalagi, kinerja keuangan sejumlah emiten kurang memuaskan, sehingga sulit membuat IHSG melesat. "Kinerja keuangan emiten blue chip kurang memuaskan di paruh pertama tahun ini," ujar Senior Manager Research Analyst Kresna Sekuritas Robertus Yanuar Hardy, Sabtu (3/8).
Baca Juga: Saham BBCA (Bank BCA) turun 0,72%, ini PER dan PBV terbaru (2/8)
Ambil contoh, kinerja Grup Astra yang terseret tekanan di bisnis perkebunan. Sepanjang semester pertama tahun ini, bisnis perkebunan Grup Astra hanya mampu menyumbang laba bersih Rp 35 miliar. Nilai ini merosot 94% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 625 miliar. Penurunan ini menjadi yang terbesar dibanding segmen bisnis yang lain.
Selain itu, juga ada tekanan dari bisnis segmen batubara. Beruntung, Grup Astra kini memiliki bisnis emas, yang harganya sedang moncer. Dengan demikian, laba bersih di segmen pertambangan, yang disumbang oleh PT United Tractors Tbk (UNTR), masih naik, meski hanya 2%, menjadi Rp 3,33 triliun.
Baca Juga: Proyeksi Rupiah: Menanti Rilis Pertumbuhan Ekonomi
Kurang optimalnya sejumlah segmen dalam portofolio bisnis Grup Astra membuat perusahaan ini pada akhirnya terpaksa mencatat penurunan laba bersih 6% menjadi Rp 9,8 triliun.
Setali tiga uang, Kepala Riset Narada Aset Manajemen Kiswoyo Adi Joe menilai, kurang moncernya kinerja keuangan emiten bakal mempengaruhi pergerakan indeks hingga akhir bulan ini.
Faktor eksternal
Faktor dalam negeri bukan satu-satunya kambing hitam. Potensi tertekannya indeks juga berasal dari sentimen luar negeri. Selain soal perang dagang, perhatian investor juga belum lepas dari suku bunga The Fed.
Untuk pertama kalinya sejak krisis 2008, The Fed akhirnya memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin ke kisaran 2%-2,25%. Hal ini seharusnya positif dan bisa menyegarkan pergerakan indeks. "The Fed baru saja menurunkan suku bunga acuan. Ini seharusnya positif," jelas Kiswoyo.
Baca Juga: Proyeksi IHSG: Masih Banyak Sentimen Negatif
Yang menjadi masalah adalah pernyataan Jerome Powell, Gubernur The Fed, yang mengindikasikan penurunan tersebut hanya sesaat. Menurut Powell, penurunan yang baru saja dilakukan bukan awal dari serangkaian penurunan suku bunga dalam jangka panjang. The Fed kurang bisa menjamin kelanjutan penurunan suku bunga, kata Robertus.
Menurut perhitungan Kiswoyo, tekanan pada indeks, baik dari faktor domestik ataupun global, berpotensi membuat IHSG bertengger di level 6.250. Indeks sendiri pada perdagangan akhir pekan lalu ditutup melemah 0,65% ke level 6.340.
Meski begitu, ada peluang bagi investor dibalik potensi penurunan tersebut. Kiswoyo merekomendasikan investor mengakumulasi saham blue chip yang murah. "Buy on weakness, salah satunya UNVR," kata dia.