Nasib Saham BBYB, Antara Masuknya Rockcore Financial Technology dan Aksi Jual Asabri

Jumat, 02 Juli 2021 | 13:11 WIB
Nasib Saham BBYB, Antara Masuknya Rockcore Financial Technology dan Aksi Jual Asabri
[ILUSTRASI. Logo PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB). DOK/BBYB]
Reporter: Tedy Gumilar | Editor: Tedy Gumilar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nama PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) kembali menjadi sorotan. Kali ini berkat masuknya nama investor baru di emiten yang sebagian sahamnya dimiliki PT Asabri itu.

Ialah Rockcore Financial Technology Co. Ltd., nama baru yang masuk sebagai pemegang saham BBYB. 

Per 30 Juni 2021, Rockcore Financial Technology mengempit 458.784.662 lembar, setara 6,12% saham BBYB.

Sejauh ini, transaksi beli teranyar yang dilakoni Rockcore Financial Technology berlangsung pada 24 Juni 2021.

 

 

Pada hari itu, Jimmi Maulana Sidik, Direktur Ficomindo Buana Registrar melaporkan kepemilikan Rockcore di BBYB bertambah 165 juta lembar. 

Dus, porsi kepemilikan perusahaan yang beralamat di Sahid Sudirman Center, Jakarta Pusat, itu bertambah dari 4,05% menjadi 6,12%.

Baca Juga: Kepemilikan Rockcore Financial di Saham Bank Neo Commerce (BBYB) Naik Menjadi 6,12%

Namun, kabar masuknya investor baru sejauh ini belum mampu mendongkrak harga saham emiten yang tengah berproses menjadi bank digital tersebut.

Ini ditengarai aksi jual tiada henti saham BBYB yang gencar dilakoni PT Asabri. 

Asabri Perusahaan pengelola dana pensiun milik prajurit TNI/Polri, itu memang tengah dirundung masalah akibat pengelolaan dana investasinya yang bermasalah di masa lalu.

Banyak kecurangan pengelolaan investasi >>>

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menyimpulkan banyak kecurangan dalam pengelolaan keuangan dan dana investasi yang dilakukan Asabri selama 2012-2019. 

Bentuk kecurangannya berupa kesepakatan pengaturan dan penempatan dana investasi pada beberapa pemilik perusahaan atau pemilik saham dalam bentuk saham dan reksadana.  

Kesimpulan BPK tersebut termuat dalam Laporan Hasil Pemeriksaan Investigatif tentang Penghitungan Kerugian Negara atas Pengelolaan Keuangan dan Dana Investasi pada PT. Asabri (Persero) selama 2012 s/d 2019. 

Baca Juga: Jaksa Mengejar Ganti Rugi di Korupsi Asabri dengan Total Kerugian Rp 23,7 Triliun

Terlepas dari masalah hukum yang membelit Asabri, sejak beberapa tahun terakhir, perusahaan pelat merah, itu telah mengurangi kepemilikannya di BBYB secara signifikan. 

Berdasarkan laporan keuangan BBYB tahun 2017, kepemilikan Asabri tercatat sebanyak 34,12%. Seiring waktu berjalan, kepemilikan Asabri terus menyusut.

Per 31 Desember 2020, Asabri tinggal mengempit 18,62% saham BBYB. Ini sejalan dengan efek delusi rights issue dan private placement yang membuka pintu masuk investor baru di BBYB, yakni PT Akulaku Silvrr Indonesia. Tentunya, juga menyusut akibat aksi jual yang dilakukan oleh Asabri.

Seiring masuknya Akulaku dan perubahan statusnya menjadi pemegang saham pengendali, BBYB bersalin nama; dari PT Bank Yudha Bhakti Tbk menjadi PT Bank Neo Commerce Tbk.

Gencar jualan saat harga melambung >>>

Nah, dalam separuh perjalanan tahun ini, Asabri masih rajin menjual saham BBYB.

Jika per 30 Desember 2020 Asabri memiliki 1.240.509.990 lembar saham Asabri, per 30 Juni 2021 jumlahnya sudah menyusut menjadi 1.013.161.590 lembar.

Artinya, dalam enam bulan pertama 2021, Asabri sudah melego 227.348.400 lembar saham BBYB.

Secara persentase, porsi kepemilikan Asabri di BBYB dalam periode yang sama menyusut dari 18,62% menjadi 13,52%. 

Selain karena aksi jual, penyusutan kepemilikan secara persentase, juga efek delusi dari rights issue BBYB yang digelar bulan Juni 2021.

Baca Juga: Ferrari Heru Hidayat Tersangka Kasus Asabri Laku Terjual Rp 6,38 Miliar

Oh ya, harga pelaksanaan rights issue bulan lalu adalah Rp 300 per saham. Diatas harga pasar saham BBYB, yang pada penutupan sesi pertama Jumat (2/7) ada di Rp 398 per saham.

 

Harga saham BBYB bukannya tak pernah melambung. Sepanjang Februari 2021 hingga awal Maret 2021 harga saham BBYB melejit hingga 150%. 

Puncaknya, saat harga saham BBYB berhasil nangkring di rekor harga tertinggi di Rp 822 per saham pada 1 Maret 2021. 

Tapi ya, itu tadi. lonjakan harga saham BBYB diiringi gencarnya aksi jual Asabri sehingga membuat harga sahamnya kembali turun.

Baca Juga: Asabri Lepas Puluhan Juta Saham Bank Neo Commerce Saat Saham BBYB Meroket

Merujuk data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), per 1 Februari 2021, Asabri memiliki 1.235.208.290 lembar saham BBYB. Saat itu, harga saham BBYB ada di Rp 329 per saham.

Nah, usai mencapai puncaknya pada 1 Maret 2021, harga saham BBYB terus meluncur turun. Hingga per 31 Maret 2021, harga saham BBYB ada di Rp 478 per saham. 

Pada titik ini, kepemilikan Asabri di BBYB sudah menyusut 113.848.100 lembar, menjadi tinggal 1.121.360.190 lembar.

Selanjutnya: Kongsi Grup Bakrie & Grup Salim di Proyek US$ 2 Miliar, BRMS Kena Imbas Positif

 

Bagikan

Berita Terbaru

7 Saham Baru IDX80 Periode November 2025, Cek Daftarnya!
| Selasa, 28 Oktober 2025 | 18:35 WIB

7 Saham Baru IDX80 Periode November 2025, Cek Daftarnya!

BEI merilis daftar tujuh saham baru yang masuk indeks IDX80 mulai November 2025 hingga Januari 2026. 

Dua Saham Masuk, Ini Daftar Saham IDX30 Terbaru Periode November 2025-Januari 2026
| Selasa, 28 Oktober 2025 | 17:52 WIB

Dua Saham Masuk, Ini Daftar Saham IDX30 Terbaru Periode November 2025-Januari 2026

BEI merombak indeks IDX30 untuk periode November 2025-Januari 2026. AADI dan PGEO masuk, menggantikan AKRA dan EXCL. 

5 Saham Keluar, Ini Daftar Lengkap Saham LQ45 Periode 3 November 2025-30 Januari 2026
| Selasa, 28 Oktober 2025 | 15:40 WIB

5 Saham Keluar, Ini Daftar Lengkap Saham LQ45 Periode 3 November 2025-30 Januari 2026

Simak perubahan konstituen LQ45 periode November 2025-Januari 2026. Saham BUMI, DSSA, EMTK, HEAL, NCKL menggantikan 5 saham yang keluar

Otoritas Pajak Mengkaji Ulang Skema Tarif Efektif Rata-Rata PPh 21
| Selasa, 28 Oktober 2025 | 10:53 WIB

Otoritas Pajak Mengkaji Ulang Skema Tarif Efektif Rata-Rata PPh 21

DJP mengevaluasi skema tarif efektif rata-rata dalam perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang seringkali memicu kelebihan bayar gaji karyawan. 

APBD yang Mengendap dan Inersia Fiskal Daerah
| Selasa, 28 Oktober 2025 | 10:19 WIB

APBD yang Mengendap dan Inersia Fiskal Daerah

Ketika keberanian membelanjakan anggaran tidak tumbuh, maka desentralisasi hanya menjadi ritual administratif tanpa semangat pembangunan.​

Investasi Minim Naker
| Selasa, 28 Oktober 2025 | 10:01 WIB

Investasi Minim Naker

Pemerintah perlu menata ulang arah insentif investasi agar tidak hanya mengejar nilai, tetapi juga manfaat sosialnya.

Menakar Efek Program MBG Ke Emiten Produsen Susu, Ada ULTJ, DMND, dan CMRY
| Selasa, 28 Oktober 2025 | 09:49 WIB

Menakar Efek Program MBG Ke Emiten Produsen Susu, Ada ULTJ, DMND, dan CMRY

Kebutuhan susu diperkirakan naik efek program MBG, dari sebelumnya sekitar 4,7 juta ton naik menjadi lebih dari 8 juta ton.

Dampak Rencana MSCI Masih Mengiringi Gerak Bursa, Berikut Proyeksi IHSG Hari Ini
| Selasa, 28 Oktober 2025 | 09:01 WIB

Dampak Rencana MSCI Masih Mengiringi Gerak Bursa, Berikut Proyeksi IHSG Hari Ini

MSCI juga akan menerapkan pembulatan baru mulai Mei 2026, dengan aturan berbeda tergantung besarnya free float.

Produksi dan Kapasitas Panas Bumi Serta Kontrak Jangka Panjang Jadi Andalan PGEO
| Selasa, 28 Oktober 2025 | 08:43 WIB

Produksi dan Kapasitas Panas Bumi Serta Kontrak Jangka Panjang Jadi Andalan PGEO

Tertekan karena faktor non-operasional, termasuk selisih kurs dan biaya bunga dari ekspansi pembangkit. Secara operasional masih solid.

Saham AMMS ARA Lagi, Negosiasi Akuisisi Oleh Investor Kakap di COIN Masih Berlangsung
| Selasa, 28 Oktober 2025 | 08:43 WIB

Saham AMMS ARA Lagi, Negosiasi Akuisisi Oleh Investor Kakap di COIN Masih Berlangsung

Indikator teknikal menunjukkan, saham PT Agung Menjangan Mas Tbk (AMMS) masih berpeluang melanjutkan kenaikan.

INDEKS BERITA

Terpopuler