Nelayan Irit Melaut, Harga Solar di Tengkulak Rp 8.000 per Liter

Minggu, 11 September 2022 | 06:05 WIB
Nelayan Irit Melaut, Harga Solar di Tengkulak Rp 8.000 per Liter
[]
Reporter: Asnil Bambani Amri, Jane Aprilyani | Editor: Asnil Amri

KONTAN.CO.ID - Dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi terutama jenis solar membuat banyak nelayan di Tegal, Jawa Tengah banyak yang menahan diri untuk melaut. Mereka mengurangi waktu melaut karena khawatir tekor hasil tangkapan tak sesuai dengan modal melaut.

Riswanto, Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HSNI) Jawa Tengah bilang, banyak nelayan di Tegal itu memilih menyandarkan kapal sejak kenaikan harga BBM terjadi. Mereka kebanyakan nelayan yang memiliki kapal di bawah 30 gross tonnage. "Kenaikan harga BBM membuat pengeluaran untuk bekal dengan hasil tangkapan tak lagi sepadan," kata Riswanto kepada KONTAN, Selasa (6/9).

Memang dari sisi pasokan, solar subsidi yang dulunya dijual Rp 5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter tersedia di wilayahnya. Akan tetapi, banyak nelayan menerima harga solar jauh di atas harga yang telah ditetapkan Pertamina. "Kebanyakan nelayan membeli solar harga Rp 8.000 per liter," terang Riswanto.

Harga solar itu lebih mahal karena ada tengkulak yang ambil peran. Hal ini terjadi karena solar di stasiun pengisian bahan bakar nelayan (SPBN) itu membutuhkan transportasi lagi agar sampai ke perahu nelayan. Biaya tambahan transportasi inilah yang harus dibayar nelayan, sehingga mereka harus bayar solar Rp 8.000 per liter sampai ke perahu.

Sebelum ada kenaikan solar subsidi ini, nelayan membelinya seharga Rp 7.000 per liter dari harga Pertamina Rp 5.150. Untuk pergi menangkap ikan, nelayan mesti setidaknya menyediakan 20 liter solar atau dengan modal Rp 140.000 untuk sekali berangkat. Itu belum termasuk bekal makanan untuk para anak buah kapal (ABK). "Sementara kami berburu di laut, jika dapat banyak tentu bawa lebih. Kalau tidak dapat apa-apa tentu rugi banyak," terang Riswanto.

Kondisi inilah yang membuat nelayan di Tegal banyak yang menahan diri pergi melaut. Selain karena bahan bakar yang mahal, banyak nelayan memilih menyadarkan kapalnya karena murahnya harga ikan. Riswanto heran, ketika harga BBM naik, harga ikan bukannya naik melainkan turun. Ikan pelagis turun dari Rp 20.000 menjadi Rp 15.000 per kilogram (kg). Harga rajungan juga turun dari Rp 50.000 per kg menjadi Rp 25.000," kata Riswanto.

Riswanto curiga, penurunan harga ikan terjadi karena turunnya permintaan akibat daya beli yang ikut turun. "Makanya kami menolak kenaikan harga BBM ini, karena makin menyulitkan nelayan kecil melaut," tambah Riswanto.

Bagikan

Berita Terbaru

Valuasi IPO CBDK Dinilai Menarik, Begini Analisisnya
| Senin, 23 Desember 2024 | 15:51 WIB

Valuasi IPO CBDK Dinilai Menarik, Begini Analisisnya

CBDK meminta harga IPO 19x-26x P/E sepanjang tahun 2025, lebih tinggi dibandingkan perusahaan sejenis di sektornya yang hanya 6x-9x P/E.

Mediasi Diperpanjang, Gugatan 40 Nasabah Mirae Senilai Rp 8,17 Triliun Masih Bergulir
| Senin, 23 Desember 2024 | 14:21 WIB

Mediasi Diperpanjang, Gugatan 40 Nasabah Mirae Senilai Rp 8,17 Triliun Masih Bergulir

Mirae Asset minta waktu hingga 16 Januari 2025 untuk memberikan tanggapan karena proposal penggugat harus dirapatkan melibatkan seluruh direksi.

Pilihan Saham Big Caps Menarik Untuk Investasi Jangka Panjang
| Senin, 23 Desember 2024 | 13:58 WIB

Pilihan Saham Big Caps Menarik Untuk Investasi Jangka Panjang

Saham-saham dengan kapitalisasi pasar atau market capitalization (market cap) besar tak melulu jadi pilihan tepat untuk investasi jangka panjang.

Harga Saham Provident (PALM) Menguat, Aksi Borong Dua Pemegang Picu Lonjakan Harga
| Senin, 23 Desember 2024 | 09:00 WIB

Harga Saham Provident (PALM) Menguat, Aksi Borong Dua Pemegang Picu Lonjakan Harga

PALM mencetak laba bersih Rp 464,63 miliar di Januari-September 2024, dibandingkan periode sebelumnya rugi bersih sebesar Rp 1,94 triliun.

Sektor Bisnis yang Mendorong Perekonomian Domestik
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:52 WIB

Sektor Bisnis yang Mendorong Perekonomian Domestik

Sejumlah sektor usaha dinilai masih prospektif dan berpotensi sebagai motor penggerak ekonomi Indonesia ke depan, setidaknya dalam jangka menengah

Modal Cekak Pemerintah Mengerek Pertumbuhan Ekonomi 2025
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:47 WIB

Modal Cekak Pemerintah Mengerek Pertumbuhan Ekonomi 2025

Tantangan pemerintah Indonesia untuk memacu perekonomian semakin berat pada tahun depan, termasuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8%

Insentif Pajak Mobil Hybrid Dorong Sektor Otomotif, Saham ASII Jadi Unggulan
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:36 WIB

Insentif Pajak Mobil Hybrid Dorong Sektor Otomotif, Saham ASII Jadi Unggulan

Bila mendapatkan insentif pajak, maka PPnBM untuk kendaraan hybrid akan dibanderol sebesar 3% hingga 4%.

Rekomendasi Saham Emiten Barang Konsumsi yang Masih Dibayangi Tekanan Daya Beli
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:35 WIB

Rekomendasi Saham Emiten Barang Konsumsi yang Masih Dibayangi Tekanan Daya Beli

Miten yang bergerak di bisnis barang konsumsi dibayangi sentimen kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12%.

Peluang Tipis IHSG Menguat di Pengujung Tahun
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:25 WIB

Peluang Tipis IHSG Menguat di Pengujung Tahun

Sudah tidak banyak lagi ruang bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk menguat di sisa tahun ini. 

Pemerintah Tebar Insentif Kepabeanan Rp 33 Triliun
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:15 WIB

Pemerintah Tebar Insentif Kepabeanan Rp 33 Triliun

Insentif yang dimaksud, antara lain berupa insentif kawasan berikat, penanaman modal, serta kebutuhan pertahanan dan keamanan.

INDEKS BERITA

Terpopuler