Obligasi Pemerintah di Negara Maju Cetak Kenaikan Harga Terbesar di Masa Pandemi

Sabtu, 31 Juli 2021 | 11:21 WIB
Obligasi Pemerintah di Negara Maju Cetak Kenaikan Harga Terbesar di Masa Pandemi
[ILUSTRASI. Trader di bursa New York menyaksikan siaran langsung pernyataan pimpinan The Fed Jerome Powell di New York City, New York, AS, 28 Juli 2021. REUTERS/Andrew Kelly]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - BENGALUR. Obligasi pemerintah negara-negara maju menikmati reli bulanan terbesar, selama 15 bulan terakhir, pada Juli ini. Pernyataan bank sentral bahwa pengurangan dukungan moneter masih jauh, berikut risiko penyebaran varian Delta virus corona, mengangkat harga obligasi negara.

Pemicu awal reli obligasi adalah kekhawatiran pasar bahwa pemulihan ekonomi tidak sekuat yang diharapkan. Tren itu diperkuat dengan kembalinya para pemain yang semula bertaruh melawan obligasi, kata investor.

Kebijakan moneter sejauh ini mendukung obligasi pemerintah. Ketua Federal Reserve  Jerome Powell, pertengahan Juli ini, mengatakan, pasar tenaga kerja kerja di Amerika Serikat (AS) masih jauh dari pencapaian yang diharapkan, sebelum pengurangan pembelian obligasi negara.

Baca Juga: The Fed pertahankan suku bunga acuan, harga emas naik

Pertemuan Bank Sentral Eropa pada 22 Juli mengisyaratkan niat otoritas moneter di blok ekonomi itu untuk mencapai target inflasi baru 2%. Sementara otoritas moneter di China memangkas persyaratan cadangan bank bulan ini sebagai tanda momentum ekonomi mulai goyah.

Saat harga obligasi pemerintah menguat, imbal hasil obligasi pemerintah Jerman dan Australia, yang masing-masing bertenor 10 tahun, mencetak penurunan terbesar sejak Januari 2020. Masing-masing turun lebih dari 20 basis poin pada pada Jumat malam. Di saat yang sama, obligasi 10 tahun Inggris turun hampir 15 basis poin.

Imbal hasil treasury AS bertenor 10 tahun mengalami penurunan terbesar sejak Maret 2020, titik tertinggi kepanikan pasar menyusul penyebaran virus corona.

"Ini adalah salah satu bulan terbaik yang kami miliki karena sebagian besar investasi kami mencetak kenaikan harga yang luar biasa besar. Sebagian besar berasal dari obligasi pemerintah," kata Pascal Perrone, manajer portofolio di Eric Sturdza Investments.

Obligasi yang berkaitan dengan inflasi memimpin kenaikan harga. Biaya riil pemerintah untuk meminjam dana selama 10 tahun, yang tidak memperhitungkan efek inflasi yang diantisipasi, jatuh ke rekor terendahnya, sekitar 30 basis poin. Itu berlaku bagi pemerintah Jerman dan AS.

Naik turunnya pembayaran untuk obligasi tersebut, sejalan dengan laju inflasi selama jangka waktu obligasi tersebut. Hal itu menjadikannya sebagai instrumen lindung nilai utama terhadap kenaikan harga.

Instrumen investasi di AS yang memberi perlindungan terhadap inflasi, yang bernama TIPS, menyedot dana masuk hingga US$ 3,2 miliar dalam seminggu hingga Rabu kemarin. Rekor inflow itu tercetak setelah data awal di bulan Juli menunjukkan harga konsumen sebesar 5%, naik pada laju tercepat dalam 13 tahun terakhir.

Baca Juga: Aksi pencarian dana di pasar modal ramai, minat investor masih tinggi

Imbal hasil riil obligasi pemerintah Jerman berjangka 10 tahun menuju penurunan bulanan terbesar sejak Juli 2012. Pemicunya adalah janji Presiden ECB saat itu, Mario Draghi, untuk melakukan "apa pun yang diperlukan" untuk mengatasi krisis utang zona euro dan mempertahankan euro.

Momen penting lain bagi surat utang di zona euro bulan ini adalah pernyataan ECB untuk mempertahankan suku bunga pada rekor terendah lebih lama lagi. Tujuan pelonggaran itu adalah memenuhi target inflasi yang baru. ECB juga mengatakan akan mentolerir, apabila target itu meleset.

Memang, imbal hasil riil obligasi pemerintah yang rendah sering dilihat sebagai tanda yang mengkhawatirkan. Itu merupakan cerminan pandangan pesimistis pasar terhadap pertumbuhan ekonomi masa depan. Masih banyak pelaku pasar yang tak mengubah pandangan bearish terhadap obligasi, karena mereka mengharapkan pertumbuhan ekonomi mengalami rebound besar di tahun ini.

Lima belas dari 23 bank dan pengelola aset yang diwawancara Reuters masih mengharapkan imbal hasil treasury berjangka 10 tahun berada di kisaran 2% pada akhir 2021. Baik JP Morgan maupun Bank of America memprediksi imbal hasil obligasi Jerman berjangka 10 tahun tepat di bawah 0% pada akhir tahun, dari posisinya saat ini, yaitu -0,45%.

Selanjutnya: Pernyataan Fed dan Data Ekonomi AS Mengerem Reli Dollar, Pekan Ini Terburuk Sejak Mei

 

Bagikan

Berita Terbaru

Strategi Investasi David Sutyanto : Pilih Saham yang Rajin Membagi Dividen
| Sabtu, 08 November 2025 | 11:08 WIB

Strategi Investasi David Sutyanto : Pilih Saham yang Rajin Membagi Dividen

Ia melakukan averaging down ketika dirasa saham tersebut masih punya peluang untuk membagikan dividen yang besar.

Rupiah Sepekan Terakhir Tertekan Risk Off dan Penguatan USD
| Sabtu, 08 November 2025 | 07:15 WIB

Rupiah Sepekan Terakhir Tertekan Risk Off dan Penguatan USD

Nilai tukar rupiah cenderung tertekan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pekan ini, meski menguat tipis di akhir minggu.

Bidik Popok hingga Tisu Sebagai Barang Kena Cukai
| Sabtu, 08 November 2025 | 07:07 WIB

Bidik Popok hingga Tisu Sebagai Barang Kena Cukai

Ini tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 70 Tahun 2025 yang baru diterbitkan Kementerian Keuangan

Mengingat Iklim
| Sabtu, 08 November 2025 | 07:05 WIB

Mengingat Iklim

Pemerintah harusmulai ambil ancang-ancang meneruskan upaya mengejar target emisi nol bersih dan memitigasi perubahan iklim.

Phising, Ancaman Transaksi Digital
| Sabtu, 08 November 2025 | 07:05 WIB

Phising, Ancaman Transaksi Digital

Teknologi yang canggih sekalipun tidak bisa melindungi masyarakat banyak jika kewaspadaan masih lemah.​

BI Rilis Instrumen Pasar Uang Anyar
| Sabtu, 08 November 2025 | 07:01 WIB

BI Rilis Instrumen Pasar Uang Anyar

Jika tak ada aral melintang, instrumen baru BI bernama BI floating rate note (BI-FRN).bakal terbit pada 17 November 2025 mendatang.

Pertamina Geothermal Tbk (PGEO) Gali Potensi Panas Bumi Industri
| Sabtu, 08 November 2025 | 07:00 WIB

Pertamina Geothermal Tbk (PGEO) Gali Potensi Panas Bumi Industri

Kupas strategi dan upaya bisnis PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) menjadi perusahaan energi bersih 

Kelas Menengah Juga Butuh Stimulus
| Sabtu, 08 November 2025 | 06:52 WIB

Kelas Menengah Juga Butuh Stimulus

Stimulus ekonomi yang telah digelontorkan pemerintah, dinilai belum cukup mendongrak perekonomian dalam negeri

Superbank Dikabarkan Bidik Dana IPO Rp 5,3 Triliun
| Sabtu, 08 November 2025 | 06:50 WIB

Superbank Dikabarkan Bidik Dana IPO Rp 5,3 Triliun

Rumor terkait rencana penawaran umum perdana alias initial public offering (IPO) Super Bank Indonesia (Superbank) semakin menguat. ​

Masih Bisa Tekor Setelah Melesat di Oktober
| Sabtu, 08 November 2025 | 06:39 WIB

Masih Bisa Tekor Setelah Melesat di Oktober

Bank Indonesia mencatat posisi cadangan devisa akhir Oktober sebesar US$ 149,9 miliar               

INDEKS BERITA