Pajak Obligasi Turun Membuat Reksadana Tak Lagi Menarik

Senin, 14 Juni 2021 | 05:15 WIB
Pajak Obligasi Turun Membuat Reksadana Tak Lagi Menarik
[]
Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Reksadana terproteksi bisa makin dijauhi investor. Pengurangan pajak atas kupon obligasi jadi 10% dari 15% membuat para investor lebih tertarik membeli obligasi secara langsung ketimbang memiliki lewat reksadana.

Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) misalnya memilih menarik dana mereka dari reksadana terproteksi. "Ada aksi net redemption pada reksadana terproteksi syariah, yang jumlahnya berkisar Rp 30 triliun. Kabarnya BPKH menarik dana mereka dari reksadana terproteksi," kata Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana kepada KONTAN.

Baca Juga: Ketakutan tapering mereda, pasar obligasi Indonesia menguat

Tak heran, dana kelolaan reksadana terproteksi di Mei 2021 hanya tersisa Rp 98,62 triliun. Di akhir 2020 silam, dananya masih mencapai Rp 145,27 triliun.

Wawan menyebut, meski pajak atas bunga obligasi dipangkas, pajak atas keuntungan dari obligasi sebagai aset reksadana justru naik dari 5% jadi 10%. "Jadi pajaknya sekarang sama dengan memegang obligasi secara langsung, bahkan reksadana bisa jadi lebih mahal karena ada biaya dari MI," papar dia.

Direktur Panin Asset Management Rudiyanto pun mengatakan, bagi investor institusi prospek reksadana terproteksi tak lagi menarik karena pajak yang dikenakan hampir sama saat membeli obligasi secara langsung. Tapi dia bilang, reksadana terproteksi masih akan menarik minat investor ritel.

Pasalnya, Rudi menuturkan, investor ritel yang bermodal mini akan kesulitan untuk membeli obligasi secara langsung. Menurut dia, hanya kelompok investor high net worth yang bisa langsung membeli obligasi.

Baca Juga: Jika pajak obligasi resmi jadi 10%, reksadana terproteksi dinilai tak lagi menarik

Tak heran, Panin AM masih akan tetap menerbitkan reksadana terproteksi secara berkala, namun ditujukan untuk investor ritel. Rudi menyebut, pemilihan obligasi sebagai underlying asset akan dilakukan dengan hati-hati, mengantisipasi risiko gagal bayar. "Kami juga akan menekankan risiko seperti risiko gagal bayar yang harus bisa dipahami investor," ujar Rudiyanto.

Hingga akhir Mei 2021, dana kelolaan reksadana terproteksi milik Panin AM mencapai Rp 3,2 triliun, dari total AUM Rp 13,43 triliun. Rudiyanto berharap, pemerintah memberikan insentif bagi industri reksadana, seperti mengembalikan pajak reksadana menjadi 5% agar tetap menarik.

 

Bagikan

Berita Terbaru

Profit 24,88% Setahun, Cek Harga Emas Antam Hari Ini (16 Juli 2025)
| Rabu, 16 Juli 2025 | 08:55 WIB

Profit 24,88% Setahun, Cek Harga Emas Antam Hari Ini (16 Juli 2025)

Harga emas batangan Antam 24 karat 15 Juli 2025 di Logammulia.com Rp 1.908.000 per gram, harga buyback Rp 1.752.000 per gram.

Ini Deretan Investor Institusi yang Profit Taking di Saham TOBA Sebulan Terakhir
| Rabu, 16 Juli 2025 | 08:21 WIB

Ini Deretan Investor Institusi yang Profit Taking di Saham TOBA Sebulan Terakhir

Harga saham PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) melandai seiring aksi jual sejumlah investor institusi lokal dan asing.

Konsumen, Korporasi, dan Pemerintah Tak Ada yang Mau Belanja di Masa Paceklik
| Rabu, 16 Juli 2025 | 08:14 WIB

Konsumen, Korporasi, dan Pemerintah Tak Ada yang Mau Belanja di Masa Paceklik

Masa paceklik ekonomi Indonesia masih berlanjut di kuartal kedua 2025. Bahkan, kondisi ini berpotensi berlanjut di kuartal ketiga.

Stock Split Dengan Rasio 1:10, Saham Petrindo Jaya (CUAN) Kian Terjangkau
| Rabu, 16 Juli 2025 | 07:53 WIB

Stock Split Dengan Rasio 1:10, Saham Petrindo Jaya (CUAN) Kian Terjangkau

Melalui stock split dengan rasio 1:10, nilai nominal saham CUAN akan berubah dari sebelumnya Rp 200 menjadi Rp 20 per saham. ​

Petrosea (PTRO) Meraih Kontrak Baru Dari Grup Sinar Mas Senilai Rp 3,5 Triliun
| Rabu, 16 Juli 2025 | 07:46 WIB

Petrosea (PTRO) Meraih Kontrak Baru Dari Grup Sinar Mas Senilai Rp 3,5 Triliun

Kontrak ini memiliki jangka waktu selama 5 tahun dengan estimasi nilai kontrak sekitar Rp 3,5 triliun.​

Kinerja Indeks Saham Unggulan Masih Tertekan
| Rabu, 16 Juli 2025 | 07:41 WIB

Kinerja Indeks Saham Unggulan Masih Tertekan

Sejak awal tahun 2025 kinerja indeks saham unggulan, yakni IDX LQ45, IDX30 dan IDX80 lebih buruk dibanding IHSG​.

Logam Mulia Masih Akan Memesona di Semester II 2025
| Rabu, 16 Juli 2025 | 06:30 WIB

Logam Mulia Masih Akan Memesona di Semester II 2025

Rospek harga logam mulia masih menjanjikan, seiring dengan ketidakpastian geopolitik dan perdagangan global yang masih tinggi.

Danantara Gandeng SWF Qatar, China dan Australia
| Rabu, 16 Juli 2025 | 06:10 WIB

Danantara Gandeng SWF Qatar, China dan Australia

Danantara memaparkan hasil kinerja selama paruh pertama tahun ini sambil berharap bisa mendapat dividen tahunan US$ 8 miliar. 

Memulihkan Koperasi
| Rabu, 16 Juli 2025 | 06:09 WIB

Memulihkan Koperasi

Nanti waktu yang akan membuktikan, apakah koperasi bentukan pemerintah ini bisa menjadi sokoguru ekonomi masyarakat atau ada agenda lain.

Perumnas Siapkan Lahan untuk 161.000 Rumah Rakyat
| Rabu, 16 Juli 2025 | 06:00 WIB

Perumnas Siapkan Lahan untuk 161.000 Rumah Rakyat

Lahan yang disiapkan Perumnas untuk program tiga juta rumah tersebar di sejumlah daerah di tanah air.

INDEKS BERITA

Terpopuler