Pandemi dan Larangan Mudik yang Bikin Kita Harus Lebih Sabar

Minggu, 02 Mei 2021 | 09:05 WIB
Pandemi dan Larangan Mudik yang Bikin Kita Harus Lebih Sabar
[ILUSTRASI. ]
Reporter: Sumber: Tabloid Kontan | Editor: Hendrika

KONTAN.CO.ID - Di Indonesia, mudik bukanlah sekadar aktivitas rutin biasa. Mudik adalah sebuah tradisi, yang di dalamnya memuat serangkaian kepercayaan, nilai dan emosi yang pekat. Mudik adalah momen untuk pulang atawa going home dalam arti yang seluas-luasnya. Pulang ke tempat kelahiran, pulang ke pangkuan orangtua, pulang ke kumpulan sanak saudara, pulang ke rahim kehidupan; tempat seseorang merasakan keamanan, kehangatan dan juga kebahagiaan.

Oleh karenanya, mudik jelas tak cuma sebuah perjalanan jasmaniah menempuh jarak dari satu kota ke kota lainnya. Mudik adalah perjalanan spiritual yang merangkum segenap pengalaman kehidupan selama satu tahun sebelumnya, yang dipenuhi rasa syukur, bangga dan gembira.

Karena pandemi Covid-19, masyarakat Indonesia musti mengurungkan niat dan kerinduan mudik. Saat ini, tahun 2021, bahkan untuk kedua kalinya, karena pandemi belum berakhir. Walau sudah berusia lebih dari setahun, terowongan pandemi ternyata belum benar-benar menjelang titik terang yang nyata.

Pengalaman berbagai negara yang jatuh bangun mengalami beberapa gelombang pandemi semestinya membuka mata kita, bahwa pandemi bukanlah fatamorgana. Pandemi adalah sebuah kenyataan yang memilukan, berkepanjangan dan memang melelahkan.

Maka, tak heran jika beberapa pengamat menyimpulkan pandemi Covid-19 sebagai salah satu ujian kemanusiaan terbesar dan terberat di abad modern. Kebijakan pemerintah melarang publik untuk mudik pada saat Idul Fitri memang sangat tidak nyaman, tapi itulah yang sungguh-sungguh dibutuhkan. Hanya dengan kekuatan, kesabaran dan keteguhan, kita dapat keluar dari kegelapan terowongan nan panjang ini.

Baru-baru ini saya dikirimi kembali gambar kartun lawas yang inspiratif. Gambar itu menunjukkan seseorang yang dengan palu panjangnya sedang menggali perut bumi untuk mendapatkan emas. Namun, setelah sekian lama menggali, ia pun berhenti dan balik badan meninggalkan lahan yang sedang ditambangi. Padahal, tak jauh setelah itu, bongkahan emas tengah menunggu kedatangannya.

Saya menduga, ilustrasi ini diilhami oleh kisah seorang paman di Amerika Serikat pada abad ke 19, saat negeri itu sedang dilanda demam emas. Suatu hari, sang paman datang ke negara bagian Colorado untuk mengadu nasib. Dinaungi peruntungan yang baik, dalam beberapa hari pertama saja ia sudah menemukan bijih emas dalam jumlah besar. Lokasi tambangnya kemudian digadang-gadang sebagai salah satu lahan yang paling prospektif.

Optimisme ini tentu saja menimbulkan semangat yang menyala-nyala, sehingga sang paman kemudian ingin membeli dan mendatangkan mesin-mesin pengeboran yang baru. Untuk keperluan pembelian alat-alat pengeboran tersebut, sang paman pun berkongsi dengan keponakannya yang bernama R.U. Darby. Karena tak punya modal, mereka bahkan berutang kanan kiri kepada para tetangganya.

Mengubah kegagalan

Apa mau dikata, setelah beberapa pekan melakukan pengeboran, jalur emas yang semula begitu menjanjikan, ternyata tak menunjukkan wujudnya. Dengan penyesalan mendalam, merekapun akhirnya memutuskan untuk menghentikan usaha pengeboran. Seketika itu juga, mereka meninggalkan lahan pengeboran dan menjual semua peralatan kepada pedagang besi tua.

Berbeda dengan pedagang besi tua pada umumnya, pedagang yang satu ini cukup cerdas dan cermat untuk urusan bisnis. Ia mengundang seorang insinyur pertambangan untuk meninjau lahan pertambangan tersebut, dan memintanya untuk melakukan perhitungan ilmiah.

Di luar dugaan, ternyata hasil kalkulasi sang insinyur menunjukkan bahwa hanya sekitar satu meter di bawah titik pengeboran berhenti, bijih emas dalam jumlah yang besar dan kandungan yang kaya sedang menunggu untuk dikeruk!

Darby dan sang paman tak memiliki pengetahuan lengkap tentang dunia pertambangan, dan juga tak mengundang insinyur ahli untuk membantunya. Oleh karenanya, mereka tampak begitu sial menghadapi kenyataan yang ada.

Melihat kesuksesan si pedagang besi tua, Darby pun kelak menyadari sikap naifnya. Ia membangun tekad untuk tak berhenti pada kesialan seperti yang dialami sebelumnya. Pengalaman kegagalan tersebut diubahnya menjadi pembelajaran yang mahal, dan ternyata kelak membuatnya berhasil membangun bisnis asuransi jiwa bernilai jutaan dolar.

Tentang kegagalannya tersebut, Darby suka berujar, Saya memang berhenti satu meter dari tumpukan emas, tapi saya tak akan pernah berhenti hanya karena seseorang awalnya berkata tidak saat saya menawarkan polis asuransi.

Sebagai bangsa, kita pun sudah menempuh perjalanan panjang mengebor lintasan jalan keluar dari pandemi Covid-19. Jangan sampai kita kendor, apalagi berhenti berjuang untuk mengebor lintasan jalan keluar tersebut, sambil mengabaikan perhitungan ilmiah para ahli dan kebijakan terukur dari pemerintah.

Tak lupa juga, bersama-sama membangun kekuatan untuk bangkit kembali; tak berhenti pada ratapan bencana berkepanjangan yang menyayat hati.

Bagikan

Berita Terbaru

Indonesian Tobacco (ITIC) Ingin Memperbaiki Kinerja di Kuartal IV 2025
| Senin, 24 November 2025 | 09:45 WIB

Indonesian Tobacco (ITIC) Ingin Memperbaiki Kinerja di Kuartal IV 2025

Penjualan ITIC berasal dari pasar lokal Rp 233,23 miliar dan ekspor Rp 898,86 juta, yang kemudian dikurangi retur dan diskon Rp 4,23 miliar.

Menakar Dampak Pergeseran Pasien Swasta dan BPJS ke Emiten, MIKA dan KLBF Diunggulkan
| Senin, 24 November 2025 | 09:07 WIB

Menakar Dampak Pergeseran Pasien Swasta dan BPJS ke Emiten, MIKA dan KLBF Diunggulkan

Emiten-emiten rumah sakit besar tetap menarik untuk dicermati karena cenderung defensif dari tantangan BPJS. 

Keputusan Korea Menutup 40 PLTU Bakal Berdampak ke ADRO, GEMS, BYAN, PTBA Hingga BUMI
| Senin, 24 November 2025 | 08:32 WIB

Keputusan Korea Menutup 40 PLTU Bakal Berdampak ke ADRO, GEMS, BYAN, PTBA Hingga BUMI

Transisi energi yang dilakoni Korea Selatan memicu penurunan permintaan batubara, termasuk dari Indonesia.

Risiko Waskita Sudah Diperhitungkan, JP Morgan Kerek Rating & Target Harga Saham JSMR
| Senin, 24 November 2025 | 07:55 WIB

Risiko Waskita Sudah Diperhitungkan, JP Morgan Kerek Rating & Target Harga Saham JSMR

Laba bersih PT Jasa Marga Tbk (JSMR) diproyeksikan naik berkat ekspektasi pemangkasan suku bunga dan penyesuaian tarif tol.

Perbankan Optimistis Permintaan Kredit Meningkat Jelang Akhir Tahun
| Senin, 24 November 2025 | 07:55 WIB

Perbankan Optimistis Permintaan Kredit Meningkat Jelang Akhir Tahun

Hasil survei BI menunjukkan perbankan memperkirakan penyaluran kredit baru di kuartal IV akan meningkat ditandai dengan nilai SBT mencapai 96,40%

Pertambangan Topang Permintaan Kredit
| Senin, 24 November 2025 | 07:46 WIB

Pertambangan Topang Permintaan Kredit

Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan, kredit ke sektor pertambangan dan penggalian melesat 17,03% secara tahunan​ hingga Oktober

Saham ESG: Transisi Bisnis Hijau di Tengah Kinerja Merah
| Senin, 24 November 2025 | 07:45 WIB

Saham ESG: Transisi Bisnis Hijau di Tengah Kinerja Merah

Sejumlah emiten melepas sebagian bisnis batubara untuk lebih fokus di bisnis hijau. Tapi, ini membuat kinerja keuangan m

OJK Minta Bank Evaluasi Kredit ke Pindar
| Senin, 24 November 2025 | 07:42 WIB

OJK Minta Bank Evaluasi Kredit ke Pindar

Meningkatnya kasus gagal bayar pindar kembali mendorong OJK  mengingatkan perbankan agar lebih waspada menyalurkan kredit channeling 

TBS Energi Utama (TOBA) Terbitkan Sukuk Wakalah Rp 448,50 Miliar
| Senin, 24 November 2025 | 06:37 WIB

TBS Energi Utama (TOBA) Terbitkan Sukuk Wakalah Rp 448,50 Miliar

PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) mengumumkan penerbitan Sukuk Wakalah Jangka Panjang dengan dana modal investasi sebesar Rp 448,50 miliar. ​

Prospek IPO Seksi di Tahun Kuda Api
| Senin, 24 November 2025 | 06:32 WIB

Prospek IPO Seksi di Tahun Kuda Api

Tahun 2026 akan jadi momentum yang relatif kondusif bagi perusahaan yang membutuhkan pendanaan dari pasar modal lewat skema IPO.

INDEKS BERITA

Terpopuler