Pandemi Memangkas Waktu yang Dibutuhkan China untuk Menjadi Ekonomi Terbesar di Dunia

Sabtu, 26 Desember 2020 | 09:46 WIB
Pandemi Memangkas Waktu yang Dibutuhkan China untuk Menjadi Ekonomi Terbesar di Dunia
[ILUSTRASI. FILE PHOTO: Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping pada pertemuan puncak pimpinan negara-negara G20 di Osaka, Jepang, 29 Juni 2019. REUTERS/Kevin Lamarque/File Photo]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - LONDON.  China akan menggusur Amerika Serikat (AS) dari posisi ekonomi terbesar di dunia pada tahun 2028, lima tahun lebih cepat daripada perkiraan sebelumnya. Prediksi itu merujuk ke kontrasnya hasil pemulihan ekonomi kedua negara dari pandemi COVID-19, demikian pernyataaan Centre for Economics and Business Research (CEBR).

Dalam laporan tahunan yang dipublikasi pada Sabtu (26/12), CEBR memprediksi tema umum ekonomi global dalam beberapa tahun mendatang adalah perebutan ekonomi dan soft power di antara AS dan China.

Lembaga think tank yang berpusat di London itu menambahkan, pandemi COVID-19 dan kejatuhan ekonomi yang terkait tentu saja membuat persaingan ini menguntungkan China. CEBR menyebut keberhasilan China mengelola kebijakan di masa pandemi, berikut lockdown yang ketat, dan tekanan yang dialami ekonomi di Barat, berarti kinerja ekonomi di China akan lebih baik.

Baca Juga: Sambut 2021 investor perlu mencermati sejumlah faktor ini

China akan menetapkan target pertumbuhan ekonomi rata-rata 5,7% per tahun untuk periode 2021-2025. Sementara di periode 2026-2030, target pertumbuhan ditetapkan sebesar 4,5% per tahun.

AS kemungkinan akan mengalami rebound pasca pandemi yang kuat pada tahun 2021, pertumbuhannya akan melambat menjadi 1,9% per tahun antara 2022 dan 2024, dan kemudian menjadi 1,6% setelah itu.

Jepang akan tetap menjadi ekonomi terbesar ketiga di dunia, jika produk domestik bruto dihitung dalam dolar, hingga awal 2030-an. Di masa itu, urutan ketiga akan diambil alih oleh India, dan Jepang akan tergusur ke urutan keempat. Sementara Jerman yang sebelumnya berada di posisi itu akan tergeser ke peringkat kelima.

Inggris Raya, yang saat ini merupakan ekonomi terbesar kelima menurut ukuran CEBR, akan turun ke posisi keenam mulai tahun 2024.

Namun, meskipun terpukul pada tahun 2021 karena keluarnya dari pasar tunggal Uni Eropa, PDB Inggris dalam dolar diperkirakan akan menjadi 23% lebih tinggi daripada Prancis pada tahun 2035, dibantu oleh kepemimpinan Inggris dalam ekonomi digital yang semakin penting.

Eropa menyumbang 19% dari output di 10 ekonomi global teratas pada tahun 2020 tetapi itu akan turun menjadi 12% pada tahun 2035, atau lebih rendah jika ada perpecahan sengit antara UE dan Inggris, kata CEBR.

Baca Juga: Ini yang mengganjal Erdogan untuk memiliki hubungan yang lebih mesra dengan Israel

Ia juga mengatakan bahwa dampak pandemi pada ekonomi global kemungkinan akan muncul dalam inflasi yang lebih tinggi, bukan pertumbuhan yang lebih lambat.

“Kami melihat siklus ekonomi dengan kenaikan suku bunga pada pertengahan 2020-an,” katanya, menimbulkan tantangan bagi pemerintah yang telah meminjam secara besar-besaran untuk mendanai tanggapan mereka terhadap krisis COVID-19.

“Tapi tren mendasar yang telah dipercepat hingga saat ini menuju dunia yang lebih hijau dan lebih berbasis teknologi saat kita memasuki tahun 2030-an.”

Selanjutnya: Warren Buffett tetap beri sinyal potensi kehancuran pasar saham tahun depan

 

Bagikan

Berita Terbaru

Pasar Modal Indonesia 2025 Didominasi Investor Muda dan Ritel
| Rabu, 31 Desember 2025 | 20:14 WIB

Pasar Modal Indonesia 2025 Didominasi Investor Muda dan Ritel

Hingga 24 Desember 2025, KSEI mencatat jumlah investor pasar modal telah menembus 20,32 juta Single Investor Identification (SID).

Produsen Menahan Diri, Konsumen Mulai Optimistis: Gambaran Ekonomi 2025
| Rabu, 31 Desember 2025 | 19:01 WIB

Produsen Menahan Diri, Konsumen Mulai Optimistis: Gambaran Ekonomi 2025

Ekonomi Indonesia menunjukkan dua wajah yang berbeda. Produsen mulai bersikap lebih hati-hati saat keyakinan konsumen mulai membaik.

IHSG Menguat 22,13%, Asing Net Sell Rp 17,34 Triliun Pada 2025, Prospek 2026 Membaik
| Rabu, 31 Desember 2025 | 17:27 WIB

IHSG Menguat 22,13%, Asing Net Sell Rp 17,34 Triliun Pada 2025, Prospek 2026 Membaik

IHSG menguat 22,13% di 2025, ditutup 8.646,94, didorong investor lokal. Asing net sell Rp 17,34 triliun.

Saham ESSA Terkoreksi ke Area Support, Simak Prospek ke Depan
| Rabu, 31 Desember 2025 | 15:00 WIB

Saham ESSA Terkoreksi ke Area Support, Simak Prospek ke Depan

ESSA mulai menunjukkan sinyal yang semakin konstruktif dan menarik bagi investor dengan profil risiko lebih agresif.

2025, Kesepakatan Merger Akuisisi Sektor Keuangan Indonesia Capai Rp 9,21 triliun
| Rabu, 31 Desember 2025 | 14:05 WIB

2025, Kesepakatan Merger Akuisisi Sektor Keuangan Indonesia Capai Rp 9,21 triliun

Kesepakatan merger dan akuisisi di sektor keuangan melesat 56,3% secara tahunan, di saat total aktivitas merger dan akuisisi turun

Saham-Saham Paling Cuan dan Paling Jeblok Saat IHSG Naik 22% pada 2025
| Rabu, 31 Desember 2025 | 13:50 WIB

Saham-Saham Paling Cuan dan Paling Jeblok Saat IHSG Naik 22% pada 2025

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 22,13% sepanjang tahun 2025. IHSG ditutup pada level 8.646,94 pada perdagangan terakhir.

Nilai Kesepakatan Merger dan Akuisisi di Indonesia Merosot 72,1% di 2025
| Rabu, 31 Desember 2025 | 13:01 WIB

Nilai Kesepakatan Merger dan Akuisisi di Indonesia Merosot 72,1% di 2025

Nilai kesepakatan merger dan akuisisi yang terjadi sepanjang 2025 mencapai US$ 5,3 miliar, atau setara sekitar Rp 88,46 triliun

Berhasil Breakout Resistance, Yuk Intip Prospek Saham Humpuss Maritim (HUMI)
| Rabu, 31 Desember 2025 | 13:00 WIB

Berhasil Breakout Resistance, Yuk Intip Prospek Saham Humpuss Maritim (HUMI)

Kombinasi pola pergerakan harga, indikator teknikal, serta strategi manajemen risiko menjadi faktor kunci yang kini diperhatikan pelaku pasar.

Pendapatan Ritel Diproyeksi Tumbuh 8,7% di Tahun 2026
| Rabu, 31 Desember 2025 | 11:00 WIB

Pendapatan Ritel Diproyeksi Tumbuh 8,7% di Tahun 2026

Fokus pemerintah pada belanja sosial, program gizi, serta stabilisasi harga kebutuhan pokok diyakini dapat memperbaiki likuiditas masyarakat.

Perketat Peredaran Minuman Beralkohol
| Rabu, 31 Desember 2025 | 09:01 WIB

Perketat Peredaran Minuman Beralkohol

Kebijakan ini tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 89 Tahun 2025                   

INDEKS BERITA

Terpopuler