Parlemen Tidak Sepakati Perubahan Alokasi, Nasib Paket Stimulus Tidak Jelas

Jumat, 25 Desember 2020 | 07:55 WIB
Parlemen Tidak Sepakati Perubahan Alokasi, Nasib Paket Stimulus Tidak Jelas
[ILUSTRASI. Ketua DPR AS Nancy Pelosi berbicara kepada wartawan tentang kesepakatan paket bantuan penyakit virus corona (COVID-19) di Capitol Hill, Washington, D.C., Amerika Serikat, Minggu (20/12/2020). REUTERS/Ken Cedeno]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON – Para anggota parlemen Amerika Serikat (AS), Kamis (24/12), gagal mencapai kata sepakat atas usulan perubahan alokasi bantuan virus korona senilai $ 2,3 triliun dan paket pengeluaran pemerintah. Penyaluran bantuan bagi jutaan orang di Negeri Paman Sam pun terancam.

Anggota parlemen dari Partai Demokrat ingin meningkatkan nilai bantuan tunai menjadi US$ 2.000 per orang, dari US$ 600. Niat ini, sejatinya merupakan permintaan Presiden Donald Trump. Namun keinginan meningkatkan nilai bantuan tunai itu tidak mendapat dukungan dari Partai Republik, yang merupakan partai penyokong Trump.

Baca Juga: Wall Street berseri sambut Natal, ditambah harapan stimulus dan kesepakatan Brexit

Partai Republik mengagendakan perubahan jumlah bantuan luar negeri yang termasuk dalam paket itu. Usul ini juga datang dari Presiden Trump. Namun, perubahan alokasi bantuan luar negeri ini ditentang oleh anggota parlemen dari kubu Demokrat.

Menghadapi situasi buntu, ketua dewan perwakilan Nancy Pelosi, menyatakan, majelis akan mengadakan pemungutan suara pada Senin.

Baca Juga: Ini yang bakal terjadi pekan depan andai pemerintahan AS shutdown

Hiruk pikuk di gedung parlemen AS menjelang Natal, tidak menghentikan kebuntuan yang mengancam bantuan yang sangat dibutuhkan bagi jutaan penduduk AS. Sidang parlemen, kemarin, juga tidak meredakan ancaman shutdown yang membayangi roda pemerintahan di  AS di saat upaya vaksinasi virus corona bergulir.

"Betapa ironisnya menutup pemerintah federal pada saat krisis pandemi, saat layanan pemerintah paling dibutuhkan," kata Pemimpin Partai Demokrat Steny Hoyer pada konferensi pers.

Kubu Demokrat ingin mengubah nilai bantuan tunai karena menilai paket bantuan senilai US$ 892 miliar tidak cukup besar untuk mengatasi pandemi yang telah menewaskan hampir 320.000 orang AS. Anggota parlemen dari Demokrat pun menyambut seruan Trump untuk penyaluran stimulus yang lebih besar.

Partai Republik menentang pembayaran langsung yang lebih besar selama negosiasi karena mereka berusaha menjaga label harga keseluruhan dari bantuan virus corona di bawah $ 1 triliun.

Gedung Putih tidak segera menanggapi permintaan komentar. Trump berada di Florida, tempat dia dijadwalkan bermain golf pada Kamis. Rancangan undang-undang paket stimulus dan bantuan setebal 5.500 halaman membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk dinegosiasikan dan didukung oleh administrasi Trump. Tanpa perubahan apa pun, tidak jelas apakah Trump akan menandatangani paket itu menjadi undang-undang atau menunggu untuk tindakan lebih lanjut.

Tanpa tanda tangannya, tunjangan pengangguran bagi mereka yang dipecat karena pandemi akan berakhir segera setelah hari Sabtu. Konsekuensi lain yang tak kalah serius adalah Pemerintah AS harus menutup, alias shutdown, sebagian kegiatannya mulai hari Selasa.

Baca Juga: Biden: Trump harus menyalahkan Rusia atas serangan dunia maya di AS

Pemimpin Partai Republik Kevin McCarthy, Kamis, mengatakan, Demokrat harus bersedia menangani bantuan asing dan elemen lain dari RUU yang selama ini dicemooh kubu biru sebagai pengeluaran yang boros. "DPR Demokrat tampaknya menderita pemeriksaan selektif," tulisnya dalam sebuah surat kepada anggota DPR Republik lainnya.

Kongres dapat tetap menjalankan operasi dengan mengesahkan RUU pendanaan sementara sebelum tengah malam pada hari Senin. Untuk berhasil melakukan itu, anggota parlemen akan membutuhkan kerja sama Trump, yang akan berakhir masa jabatannya pada 20 Januari 2021 mendatang.

Selanjutnya: Pemerintah jamin stok bahan pokok untuk Natal dan Tahun Baru aman

 

 

Bagikan

Berita Terbaru

PP Pesisi (PPRE) Memperkuat Segmen Bisnis Pertambangan
| Rabu, 22 Oktober 2025 | 08:00 WIB

PP Pesisi (PPRE) Memperkuat Segmen Bisnis Pertambangan

Diversifikasi usaha PPRE kini terfokus pada jasa pertambangan, yang telah menjadi penyumbang dominan terhadap pendapatan konsolidasi perusahaan

Pemerintah Pangkas Tarif Tiket Pesawat saat Nataru
| Rabu, 22 Oktober 2025 | 07:46 WIB

Pemerintah Pangkas Tarif Tiket Pesawat saat Nataru

Diskon tarif pesawat berlaku spesifik untuk tiket domestik kelas ekonomi untuk periode penerbangan 22 Desember 2025 hingga 10 Januari 2026.

Bisnis Petikemas Entitas Grup Pelindo Tumbuh 15%
| Rabu, 22 Oktober 2025 | 07:45 WIB

Bisnis Petikemas Entitas Grup Pelindo Tumbuh 15%

Pertumbuhan ini menunjukkan peningkatan arus petikemas yang konsisten dari tahun ke tahun di seluruh lini operasi perusahaan.

Danantara Siap Merampingkan Jumlah BUMN
| Rabu, 22 Oktober 2025 | 07:43 WIB

Danantara Siap Merampingkan Jumlah BUMN

Danantara menargetkan pemangkasan jumlah BUMN dari ribuan entitas saat ini menjadi hanya ratusan dalam lima tahun ke depan.  

Ini Penyebab Trafik  21 Jalan Tol Sepi
| Rabu, 22 Oktober 2025 | 07:41 WIB

Ini Penyebab Trafik 21 Jalan Tol Sepi

Kementerian Pekerjaan Umum (PU) mengumumkan  terdapat 21 ruas tol yang masih sepi dengan trafik di bawah 50% dari target dalam PPJT

 Ramai-Ramai Mengawal Program Makan Bergizi
| Rabu, 22 Oktober 2025 | 07:38 WIB

Ramai-Ramai Mengawal Program Makan Bergizi

Pemerintah akan merilis aturan tata kelola makan bergizi gratis yang melibatkan sejumlah instansi agar serapan anggaran optimal

Freeport akan Beli Konsentrat Tembaga dari Tambang Lain
| Rabu, 22 Oktober 2025 | 07:33 WIB

Freeport akan Beli Konsentrat Tembaga dari Tambang Lain

Saat ini produksi tambang Freeport sudah dihentikan sementara, kurang lebih satu bulan, sebagai imbas dari insiden longsor.

Sumber Global Energy (SGER) Menjajaki Bisnis Smelter Nikel
| Rabu, 22 Oktober 2025 | 07:30 WIB

Sumber Global Energy (SGER) Menjajaki Bisnis Smelter Nikel

Saat ini, SGER terus melakukan diversifikasi bisnis dengan menjajaki peluang di sektor smelter nikel dengan salah satu smelter di Indonesia

PANR Catat Kenaikan Permintaan Pariwisata
| Rabu, 22 Oktober 2025 | 07:30 WIB

PANR Catat Kenaikan Permintaan Pariwisata

Pertumbuhan ini merupakan hasil dari partisipasi Panorama dalam sejumlah pameran pariwisata seperti WITF dan ITB Asia 2025 di Singapura.

Proyek DME Terganjal Keekonomian
| Rabu, 22 Oktober 2025 | 07:26 WIB

Proyek DME Terganjal Keekonomian

Hanya saja, proyek hilirisasi DME ini sepi peminat. Tak banyak investor yang melirik lantaran biaya mahal

INDEKS BERITA

Terpopuler