Pasar Obligasi Kuartal II Bakal Tetap Cerah

Senin, 01 April 2019 | 06:51 WIB
Pasar Obligasi Kuartal II Bakal Tetap Cerah
[]
Reporter: Dimas Andi | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Para analis memperkirakan pasar obligasi Indonesia akan melanjutkan tren positif pada kuartal kedua ini. Tetapi, mereka juga memprediksi pertumbuhannya belum maksimal.

Salah satu alasannya, kuartal ini ada kemungkinan bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve masih mempertahankan bunga di level saat ini. Padahal, The Fed berulang-ulang menunjukkan sikap dovish terhadap bunga.

Pasar obligasi kemungkinan baru bisa reli secara maksimal di semester kedua. "Sebab ada potensi suku bunga acuan benar-benar turun," ujar Research Analyst Capital Asset Management Desmon Silitonga, Jumat (29/3).

Senada, Rio Ariansyah, Senior VP & Head of Investment Recapital Asset Management melihat, potensi penurunan yield SUN sepanjang kuartal kedua sangat terbuka. Namun, para investor bakal wait and see menjelang pemilu April ini. "Yield SUN saat pemilu cenderung bergerak volatil, tapi tetap dalam kisaran level yang terbatas," jelas Rio, akhir pekan lalu.

Walau begitu, Desmon berpendapat, sentimen pemilu secara umum tidak berdampak signifikan terhadap kondisi pasar obligasi Indonesia. Menurut dia, pasar obligasi Indonesia justru lebih dipengaruhi oleh efek upaya pemerintah dalam menjaga defisit transaksi berjalan Indonesia tidak semakin melebar.

Di samping itu, para pelaku pasar juga masih menanti kepastian soal hasil negosiasi dagang antara AS dan China. Jika proses negosiasi cenderung berlarut-larut, ujung-ujungnya eskalasi perang dagang berpotensi meningkat, sehingga merugikan pasar obligasi dalam negeri.

Dari situ Desmon menilai, masih agak sulit bagi yield surat utang negara (SUN) seri acuan 10 tahun bisa kembali turun dan menembus ke bawah 7,5% pada kuartal kedua tahun ini. Sebagai catatan, Jumat lalu, yield SUN seri acuan tenor 10 tahun berada di level 7,60% atau turun 34 basis poin (bps) dibandingkan posisi di akhir tahun lalu.

Tenor panjang

Meski masih dibayangi tekanan, para analis menilai bahwa investasi obligasi di kuartal kedua memiliki prospek yang cerah. Menurut Desmon, seiring penurunan yield SUN sejak awal tahun akibat meredanya risiko global, para investor tampak memperbanyak SUN bertenor panjang,

Maklumlah, seri tenor panjang menawarkan yield yang lebih tinggi sekaligus potensi kenaikan harga yang lebih optimal. Harga obligasi tenor panjang cenderung lebih volatil. "Kecenderungan investor untuk memperpanjang durasi obligasi sudah terlihat dari beberapa lelang SUN terakhir," kata Desmon.

Sementara Rio menyarankan investor agar tetap melakukan diversifikasi portofolio sekalipun kondisi pasar sudah jauh lebih baik ketimbang tahun lalu. Dengan begitu, investor diharapkan tak hanya fokus pada satu tenor obligasi tertentu saja.

Bagikan

Berita Terbaru

Valuasi IPO CBDK Dinilai Menarik, Begini Analisisnya
| Senin, 23 Desember 2024 | 15:51 WIB

Valuasi IPO CBDK Dinilai Menarik, Begini Analisisnya

CBDK meminta harga IPO 19x-26x P/E sepanjang tahun 2025, lebih tinggi dibandingkan perusahaan sejenis di sektornya yang hanya 6x-9x P/E.

Mediasi Diperpanjang, Gugatan 40 Nasabah Mirae Senilai Rp 8,17 Triliun Masih Bergulir
| Senin, 23 Desember 2024 | 14:21 WIB

Mediasi Diperpanjang, Gugatan 40 Nasabah Mirae Senilai Rp 8,17 Triliun Masih Bergulir

Mirae Asset minta waktu hingga 16 Januari 2025 untuk memberikan tanggapan karena proposal penggugat harus dirapatkan melibatkan seluruh direksi.

Pilihan Saham Big Caps Menarik Untuk Investasi Jangka Panjang
| Senin, 23 Desember 2024 | 13:58 WIB

Pilihan Saham Big Caps Menarik Untuk Investasi Jangka Panjang

Saham-saham dengan kapitalisasi pasar atau market capitalization (market cap) besar tak melulu jadi pilihan tepat untuk investasi jangka panjang.

Harga Saham Provident (PALM) Menguat, Aksi Borong Dua Pemegang Picu Lonjakan Harga
| Senin, 23 Desember 2024 | 09:00 WIB

Harga Saham Provident (PALM) Menguat, Aksi Borong Dua Pemegang Picu Lonjakan Harga

PALM mencetak laba bersih Rp 464,63 miliar di Januari-September 2024, dibandingkan periode sebelumnya rugi bersih sebesar Rp 1,94 triliun.

Sektor Bisnis yang Mendorong Perekonomian Domestik
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:52 WIB

Sektor Bisnis yang Mendorong Perekonomian Domestik

Sejumlah sektor usaha dinilai masih prospektif dan berpotensi sebagai motor penggerak ekonomi Indonesia ke depan, setidaknya dalam jangka menengah

Modal Cekak Pemerintah Mengerek Pertumbuhan Ekonomi 2025
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:47 WIB

Modal Cekak Pemerintah Mengerek Pertumbuhan Ekonomi 2025

Tantangan pemerintah Indonesia untuk memacu perekonomian semakin berat pada tahun depan, termasuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8%

Insentif Pajak Mobil Hybrid Dorong Sektor Otomotif, Saham ASII Jadi Unggulan
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:36 WIB

Insentif Pajak Mobil Hybrid Dorong Sektor Otomotif, Saham ASII Jadi Unggulan

Bila mendapatkan insentif pajak, maka PPnBM untuk kendaraan hybrid akan dibanderol sebesar 3% hingga 4%.

Rekomendasi Saham Emiten Barang Konsumsi yang Masih Dibayangi Tekanan Daya Beli
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:35 WIB

Rekomendasi Saham Emiten Barang Konsumsi yang Masih Dibayangi Tekanan Daya Beli

Miten yang bergerak di bisnis barang konsumsi dibayangi sentimen kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12%.

Peluang Tipis IHSG Menguat di Pengujung Tahun
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:25 WIB

Peluang Tipis IHSG Menguat di Pengujung Tahun

Sudah tidak banyak lagi ruang bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk menguat di sisa tahun ini. 

Pemerintah Tebar Insentif Kepabeanan Rp 33 Triliun
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:15 WIB

Pemerintah Tebar Insentif Kepabeanan Rp 33 Triliun

Insentif yang dimaksud, antara lain berupa insentif kawasan berikat, penanaman modal, serta kebutuhan pertahanan dan keamanan.

INDEKS BERITA

Terpopuler