Pasar Obligasi Positif, Terdorong Sinyal Penurunan Suku Bunga The Fed

Jumat, 12 Juli 2019 | 07:04 WIB
Pasar Obligasi Positif, Terdorong Sinyal Penurunan Suku Bunga The Fed
[]
Reporter: Dimas Andi | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar obligasi Indonesia kian cerah seiring menguatnya sinyal penurunan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) oleh The Federal Reserves. Berkat sentimen tersebut, yield surat utang negara (SUN) kembali turun.

Kemarin, yield SUN seri FR0078, yang merupakan SUN acuan tenor 10 tahun, berada di level 7,197%. Artinya, terjadi penurunan 12 bps ketimbang hari sebelumnya.

Tren penurunan yield ini berkat testimoni Gubernur The Fed Jerome Powell yang menyebut bank sentral AS tersebut berpeluang memangkas suku bunga acuan di rapat bulan ini. Ini tak lepas dari ketidakpastian global yang turut menekan ekonomi Negeri Paman Sam.

Head of Research & Consulting Service Infovesta Utama Edbert Suryajaya mengatakan, pernyataan The Fed yang dovish menguntungkan pasar obligasi domestik. Jika suku bunga acuan AS benar-benar turun, hal ini bakal memberi stimulus bagi pasar obligasi dalam negeri.

Hitungan Head of Economic & Research UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja, jika The Fed memangkas suku bunga acuan AS 50 bps, yield FR0078 bisa turun hingga 6,75% pada akhir tahun nanti.

Namun yield FR0078 sulit turun hingga 6,5% seperti yang terjadi di awal 2018 lalu. Mengingat kondisi fundamental ekonomi Indonesia sudah mengalami perbedaan yang cukup signifikan. "Defisit transaksi berjalan Indonesia harus ditekan kalau ingin yield SUN turun lebih dalam," kata Enrico, kemarin.

Kendati demikian, hal itu bukan sesuatu yang buruk. Pasalnya, di saat yang sama yield US Treasury juga dipastikan bakal turun ketika The Fed memangkas suku bunga acuan.

Belum lagi, tingkat inflasi tahunan Indonesia masih stabil di kisaran 3,5%. "Real interest rate Indonesia masih sangat menarik," kata Enrico.

Fundamental ekonomi

Berkat keunggulan tersebut, pasar obligasi Indonesia tetap berpotensi dibanjiri permintaan. Tambah lagi, peluang BI untuk menurunkan BI 7-day repo rate (BI 7-DRR) juga bisa menjadi tambahan tenaga bagi pasar obligasi. "Potensi menipisnya spread yield SUN dengan US Treasury cukup terbuka kalau BI menurunkan suku bunga acuan," kata Edbert.

Namun, dia berharap BI tidak mendahului The Fed menurunkan suku bunga. Dus, momentum positif di pasar obligasi tetap terjaga.

Pada dasarnya, BI tetap harus memastikan rupiah beserta data fundamental ekonomi dalam negeri stabil sebelum memangkas BI 7-DRR. Ditambah lagi, ancaman global bisa datang tiba-tiba seiring belum usainya perang dagang.

Apabila pemangkasan suku bunga acuan dilakukan ketika kondisi ekonomi dalam negeri kurang mendukung, dikhawatirkan akan terjadi capital outflow dari pasar obligasi.

Padahal di saat yang sama, kepemilikan asing di surat berharga negara (SBN) tembus Rp 1.000 triliun. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR), porsi asing di SBN mencapai Rp 1.000,23 triliun per 10 Juli lalu.

Bagikan

Berita Terbaru

Paus dan Trump
| Minggu, 18 Mei 2025 | 05:05 WIB

Paus dan Trump

​Presiden Amerika Donald Trump langsung mengungkapkan keinginan untuk segera bertemu dengan Paus Leo XIV. 

IHSG Menguat 4% Sepekan, Intip Saham-Saham Paling Jawara Periode 14-16 Mei 2025
| Minggu, 18 Mei 2025 | 05:00 WIB

IHSG Menguat 4% Sepekan, Intip Saham-Saham Paling Jawara Periode 14-16 Mei 2025

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melonjak 4,01% dalam tiga hari perdagangan sepekan periode 14-16 Mei 2025.

Bermain Biar Masa Dewasa Tetap Bahagia
| Minggu, 18 Mei 2025 | 04:50 WIB

Bermain Biar Masa Dewasa Tetap Bahagia

Melestarikan permainan tradisional menjadi alasan komunitas bermain kini bermunculan. Selain dapat kegembiraan dari bermain juga bikin sehat.

 
Meneropong Strategi Baru Peritel Biar Efisien dan Resilien
| Minggu, 18 Mei 2025 | 04:30 WIB

Meneropong Strategi Baru Peritel Biar Efisien dan Resilien

Operasional gerai yang lebih efisien menjadi kunci sektor ritel tetap bertumbuh. Namun, sejumlah tantangan menanti di depan mata. 

 
CEO Generali Indonesia Rebecca Tan: Misi Menjadi Teman Bagi Nasabah
| Sabtu, 17 Mei 2025 | 11:29 WIB

CEO Generali Indonesia Rebecca Tan: Misi Menjadi Teman Bagi Nasabah

Melihat perjalanan karier Rebecca Tan di industri keuangan hingga menjadi Presiden Direktur Generali Indonesia

Terdorong Sentimen Kesepakatan AS-China, IHSG Menguat Dalam Sepekan
| Sabtu, 17 Mei 2025 | 09:38 WIB

Terdorong Sentimen Kesepakatan AS-China, IHSG Menguat Dalam Sepekan

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,94% pada Jumat (16/5). Dalam sepekan, IHSG mengakumulasi kenaikan 2,60%.​

Pembukaan Hutan untuk Ketahanan Pangan Bertahap
| Sabtu, 17 Mei 2025 | 09:28 WIB

Pembukaan Hutan untuk Ketahanan Pangan Bertahap

Kementerian Kehutanan menegaskan rencana pembukaan 20,6 juta hektare (ha) lahan untuk proyek ketahanan pangan tidak akan dilakukan sekaligus

Kartu Prakerja Tunggu Peralihan ke Kemnaker
| Sabtu, 17 Mei 2025 | 09:23 WIB

Kartu Prakerja Tunggu Peralihan ke Kemnaker

Pemerintah akan mengalihkan Program Kartu Prakerja ke Kementerian Ketenagkerjaan dari sebelumnya di bawah Kemko Perekonomian

Setoran PNBP SDA Juga Masih Rentan
| Sabtu, 17 Mei 2025 | 09:03 WIB

Setoran PNBP SDA Juga Masih Rentan

PNBP SDA akan dipengaruhi oleh beberapa faktur, termasuk realisasi lifting migas dan pergerakan nilai tukar

Profit 27,7% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Ambleg (17 Mei 2025)
| Sabtu, 17 Mei 2025 | 09:00 WIB

Profit 27,7% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Ambleg (17 Mei 2025)

Harga emas Antam hari ini (17 Mei 2025) 1 gram Rp 1.871.000. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 27,7% jika menjual hari ini.

INDEKS BERITA

Terpopuler