Pasar Wait & See Menjelang Pelantikan Presiden, Kurs Rupiah Hari Ini Melemah Tipis

Rabu, 16 Oktober 2019 | 23:01 WIB
Pasar Wait & See Menjelang Pelantikan Presiden, Kurs Rupiah Hari Ini Melemah Tipis
[ILUSTRASI. Petugas merapikan mata uang rupiah di sebuah bank di Jakarta, Rabu (4/7).]
Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hubungan dagang Amerika Serikat (AS) dan China yang kembali memanas masih memberi tekanan terhadap rupiah. Kurs rupiah hari ini melanjutkan pelemahan terhadap dolar AS.

Berdasarkan data Bloomberg, kurs rupiah hari ini melemah tipis 0,04% ke posisi Rp 14.172 per dolar AS. Koreksi cukup dalam terjadi pada kurs tengah BI yang berada di level Rp 14.187 per dolar AS atau melemah 0,33%.

Analis Monex Investindo Futures Ahmad Yudiawan menilai, pelemahan kurs rupiah hari ini masih dari pengaruh hubungan dagang AS dan China yang kembali memanas, setelah akhir pekan lalu disebut-sebut ada kesepakatan.

Baca Juga: Efek Hubungan Dagang AS-China Masih Kuat, Kurs Rupiah Hari Ini Lemah Lagi

Isu terbaru yang memengaruhi pergerakan mata uang garuda adalah RUU Hak Asasi Manusia dan Demokrasi Hong Kong. “Sepertinya AS akan melakukan intervensi dan ini menjadi kekhawatiran baru pasar,” ujar Yudi.

Selain itu, Yudi berpendapat, ada sentimen dari Brexit yang masih belum pasti. Ada tarik ulur untuk mencapai kesepakatan Inggris keluar dari Uni Eropa dan itu masih berlangsung cukup lama.

Sebab, Yudi bilang, ada penolakan Brexit dari Partai Demokratik Irlandia Utara. “Ini masih akan menjadi berita hangat, antara iya dan tidak untuk kesepakatan Brexit antara Inggris dan Uni Eropa,” katanya.

Baca Juga: Rupiah ditutup melemah tipis 0,04% ke Rp 14.172 per dolar AS

Dari dalam negeri, Yudi melihat, masih ada penantian pasar terhadap kabinet baru Presiden Joko Widodo. Menjelang pelantikan, pasar ingin melihat susunan kabinet anyar, apakah sesuai ekspetasi atau tidak.

Sependapat, Ekonom Bank Mandiri Reny Eka Putri menyebutkan, saat ini pelaku pasar sedang wait and see menjelang pelantikan Presiden. Hanya, pelaku pasar sekarang lebih memilih untuk memegang dolar AS.

Reny mengatakan, sentimen koreksi rupiah hari ini juga datang data neraca perdagangan yang mengalami defisit sebesar US$ 161 juta. Ini berbeda dengan ekspektasi pasar yang mengira akan terjadi surplus.

“Ekspetasinya surplus di US$ 124 juta tapi ternyata realisasinya malah defisit, sehingga jadi sentimen negatif di market,” jelas Reny.

Alhasil, dengan kondisi saat ini, Reny mengungkapkan, investor memang lebih memilih dolar AS lantaran merupakan aset safe haven. Apalagi, di tengah perlambatan perekonomian global.

Baca Juga: Rupiah terkoreksi tipis 0,04% pada penutupan perdagangan, ini pendapat analis

Terlebih, AS sedang terjadi earning season dengan ekspektasi beberapa perusahaan di negeri uak Sam mengalami peningkatan pada kuartal III 2019. Data empire state manufacturing yang bagus, ada di level 4, juga membuat dollar AS lebih diminati.

Menurutnya, data tersebut merupakan salah satu indikator yang pasar perhatikan terkait sektor industri. “Level empat ini menandakan lebih baik dari bulan sebelumnya karena prediksinya cuma di level satu,” ungkap Reny.

Dengan beberapa sentimen tersebut, Reny dan Yudi melihat, mata uang garuda masih akan terkoreksi esok hari. Reny menebak rupiah berada di rentang Rp 14.147-Rp 14.198. Sedang Yudi memproyeksikan, ada di kisaran Rp 14.135-Rp 14.230.

Bagikan

Berita Terbaru

Kasus Pajak
| Kamis, 27 November 2025 | 07:05 WIB

Kasus Pajak

Jadi pekerjaan rumah pemerintah untuk terus meningkatkan kepatuhan pajak masyarakat ditengah marak kasus korupsi pajak.

Mengukur Kerugian Akuisisi di Kasus ASDP
| Kamis, 27 November 2025 | 07:00 WIB

Mengukur Kerugian Akuisisi di Kasus ASDP

Kasus korupsi di ASDP yang melibatkan para mantan petinggi BUMN ini merupakan ujian integritas dan kualitas pengambilan keputusan.​

Harga Saham DNAR Lompat Kodok, Begini Kata Direktur OK Bank Soal Upaya Mengerek Modal
| Kamis, 27 November 2025 | 06:57 WIB

Harga Saham DNAR Lompat Kodok, Begini Kata Direktur OK Bank Soal Upaya Mengerek Modal

Lonjakan harga saham PT Bank Oke Indonesia Tbk (DNAR) seiring rencana OJK mengubah aturan permodalan bank umum.

Tekanan Jual Saham Mantan MSCI Mulai Mereda
| Kamis, 27 November 2025 | 06:57 WIB

Tekanan Jual Saham Mantan MSCI Mulai Mereda

Setelah aksi jual mulai reda, analis menilai terdapat peluang rebound di saham-saham yang keluar dari MSCI

HAIS Membidik Pendapatan Tumbuh 5%
| Kamis, 27 November 2025 | 06:54 WIB

HAIS Membidik Pendapatan Tumbuh 5%

Emiten jasa angkut pelayaran ini optimistis, permintaan dari pelanggan dan utilitas armada masih cenderung stabil.

Rupiah Terpengaruh Sentimen Eksternal pada Rabu (26/11)
| Kamis, 27 November 2025 | 06:30 WIB

Rupiah Terpengaruh Sentimen Eksternal pada Rabu (26/11)

Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot turun 0,04% secara harian ke Rp 16.664 per dolar AS. 

Merger Batal, Bank MNC dan Bank Nobu Didorong Tambah Modal
| Kamis, 27 November 2025 | 06:20 WIB

Merger Batal, Bank MNC dan Bank Nobu Didorong Tambah Modal

Merger antara Bank Nobu dan Bank MNC yang sempat diharapkan jadi konsolidasi sukarela percontohan di Tanah Air resmi batal. ​

Investor Institusi Domestik Mulai Melirik Investasi di Aset Digital
| Kamis, 27 November 2025 | 06:15 WIB

Investor Institusi Domestik Mulai Melirik Investasi di Aset Digital

Indonesia berada di posisi ke-7 setelah India, Amerika Serikat, Pakistan, Vietnam, Brasil, dan Nigeria dalam adopsi kripto institusional. 

Transaksi Valas Naik Jelang Akhir Tahun
| Kamis, 27 November 2025 | 06:15 WIB

Transaksi Valas Naik Jelang Akhir Tahun

Transaksi valas jelang akhir tahun naik dipicu tingginya kebutuhan masyarakat untuk berlibur ke luar negeri serta permintaan dari pelaku usaha 

Peta Persaingan Bank Digital Berpotensi Berubah
| Kamis, 27 November 2025 | 06:05 WIB

Peta Persaingan Bank Digital Berpotensi Berubah

Wacana merger dua ekosistem besar seperti GOTO dan Grab menyisakan pertanyaan mengenai nasib bank digital di belakangnya.​

INDEKS BERITA

Terpopuler