Pasokan Berkurang, Harga SBN Diharapkan Kembali Meningkat

Jumat, 08 Juli 2022 | 04:45 WIB
Pasokan Berkurang, Harga SBN Diharapkan Kembali Meningkat
[]
Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Baru berjalan tujuh bulan, pemerintah membuat keputusan baru dengan menurunkan target penerbitan surat utang berharga (SBN). Ini tertuang Peraturan Presiden No 98/2022. 

Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan, target penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) pada tahun ini dipangkas Rp 30 triliun jadi Rp 961 triliun. Pemerintah juga menurunkan pembiayaan utang hingga Rp 216 triliun menjadi Rp 757 triliun. 

Direktur Manulife Asset Manajemen Indonesia Ezra Nazula menilai, seiring dengan turunnya pasokan SBN melalui lelang, seharusnya akan memberikan dampak positif terhadap pasar obligasi. Ini menandakan jika pemerintah merasa nyaman dengan penerimaan pajak dan dampak kenaikan harga komoditas. Alhasil, pemerintah tidak harus aktif menerbitkan SBN di pasar perdana.

Baca Juga: Terkait Dampak Pelemahan Rupiah ke APBN, Begini Respons Ketua Banggar DPR

Fixed Income Portfolio Manager Sucorinvest Asset Management Gama Yuki juga menilai keputusan tersebut berpotensi memberi imbas positif pada harga obligasi dalam negeri. Pasalnya, saat ini pasar obligasi masih dibayang-bayangi dengan kenaikan bunga The Fed serta ada risiko terjadinya resesi di Amerika Serikat. 

Ini membuat yield SBN acuan 10 tahun masih cenderung volatil belakangan ini. "Dengan adanya kebijakan pemerintah ini, diharapkan yield obligasi dalam negeri lebih terjaga pergerakannya," ujar Gama, Kamis (7/7).

Pengurangan pasokan SBN bisa membuat investor asing lebih percaya dan tidak takut masuk ke dalam pasar obligasi domestik. "Hanya saja, kondisinya saat ini investor masih menunggu arah The Fed pada pertemuan berikutnya. Ini untuk mengetahui seberapa besar magnitude kenaikan suku bunga dan arah The Fed," ujar Ezra.

Investor juga menanti kapan Bank Indonesia menaikkan suku bunga. Jika ada kejelasan soal suu bunga, Ezra meyakini pasar obligasi dapat bergairah dan yield SUN acuan 10 tahun turun kembali ke arah 7%, atau bahkan di bawah itu. Kemarin (7/7), yield SUN acuan tenor 10 tahun masih sebesar 7,25%. 

Dengan penurunan jumlah SUN di pasar perdana, MAMI akan lebih aktif mengelola portofolio. "Strategi aktif yang dimaksud adalah dengan mencari tenor dan seri yang memberikan value menarik," jelas Ezra. Selain itu, dia akan aktif menyesuaikan portofolio, sesuai kondisi ekonomi domestik dan global.

Bagi reksadana pendapatan tetap, Gama menilai, kinerjanya masih akan volatil dalam jangka pendek. Namun jangka panjang masih positif karena ada pembayaran kupon. 

Baca Juga: Lelang Sepi Peminat, Investor Menanti BI Menaikkan Bunga

Sucorinvest AM memakai strategi lebih defensif dengan memilih obligasi tenor pendek. Sucorinvest juga akan banyak investasi di obligasi korporasi yang memberikan yield lebih menarik serta tidak bergerak volatil.

Bagikan

Berita Terbaru

Penurunan Cadangan Devisa Paling Tajam Kedua Dalam 5 Tahun Terakhir
| Jumat, 09 Mei 2025 | 14:40 WIB

Penurunan Cadangan Devisa Paling Tajam Kedua Dalam 5 Tahun Terakhir

Cadangan devisa ambles US$ 4,6 miliar dibanding posisi pada akhir bulan sebelumnya yang tercatat sebesar US$ 157,1 miliar.

Profit 35,91% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Ambles Dalam (9 Mei 2025)
| Jumat, 09 Mei 2025 | 09:20 WIB

Profit 35,91% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Ambles Dalam (9 Mei 2025)

Harga emas Antam hari ini (9 Mei 2025) 1 gram Rp 1.926.000. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 35,91% jika menjual hari ini.

Permintaan Semen Lebih Sepi, Penjualan INTP Tertekan
| Jumat, 09 Mei 2025 | 07:35 WIB

Permintaan Semen Lebih Sepi, Penjualan INTP Tertekan

Penjualan semen INTP di pasar domestik turun 4,2% year on year (yoy) menjadi 4,29 juta ton pada kuartal I-2025

Bursa Hadirkan Penyedia Likuiditas
| Jumat, 09 Mei 2025 | 07:32 WIB

Bursa Hadirkan Penyedia Likuiditas

Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi membuka pendaftaran bagi anggota bursa (AB) yang berminat menjadi Liquidity Provider Saham. 

Pleidoi Kedaulatan Keuangan Kita
| Jumat, 09 Mei 2025 | 07:11 WIB

Pleidoi Kedaulatan Keuangan Kita

Dalam dunia yang saling terhubung saat ini, menegaskan kedaulatan tidak berarti mundur dari kerja sama global.

Sederet Investor Asing yang Borong Saham GOTO di Tengah Rumor Akuisisi oleh Grab
| Jumat, 09 Mei 2025 | 06:59 WIB

Sederet Investor Asing yang Borong Saham GOTO di Tengah Rumor Akuisisi oleh Grab

Rumor merger dan akuisisi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) oleh Grab telah berembus, setidaknya sejak Februari 2020.

Inklusi dan Literasi
| Jumat, 09 Mei 2025 | 06:55 WIB

Inklusi dan Literasi

Gap antara literasi dan inklusi harus terus diperkecil agar tercipta pasar keuangan yang benar-benar berkualitas.

Pemerintah Kerja Berat Kejar Target PNBP
| Jumat, 09 Mei 2025 | 06:28 WIB

Pemerintah Kerja Berat Kejar Target PNBP

Kinerja PNBP yang terkontraksi di awl tahun ini dan potensi kehilangan penerimaan negara daridividen BUMN memperbear pencapaian target PNBP 2025

Masih Ada Risiko  Tekanan Cadangan Devisa
| Jumat, 09 Mei 2025 | 06:24 WIB

Masih Ada Risiko Tekanan Cadangan Devisa

Bank Indonesia (BI) mencatat, posisi cadangan devisa akhir April 2025 turun US$ 4,6 miliar menjadi US$ 152,5 miliar

Awas! Danantara Salah Langkah, Rating Utang Ambles
| Jumat, 09 Mei 2025 | 06:13 WIB

Awas! Danantara Salah Langkah, Rating Utang Ambles

Jika tidak dikelola secara hati-hati, Danantara kelak bisa menjadi sumber risiko besar bagi keuangan negara

INDEKS BERITA

Terpopuler