KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Baru berjalan tujuh bulan, pemerintah membuat keputusan baru dengan menurunkan target penerbitan surat utang berharga (SBN). Ini tertuang Peraturan Presiden No 98/2022.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan, target penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) pada tahun ini dipangkas Rp 30 triliun jadi Rp 961 triliun. Pemerintah juga menurunkan pembiayaan utang hingga Rp 216 triliun menjadi Rp 757 triliun.
Direktur Manulife Asset Manajemen Indonesia Ezra Nazula menilai, seiring dengan turunnya pasokan SBN melalui lelang, seharusnya akan memberikan dampak positif terhadap pasar obligasi. Ini menandakan jika pemerintah merasa nyaman dengan penerimaan pajak dan dampak kenaikan harga komoditas. Alhasil, pemerintah tidak harus aktif menerbitkan SBN di pasar perdana.
Baca Juga: Terkait Dampak Pelemahan Rupiah ke APBN, Begini Respons Ketua Banggar DPR
Fixed Income Portfolio Manager Sucorinvest Asset Management Gama Yuki juga menilai keputusan tersebut berpotensi memberi imbas positif pada harga obligasi dalam negeri. Pasalnya, saat ini pasar obligasi masih dibayang-bayangi dengan kenaikan bunga The Fed serta ada risiko terjadinya resesi di Amerika Serikat.
Ini membuat yield SBN acuan 10 tahun masih cenderung volatil belakangan ini. "Dengan adanya kebijakan pemerintah ini, diharapkan yield obligasi dalam negeri lebih terjaga pergerakannya," ujar Gama, Kamis (7/7).
Pengurangan pasokan SBN bisa membuat investor asing lebih percaya dan tidak takut masuk ke dalam pasar obligasi domestik. "Hanya saja, kondisinya saat ini investor masih menunggu arah The Fed pada pertemuan berikutnya. Ini untuk mengetahui seberapa besar magnitude kenaikan suku bunga dan arah The Fed," ujar Ezra.
Investor juga menanti kapan Bank Indonesia menaikkan suku bunga. Jika ada kejelasan soal suu bunga, Ezra meyakini pasar obligasi dapat bergairah dan yield SUN acuan 10 tahun turun kembali ke arah 7%, atau bahkan di bawah itu. Kemarin (7/7), yield SUN acuan tenor 10 tahun masih sebesar 7,25%.
Dengan penurunan jumlah SUN di pasar perdana, MAMI akan lebih aktif mengelola portofolio. "Strategi aktif yang dimaksud adalah dengan mencari tenor dan seri yang memberikan value menarik," jelas Ezra. Selain itu, dia akan aktif menyesuaikan portofolio, sesuai kondisi ekonomi domestik dan global.
Bagi reksadana pendapatan tetap, Gama menilai, kinerjanya masih akan volatil dalam jangka pendek. Namun jangka panjang masih positif karena ada pembayaran kupon.
Baca Juga: Lelang Sepi Peminat, Investor Menanti BI Menaikkan Bunga
Sucorinvest AM memakai strategi lebih defensif dengan memilih obligasi tenor pendek. Sucorinvest juga akan banyak investasi di obligasi korporasi yang memberikan yield lebih menarik serta tidak bergerak volatil.