Pembiayaan Bermasalah Berpotensi Membengkak, Multifinance Terus Memupuk Pencadangan

Minggu, 30 Juli 2023 | 07:20 WIB
Pembiayaan Bermasalah Berpotensi Membengkak, Multifinance Terus Memupuk Pencadangan
[]
Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Syamsul Azhar

JAKARTA. Multifinance harus meningkatkan porsi pencadangan pada tahun 2023 ini. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengingatkan adanya potensi kenaikan rasio kredit bermasalah pasca dicabutnya status pandemi.

Hal tersebut karena ada perubahan profil risiko. "NPF (non performing financing) bisa jadi bergerak sedikit naik, namun risiko pembiayaan masih cukup terkendali," ujar Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun Ogi Prastomiyono, Jumat (28/7).

Potensi kenaikan NPF tersebut harus menjadi perhatian perusahaan multifinance, dengan menaikkan besaran pencadangan.

Baca Juga: Status Pandemi Dicabut Pencadangan Perusahaan Multifinance Tetap Kuat

Direktur Utama PT Mandiri Utama Fianance (MUF) Stanley Setia Atmadja mengatakan, hingga semester I-2023 pencadangan yang dimiliki MUF mencapai Rp 346 miliar.

"Kami meyakini rasio cadangan tersebut cukup untuk mengantisipasi kerugian yang mungkin timbul dari piutang pembiayaan yang saat ini ada. Ke depan akan mempertahankan rasio cadangan di level tersebut," ujarnya.

Ia menjelaskan bahwa berakhirnya kebijakan status pandemi Covid-19 tidak akan berdampak banyak terhadap kualitas dan juga perubahan profil risiko debitur.

Direktur Portofolio PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk atau Adira Finance (ADMF) Harry Latif mengatakan, pihaknya akan menjaga rasio pencadangan tetap di angka sekitar 6% terhadap piutang pembiayaan.

Harry mengatakan, untuk mengantisipasi risiko debitur, Adira bakal menjaga NPF dengan memberikan pembiayaan secara segmented, sesuai dengan risk appetite perusahaan dan menerapkan kegiatan penagihan yang efektif.

Sementara PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk (WOM Finance) memiliki pencadangan sebesar 3,5% dari total pembiayaan. Direktur WOM Finance Cincin Lisa Hadi menyebutkan angka pencadangan ini cukup untuk menangani hampir dua kali lipat kontrak NPF milik perusahaan.

"Perusahaan menilai tidak diperlukan untuk meningkatkan pencadangan dikarenakan saat ini pencadangan telah sesuai dengan ketetapan," terang Lisa Hadi kepada Kontan.

Baca Juga: Status Pandemi Dicabut, OJK: Multifinance Harus Waspadai Perubahan Risiko Debitur

Ia mengungkapkan, saat ini profil risiko debitur berada pada tingkat yang cukup baik, namun WOMF tetap melakukan proses review yang lebih selektif kepada calon debitur.

"Perusahaan tetap fokus pada proses persetujuan kredit (approval), dan proses penagihan yang menekankan pada penanganan early day past due," beber Lisa.

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Daftar 11 Perusahaan Afiliasi Sritex yang Ikut Daftarkan Tagihan Utang
| Kamis, 16 Januari 2025 | 14:53 WIB

Daftar 11 Perusahaan Afiliasi Sritex yang Ikut Daftarkan Tagihan Utang

Tercatat, tagihan dari  para kreditur SRIL yang masuk dari para kreditur keempat perusahaan tersebut mencapai Rp 32,62 triliun.

Saham PANI Masuk Coverage Sekuritas, Begini Prospek Bisnis, Kinerja & Rekomendasinya
| Kamis, 16 Januari 2025 | 14:40 WIB

Saham PANI Masuk Coverage Sekuritas, Begini Prospek Bisnis, Kinerja & Rekomendasinya

Pergerakan saham PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) cenderung volatil dan saat ini tengah dalam tren koreksi.

Kepemilikan Investor Asing di Saham PTRO Naik 521,32%, Dimotori Bank Hingga Individu
| Kamis, 16 Januari 2025 | 10:31 WIB

Kepemilikan Investor Asing di Saham PTRO Naik 521,32%, Dimotori Bank Hingga Individu

Dongkrak bagi kinerja PTRO ke depan bersumber dari perolehan kontrak baru, termasuk potensi kontrak dengan INCO.

Saham Sensitif Suku Bunga Berpeluang Mekar
| Kamis, 16 Januari 2025 | 09:13 WIB

Saham Sensitif Suku Bunga Berpeluang Mekar

Keputusan Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan (BI rate) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75% menjadi kejutan untuk bursa saham. 

Memilih Emiten Royal Pembagi Dividen
| Kamis, 16 Januari 2025 | 09:11 WIB

Memilih Emiten Royal Pembagi Dividen

Sektor saham perbankan dan energi masih menjadi sektor paling menarik bagi investor pemburu dividen atau dividend hunter

Aksi Investor Asing Jadi Kunci Kokohnya Saham BBCA di 2024, Begini Trennya di 2025
| Kamis, 16 Januari 2025 | 09:10 WIB

Aksi Investor Asing Jadi Kunci Kokohnya Saham BBCA di 2024, Begini Trennya di 2025

FMR, Vanguard, dan Capital Group adalah tiga investor institusi asing terbesar yang mendekap saham BBCA.

Ini 15 Saham Koleksi Manajer Investasi Asing, GOTO Terbesar tapi BREN Paling Diminati
| Kamis, 16 Januari 2025 | 08:50 WIB

Ini 15 Saham Koleksi Manajer Investasi Asing, GOTO Terbesar tapi BREN Paling Diminati

Dari 15 saham yang paling banyak jadi portofolio reksadana asing, hanya 6 saham yang harganya mengalami kenaikan.

Harga Energi Terangkat Prospek Ekonomi AS yang Membaik
| Kamis, 16 Januari 2025 | 07:56 WIB

Harga Energi Terangkat Prospek Ekonomi AS yang Membaik

 Minyak mentah dan gas alam didukung naiknya permintaan, sedangkan batubara dibebani pasokan yang berlimpah.

Perbaikan Konsumsi Diharapkan Jadi Pengungkit Charoen Pokphand Tbk (CPIN)
| Kamis, 16 Januari 2025 | 07:53 WIB

Perbaikan Konsumsi Diharapkan Jadi Pengungkit Charoen Pokphand Tbk (CPIN)

PT Charoen Pokphand Tbk (CPIN) mengharapkan program Makan Bergizi Gratis (MBG) akan meningkatkan permintaan ayam

Pemerintah Bidik Target Ambisius Energi Bersih
| Kamis, 16 Januari 2025 | 07:31 WIB

Pemerintah Bidik Target Ambisius Energi Bersih

Dalam RUPTL terbaru, penggunaan EBT akan mendominasi pengembangan sektor kelistrikan dengan target mencapai 60% dari total penambahan kapasitas.

INDEKS BERITA

Terpopuler